Polling yang diadakan jurnal The CommunicationsDirect (afiliasi PWC) akhir triwulan ini menunjukkan bahwa pemakaian fixed line telepon tidak lebih dari separuhnya. Polling dilakukan melalui web sites yang diakses global. Berikut berita pendeknya.
Do you use a fixed line telephone in your home?
The CommunicationsDirect latest poll results are in. The question posed was, ‘Do you use a fixed line telephone in your home?’ Responses show that 53% of our readers say ‘no’ and 47% replied ‘yes’, but added that they almost never use their fixed line telephone.
Polling ini sebenarnya bukan hal yang aneh, kalau kita bikin polling yang sama di kampus, mungkin dominan menjawab TIDAK, apalagi anak kost, orang yang lebih mementingkan privasi, atau paling tidak responden yang menggunakan media komunikasi dari operator yang memberikan harga yang relatif lebih murah dari telepon rumah.
Sekarang ini, telepon rumah tidak berarti murah.
Kalau anda di survey (polling) apa jawaban anda ?
Media komunikasi dan kolaborasi pembelajaran a'la virtual. Supplemen kuliah melalui e-class atau e-learning untuk Jurusan terkait dengan Sistem Informasi, Teknologi Informasi (IS/IT), Sistem Komputer dan Teknik Industri.
Monday, March 31, 2008
Friday, March 28, 2008
Pembagian Tugas Kelompok Paparan buku Z Dodd
Sesuai penetapan pada pertemuan terakhir, pembagian kelompok untuk tugas paparan Z Dodd adalah sebagai berikut:
Kelompok A : Bab-2 Telephone System
Christian Pontoh
Mangappu Tua
Robby Komadi
Pirtom Lubis
Kelompok B : Bab-4 Network & Service Provider & Local Competition
Noverki
Faisal Syururi
Ferdian Dumara
Kelompok C : Bab-5 Public Network
Desoni Praptanta
Edfri Weureun Dauhan
Kelompok D : Bab-6 Advance Network
Risyad Ari Gunawan
Vito Andri Lukito
Adrian Reza
Kelompok E : Bab-7 Analog, CableTV, Modem
Reynard Augusta
Yones
Kelompok F : Bab-8 Internet
Jeremi Christie
M Nurdhani
Erwin Christman Hendry
Bryan Chrisaldeka
Kelompok G : Bab-9 Convergence
Toni Andrian Porayouw
M Irfan
Yunus Arie Wiratama
Kelompok H : Bab-10 Wireless
Benny Natanael
Yeremia
Reski Mapriharto
Awalnya saya mau acu dari text book Annabel Z Dodd langsung, tapi ternyata di perpustakaan kita sudah ada terjemahannya dari edisi Dodd tahun 2000. Kalau dibandingkan dengan edisi 2002 yang belum di terjemahkan, bedanya cuman satu bab antara Convergence di terjemahan Andi Publishing dan bab Globalization di edisi 2002. Biar adil dan equal treatment, akhirnya untuk kelompok G dipilih bab Convergence, toh kelompok lain juga cenderung lebih memilih acuan buku terjemahannya Z Dodd.
Pertemuan minggu ini, saya persilakan kelompok mana yang siap (ada credit point untuk yang pertama memberikan pemaparan).
Selamat berkelompok ...
Kelompok A : Bab-2 Telephone System
Christian Pontoh
Mangappu Tua
Robby Komadi
Pirtom Lubis
Kelompok B : Bab-4 Network & Service Provider & Local Competition
Noverki
Faisal Syururi
Ferdian Dumara
Kelompok C : Bab-5 Public Network
Desoni Praptanta
Edfri Weureun Dauhan
Kelompok D : Bab-6 Advance Network
Risyad Ari Gunawan
Vito Andri Lukito
Adrian Reza
Kelompok E : Bab-7 Analog, CableTV, Modem
Reynard Augusta
Yones
Kelompok F : Bab-8 Internet
Jeremi Christie
M Nurdhani
Erwin Christman Hendry
Bryan Chrisaldeka
Kelompok G : Bab-9 Convergence
Toni Andrian Porayouw
M Irfan
Yunus Arie Wiratama
Kelompok H : Bab-10 Wireless
Benny Natanael
Yeremia
Reski Mapriharto
Awalnya saya mau acu dari text book Annabel Z Dodd langsung, tapi ternyata di perpustakaan kita sudah ada terjemahannya dari edisi Dodd tahun 2000. Kalau dibandingkan dengan edisi 2002 yang belum di terjemahkan, bedanya cuman satu bab antara Convergence di terjemahan Andi Publishing dan bab Globalization di edisi 2002. Biar adil dan equal treatment, akhirnya untuk kelompok G dipilih bab Convergence, toh kelompok lain juga cenderung lebih memilih acuan buku terjemahannya Z Dodd.
Pertemuan minggu ini, saya persilakan kelompok mana yang siap (ada credit point untuk yang pertama memberikan pemaparan).
Selamat berkelompok ...
22nd March 2008 Class at a Glance
Lagi-lagi telat posting, padahal dua hari lagi sudah masuk klas. Minggu ini saya ada undangan ke Mataram-Lombok, so a little bit late to submit this report, punteun lah.
Seingat saya minggu lalu kita telah bahas aspek regulasi, khususnya regulasi UU No 3 / 1989 dan UU No 36 / 1999 tentang Telekomunikasi. Sedikit diulas juga PP (Peraturan Pemerintah) No 8 / 1993 dan PP No 52/2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi. Materi ini seharusnya ada di situs Dirjen Pos dan Telekomunikasi, yang menyediakan dengan lengkap segala undang-undang, peraturan dan kebijakan lain terkat dengan regulasi telekomunikasi (misalnya interkoneksi atau aspek lainnya). Tapi kalau pun belum sempat mampir ke situs tersebut, posting ini juga menyediakan UU dan PP tersebut.
Bahasan lebih menekankan perubahan dari UU No 3 / 1989 dan UU No 36 / 1999, sekira 10 tahun, terkait dengan deregulasi, perubahan dari monopoli menjadi pasar terbuka (kompetisi), meskipun untuk industri tertentu masih duopoli. Deregulasi dipengaruhi gelombang globalisasi, dan pesatnya perkembangan teknologi telekomunikasi yang mengakibatkan perubahan yang sangat mendasar dalam penyelenggaraan dan cara pandang terhadap telekomunikasi. Globalisasi semacam WTO, persayaratan IMF, maupun tekanan negara besar boleh jadi menjadi salah satu driver deregulasi. Aspek lain seharusnya terkait dengan tujuan untuk meningkatkan penetrasi dan densitas sarana telekomunikasi dalam rangka mempercepat pembangunan infrastruktur, peningkatan perekonomian negara dan kesejahteraan masyarakat.
Studi dari ITU menyebutkan bahwa peningkatan 1% densitas telekomunikasi suatu negara akan meningkatkan 3% pertumbuhan ekonomi. Apakah teorema tersebut berlaku di negara kita perlu dilihat lagi histori beberapa tahun lalu. Sementara, kajian beberapa analis tahun terakhir yang punya korelasi dengan studi ITU tersebut, menyebutkan bahwa pertumbuhan Developed Country bisa dipengaruhi oleh densitas broadband, meski mereka tidak menyebutkan angka matematis dari pertumbuhan tersebut.
Paska pembahasan, diadakan Quiz dadakan, untuk melihat berapa porsi yang bisa diserap dari pengajaran langsung, termasuk untuk menambah penilaian. Hasilnya cukup menarik juga, sebagai contoh perbedaan UU No 3 dan UU No 36, dengan santai dijawab UU No 3 dibuat pada jaman Soeharto, sementara UU No 36 ditandatangan oleh BJ Habibie bahkan tanpa menyebut kapan UU tersebut di release.
Untuk posting kali ini saya tidak menyajikan handout (kecuali dokumen UU), toh komparasi yang dipaparkan di kelas minggu lalu sebenarnya bisa kalian ambil dari kedua UU tersebut.
Pada pertemuan lalu, kita juga bahas tugas presentasi dari buku Annabel Z Dodd. Penetapan pembagian kelompok sudah dibahas dalam pertemuan lalu.
Tabik ...
Seingat saya minggu lalu kita telah bahas aspek regulasi, khususnya regulasi UU No 3 / 1989 dan UU No 36 / 1999 tentang Telekomunikasi. Sedikit diulas juga PP (Peraturan Pemerintah) No 8 / 1993 dan PP No 52/2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi. Materi ini seharusnya ada di situs Dirjen Pos dan Telekomunikasi, yang menyediakan dengan lengkap segala undang-undang, peraturan dan kebijakan lain terkat dengan regulasi telekomunikasi (misalnya interkoneksi atau aspek lainnya). Tapi kalau pun belum sempat mampir ke situs tersebut, posting ini juga menyediakan UU dan PP tersebut.
Bahasan lebih menekankan perubahan dari UU No 3 / 1989 dan UU No 36 / 1999, sekira 10 tahun, terkait dengan deregulasi, perubahan dari monopoli menjadi pasar terbuka (kompetisi), meskipun untuk industri tertentu masih duopoli. Deregulasi dipengaruhi gelombang globalisasi, dan pesatnya perkembangan teknologi telekomunikasi yang mengakibatkan perubahan yang sangat mendasar dalam penyelenggaraan dan cara pandang terhadap telekomunikasi. Globalisasi semacam WTO, persayaratan IMF, maupun tekanan negara besar boleh jadi menjadi salah satu driver deregulasi. Aspek lain seharusnya terkait dengan tujuan untuk meningkatkan penetrasi dan densitas sarana telekomunikasi dalam rangka mempercepat pembangunan infrastruktur, peningkatan perekonomian negara dan kesejahteraan masyarakat.
Studi dari ITU menyebutkan bahwa peningkatan 1% densitas telekomunikasi suatu negara akan meningkatkan 3% pertumbuhan ekonomi. Apakah teorema tersebut berlaku di negara kita perlu dilihat lagi histori beberapa tahun lalu. Sementara, kajian beberapa analis tahun terakhir yang punya korelasi dengan studi ITU tersebut, menyebutkan bahwa pertumbuhan Developed Country bisa dipengaruhi oleh densitas broadband, meski mereka tidak menyebutkan angka matematis dari pertumbuhan tersebut.
Paska pembahasan, diadakan Quiz dadakan, untuk melihat berapa porsi yang bisa diserap dari pengajaran langsung, termasuk untuk menambah penilaian. Hasilnya cukup menarik juga, sebagai contoh perbedaan UU No 3 dan UU No 36, dengan santai dijawab UU No 3 dibuat pada jaman Soeharto, sementara UU No 36 ditandatangan oleh BJ Habibie bahkan tanpa menyebut kapan UU tersebut di release.
Untuk posting kali ini saya tidak menyajikan handout (kecuali dokumen UU), toh komparasi yang dipaparkan di kelas minggu lalu sebenarnya bisa kalian ambil dari kedua UU tersebut.
Pada pertemuan lalu, kita juga bahas tugas presentasi dari buku Annabel Z Dodd. Penetapan pembagian kelompok sudah dibahas dalam pertemuan lalu.
Tabik ...
Saturday, March 22, 2008
Quad Play
Dua minggu lalu, ada terminologi yang menggelitik waktu membahas trend transaksi global. Terminologi Quad Play .... apa itu ?. Kalau Triple Play mungkin bukan hal yang asing, salah satu operator di Indonesia pun sudah menerapkan layanan itu. Triple Play pada dasarnya layanan bundle yang ditawarkan operator untuk gabungan jasa Telephoni (voice), Internet, dan TV Cable. Lalu kalau ada Quad Play, kira-kira jasa ke empatnya apa dong ? Terus terang saya juga sempet terbengong-bengong dan mengira-ngira apa kira-kira jasa ke empat itu. Sampai akhirnya saya ketemu term itu di Internet (meski Wikipedia punya istilah yang berbeda). Boleh setuju atau tidak, namun istilah Quad play di industri telekomunikasi memang menambah jasa wireless sebagai paket ke empat untuk di integrasikan. Kalau nggak setuju, coba aja usulin, jasa apa yang lebih cocok untuk paket quad play.
Cuplikan artikel berikut ini semoga bisa nambah wawasan dari terminologi Quad Play. Artikel di sadur dari media San Francisco Chronicle akhir Mei 2007 dengan judul ”Triple play not enough? Say hey to quad play”, dan sub judul ”Telecoms adding cell service to TV, Internet, landlines” yang ditulis oleh Ryan Kim.
Selamat menikmati, kalau mau cerita lengkap bisa langsung ngakses ke artikel asli.
In the fast-moving telecom industry, it's apparently not enough for a company to offer television, broadband Internet and home phone service, the so-called triple play. Today, operators are going for the quad play, with the addition of cell phone service in their quest to win and retain customers.
For consumers, the quad play means they can buy all four services from one provider and pay for it on one bill, increasingly at a reduced price. But the companies say it's not only about the convenience and savings from one-stop shopping.
They see the new mega-bundles as a collection of services that will increasingly work together, giving you a new level of access and interaction with your entertainment and communications services. The cell phone will play a pivotal role as a portal to receive television or personal content from home, access home voice mail and e-mail, and program digital video recorders.
The move to the quad play is the latest escalation of a battle that's been building between phone and cable companies, who, because of deregulation, are allowed to compete on each other's traditional turf. The two industries have cranked up the competition recently, with cable entering the phone market while telecom companies have started to provide television services.
Both sides see the quad play as a way to hold onto customers, who are even more prized and valuable if they can be made to pay for four services.
Analysts said customers will initially be drawn by the simplicity and value of ordering a set of services from one provider. But quad-play providers said the real draw will be providing an integrated, seamless experience for users wherever they go with their cell phones.
Subscribers can use their cell phones to check voice mail from their landline phone at home. They can also view a television program guide on their cell phone. Live television will be accessible on cell phones, which is incorporating local newscasts and content like music video channel and a video game station. The cell-phone television service, however, doesn't carry the same shows as the cable lineup at home.
Ultimately, both cable and telecom companies plan to offer a greater degree of remote control for users, allowing them to watch their own recorded content or their live home TV content on their handsets.
The IDC analyst said the quest for the quadruple play is a savvy move by companies, who see it as a way to cover all their bases and retain customers while wringing the most revenue from them. A IDC study in 2006 found that 41 percent of customers subscribed to a bundle of some sort. Sixty-six percent of the respondents said that once they bought a bundle they had no plans to switch providers, which suggests that the more customers buy, the less likely they are to go through the hassle and cost of switching.
But getting all users to sign up for all four services could be a challenge. Some analysts say the triple play will probably be the favored bundle, with wireless replacing wireline as the preferred voice service.
IDC predicts only 7.8 million households will use a quad play in 2010, or 7 percent of the 116 million households in the United States. Triple plays, by comparison, are expected to account for 39 percent of households by 2010.
A Forrester Research analyst found that consumers drawn to bundles primarily for the savings they offer, rather than for simplicity or advanced integration of services. Operators will find the going tough if they emphasize integration instead of delivering noticeable discounts for bundled service.
Critics said quad plays might lead to confusion for some customers, who have to wade through a number of services that they may or may not need. Operators might have less incentive to sell low-priced individual services or even advertise them to customers looking to buy a la carte. Consumers just need to be introduced to the benefits of a quad play to start understanding its overall appeal.
Cuplikan artikel berikut ini semoga bisa nambah wawasan dari terminologi Quad Play. Artikel di sadur dari media San Francisco Chronicle akhir Mei 2007 dengan judul ”Triple play not enough? Say hey to quad play”, dan sub judul ”Telecoms adding cell service to TV, Internet, landlines” yang ditulis oleh Ryan Kim.
Selamat menikmati, kalau mau cerita lengkap bisa langsung ngakses ke artikel asli.
In the fast-moving telecom industry, it's apparently not enough for a company to offer television, broadband Internet and home phone service, the so-called triple play. Today, operators are going for the quad play, with the addition of cell phone service in their quest to win and retain customers.
For consumers, the quad play means they can buy all four services from one provider and pay for it on one bill, increasingly at a reduced price. But the companies say it's not only about the convenience and savings from one-stop shopping.
They see the new mega-bundles as a collection of services that will increasingly work together, giving you a new level of access and interaction with your entertainment and communications services. The cell phone will play a pivotal role as a portal to receive television or personal content from home, access home voice mail and e-mail, and program digital video recorders.
The move to the quad play is the latest escalation of a battle that's been building between phone and cable companies, who, because of deregulation, are allowed to compete on each other's traditional turf. The two industries have cranked up the competition recently, with cable entering the phone market while telecom companies have started to provide television services.
Both sides see the quad play as a way to hold onto customers, who are even more prized and valuable if they can be made to pay for four services.
Analysts said customers will initially be drawn by the simplicity and value of ordering a set of services from one provider. But quad-play providers said the real draw will be providing an integrated, seamless experience for users wherever they go with their cell phones.
Subscribers can use their cell phones to check voice mail from their landline phone at home. They can also view a television program guide on their cell phone. Live television will be accessible on cell phones, which is incorporating local newscasts and content like music video channel and a video game station. The cell-phone television service, however, doesn't carry the same shows as the cable lineup at home.
Ultimately, both cable and telecom companies plan to offer a greater degree of remote control for users, allowing them to watch their own recorded content or their live home TV content on their handsets.
The IDC analyst said the quest for the quadruple play is a savvy move by companies, who see it as a way to cover all their bases and retain customers while wringing the most revenue from them. A IDC study in 2006 found that 41 percent of customers subscribed to a bundle of some sort. Sixty-six percent of the respondents said that once they bought a bundle they had no plans to switch providers, which suggests that the more customers buy, the less likely they are to go through the hassle and cost of switching.
But getting all users to sign up for all four services could be a challenge. Some analysts say the triple play will probably be the favored bundle, with wireless replacing wireline as the preferred voice service.
IDC predicts only 7.8 million households will use a quad play in 2010, or 7 percent of the 116 million households in the United States. Triple plays, by comparison, are expected to account for 39 percent of households by 2010.
A Forrester Research analyst found that consumers drawn to bundles primarily for the savings they offer, rather than for simplicity or advanced integration of services. Operators will find the going tough if they emphasize integration instead of delivering noticeable discounts for bundled service.
Critics said quad plays might lead to confusion for some customers, who have to wade through a number of services that they may or may not need. Operators might have less incentive to sell low-priced individual services or even advertise them to customers looking to buy a la carte. Consumers just need to be introduced to the benefits of a quad play to start understanding its overall appeal.
18th March 2008 Class at a Glance
Seharusnya posting ini muncul beberapa hari lalu, namun lagi-lagi ketabrak jadwal lain. Dengan dalih ”better late than never” yang selalu jadi mantra yang ampuh buat cari alasan, posting ini pun dipaksain harus muncul.
Klas 18 Maret lalu sebenarnya kelas pengganti dari tanggal 8 Maret lalu yang berhalangan alias absen. Materi pembahasan diambil dari buku MOT Khalil khususnya bab 8 ”Business Strategy and Technology Strategy”. Isu Strategy Management, Misi, Visi, Objektif dan Core Competence menjadi salah satu aspek pembahasan. Isu lain, terkait dengan pengelolaan strategi teknologi termasuk klasifikasi dan integrasi antara strategi bisnis dan teknologi.
Sepertinya buku MOT kita fokuskan di bab 1,5, dan 8 saja. Bab lain cenderung terlalu luas untuk subjek industri telematika, meski bukan berarti tidak perlu di baca.
Sisa waktu klas dibahas bab 1 dari bukunya Annabel Z. Dodd. Dengan metode scanning dokumen pdf bab-1 dari versi tahun 2005. Scanning mungkin jadi alternatif tanpa harus memaparkannya dalam presentasi. Alasan lain, toh konten di bab 1 Dodd lebih ke pengenalan dasar-dasar konsep dari telekomunikasi, yang nota bene berupa cuplikan dari terminologi / istilah yang muncul di buku tersebut.
Dokumen pdf yang saya dapat dari Internet mungkin sedikit lebih anyar (2005), kalau kita bandingkan buku Dodd yang ada di perpustakaan kampus (2002), apalagi terjemahan dari Penerbit Andi (2000). Tapi untuk tugas kelompok mungkin kita pakai acuan dari Penerbit Andi, toh antara buku asli Dodd 2002 dan terjemahan 2000 relatif sama, kecuali satu bab konvergensi di 2000 dan Globalisasi di 2002. Pembagian kelompok mungkin akan dibahas posting berikutnya.
Klas 18 Maret lalu sebenarnya kelas pengganti dari tanggal 8 Maret lalu yang berhalangan alias absen. Materi pembahasan diambil dari buku MOT Khalil khususnya bab 8 ”Business Strategy and Technology Strategy”. Isu Strategy Management, Misi, Visi, Objektif dan Core Competence menjadi salah satu aspek pembahasan. Isu lain, terkait dengan pengelolaan strategi teknologi termasuk klasifikasi dan integrasi antara strategi bisnis dan teknologi.
Sepertinya buku MOT kita fokuskan di bab 1,5, dan 8 saja. Bab lain cenderung terlalu luas untuk subjek industri telematika, meski bukan berarti tidak perlu di baca.
Sisa waktu klas dibahas bab 1 dari bukunya Annabel Z. Dodd. Dengan metode scanning dokumen pdf bab-1 dari versi tahun 2005. Scanning mungkin jadi alternatif tanpa harus memaparkannya dalam presentasi. Alasan lain, toh konten di bab 1 Dodd lebih ke pengenalan dasar-dasar konsep dari telekomunikasi, yang nota bene berupa cuplikan dari terminologi / istilah yang muncul di buku tersebut.
Dokumen pdf yang saya dapat dari Internet mungkin sedikit lebih anyar (2005), kalau kita bandingkan buku Dodd yang ada di perpustakaan kampus (2002), apalagi terjemahan dari Penerbit Andi (2000). Tapi untuk tugas kelompok mungkin kita pakai acuan dari Penerbit Andi, toh antara buku asli Dodd 2002 dan terjemahan 2000 relatif sama, kecuali satu bab konvergensi di 2000 dan Globalisasi di 2002. Pembagian kelompok mungkin akan dibahas posting berikutnya.
Monday, March 17, 2008
How to get the Handout
Informasi dari salah seorang partisipan EL-102, handout tidak bisa di akses, cukup mengagetkan juga. Padahal materi bahasan kita selama perkuliahan ada di handout itu. Persoalannya gimana bisa mereview jika download saja tidak bisa.
Setelah saya coba di lokasi terpisah, memang ada beberapa kali error. Tapi bukan berarti tidak bisa diakses. Gagal lebih banyak akibat jaringan yang kurang optimal saja. Pada saat jaringan internet tidak bermasalah, download juga lancar saja. Kalaupun ada message yang menyebutkan gagal akibat sudah pernah download, bisa dicoba lagi.
Kemungkinan kedua, akses berhasil namun tidak tahu mana yang harus di download. Gambar dibawah ini menunjukkan contoh file terakhir yang sudah di upload di situs 4shared.
Setelah saya coba di lokasi terpisah, memang ada beberapa kali error. Tapi bukan berarti tidak bisa diakses. Gagal lebih banyak akibat jaringan yang kurang optimal saja. Pada saat jaringan internet tidak bermasalah, download juga lancar saja. Kalaupun ada message yang menyebutkan gagal akibat sudah pernah download, bisa dicoba lagi.
Kemungkinan kedua, akses berhasil namun tidak tahu mana yang harus di download. Gambar dibawah ini menunjukkan contoh file terakhir yang sudah di upload di situs 4shared.
Setelah kalian bisa masuk ke situs ini, langsung saja click di link dengan tulisan download file (lihat anak panah). Anak panah tidak ada di situs itu, hanya sebagai petunjuk posisi link yang harus di click saja (kanan bawah).
Setelah di klik dan muncul window ini, berarti sudah berhasil tinggal di save.
Selamat mencoba, kalau sudah berhasil, download juga file handout lain yang belum diambil. Kalau masih belum berhasil, masukkan komentar anda (ini gunanya comment) di klasmaya.
15th March 2008 Class at a Glance
Pertemuan minggu lalu paska minggu sebelumnya off dibahas dua materi terkait analisa industri. Materi pertama dibahas kecenderungan transaksi di perusahaan komunikasi global. Materi ini diambil dari artikel di jurnal PWC yang membahas konvergensi bisnis. Ada tiga karakteristik yang ditengarai, konvergensi bisnis, konsolidasi domestik dan ekspansi internasional. Kecenderungan itu diperlihatkan dalam beberapa transaksi bisnis atau deal bisnis yang terjadi selama 2 tahun kebelakang.
Materi kedua, dibahas kondisi bisnis telematika di regional. Mulai dari aspek ekonomi makro, arah regulasi, sampai pasar telematika beberapa negara di regional. Khusus untuk kondisi dalam negeri, saya sengaja di ”kosong” kan untuk assessmen sendiri ke media yang ada, sebagai home work minggu ini.
Seperti biasa, meski beberapa masih menanyakan untuk copy materi, handout ke empat hanya bisa di download di sini.
Pengganti minggu lalu, saya sudah konfirmasi dengan pengelola gedung yang nota bene institusi HB, jadinya tanggal 18 Maret 2008 jam 13:00 s/d 15:00 di ruang 202 (?). Biar lebih yakin lihat saja di papan pengumuman hari senin ini. So be there or be behind...
Untuk komentar atau pertanyaan baik yang terkait maupun yang sedikit menyimpang, bisa di ajukan melalui media ini juga (comment). Please feel free to express your idea. Boleh jadi komentar yang relevan bisa menambah credit point.
Materi kedua, dibahas kondisi bisnis telematika di regional. Mulai dari aspek ekonomi makro, arah regulasi, sampai pasar telematika beberapa negara di regional. Khusus untuk kondisi dalam negeri, saya sengaja di ”kosong” kan untuk assessmen sendiri ke media yang ada, sebagai home work minggu ini.
Seperti biasa, meski beberapa masih menanyakan untuk copy materi, handout ke empat hanya bisa di download di sini.
Pengganti minggu lalu, saya sudah konfirmasi dengan pengelola gedung yang nota bene institusi HB, jadinya tanggal 18 Maret 2008 jam 13:00 s/d 15:00 di ruang 202 (?). Biar lebih yakin lihat saja di papan pengumuman hari senin ini. So be there or be behind...
Untuk komentar atau pertanyaan baik yang terkait maupun yang sedikit menyimpang, bisa di ajukan melalui media ini juga (comment). Please feel free to express your idea. Boleh jadi komentar yang relevan bisa menambah credit point.
Tuesday, March 11, 2008
8th March 2008 Apology
Mungkin perlu ada satu posting reguler setara dengan Class at a Glance, yang bisa menyampaikan permohonan MAAF karena klas di cancel. Meski begitu bukan berarti posting apology harus sering-sering muncul. Hanya saja, saya melihat kejadian seperti ini terkadang tidak bisa dihindari, entah konflik dengan urusan the other main job atau bentrok dengan kegiatan keluarga.
Sessi lalu saya juga tidak bisa menghindar dari tanggung jawab seorang kepala rumah tangga. Long weekend yang seharusnya punya peluang banyak untuk melakukan aktivitas di luar main job, termasuk pengelolaan klasmaya, ternyata harus disibukkan dengan munculnya virus belum dikenal (mungkin karena tidak terlalu berat) yang bercokol di hampir seluruh penghuni rumah, termasuk saya sendiri. Virus tersebut, seperti juga influenza, muncul entah dari mana, hinggap satu per satu dengan gejala yang hampir mirip meski dibedakan dengan seberapa fit tubuh kita bisa melawannya. Singkat cerita, pagi itu yang seharusnya saya bisa nagih tugas business model, ternyata harus membawa anak saya ke dokter. Alhamdulillah, hari ini beberapa personil sudah memperlihatkan kebugarannya, pagi tadi gejala bercak merah seperti bentol dan sedikit gatal mulai muncul di beberapa bagian tubuh saya (akibat dingin?) tapi sejak sore tadi sudah mulai menghilang.
Sorri... bukan maksud saya berpanjang lebar membahas KLB skala mikro keluarga di sini, kecuali kalau weblog ini lebih ke arah personal. Yang saya sadari, kejadian klas di batalkan, seharusnya bukan berarti tidak ada program selama 1 minggu ke depan, karena toh kita masih punya media klasmaya untuk menjembatani komunikasi langsung.
Tapi jangankan deal dengan next substitute program, ongoing program model class at a glance minggu lalu saja belum kelar.
(tulisan ini dibuat sebelum posting 1st March 2008 Class at a Glance ditulis)
Sessi lalu saya juga tidak bisa menghindar dari tanggung jawab seorang kepala rumah tangga. Long weekend yang seharusnya punya peluang banyak untuk melakukan aktivitas di luar main job, termasuk pengelolaan klasmaya, ternyata harus disibukkan dengan munculnya virus belum dikenal (mungkin karena tidak terlalu berat) yang bercokol di hampir seluruh penghuni rumah, termasuk saya sendiri. Virus tersebut, seperti juga influenza, muncul entah dari mana, hinggap satu per satu dengan gejala yang hampir mirip meski dibedakan dengan seberapa fit tubuh kita bisa melawannya. Singkat cerita, pagi itu yang seharusnya saya bisa nagih tugas business model, ternyata harus membawa anak saya ke dokter. Alhamdulillah, hari ini beberapa personil sudah memperlihatkan kebugarannya, pagi tadi gejala bercak merah seperti bentol dan sedikit gatal mulai muncul di beberapa bagian tubuh saya (akibat dingin?) tapi sejak sore tadi sudah mulai menghilang.
Sorri... bukan maksud saya berpanjang lebar membahas KLB skala mikro keluarga di sini, kecuali kalau weblog ini lebih ke arah personal. Yang saya sadari, kejadian klas di batalkan, seharusnya bukan berarti tidak ada program selama 1 minggu ke depan, karena toh kita masih punya media klasmaya untuk menjembatani komunikasi langsung.
Tapi jangankan deal dengan next substitute program, ongoing program model class at a glance minggu lalu saja belum kelar.
(tulisan ini dibuat sebelum posting 1st March 2008 Class at a Glance ditulis)
1st March 2008 Class at a Glance
Pertemuan di awal bulan Maret tempo hari, dibahas materi dari buku referensinya Khalil, Management Of Technology, khususnya di bab 1 dan 5. Bagian pertama lebih membawa kearah introduksi secara global tentang kandungan buku tersebut. Definisi teknologi dan manajemen yang saya tambahkan dengan acuan Encarta dictionary, dilanjut kearah hubungan teknologi dengan aspek bisnis dan pengetahuan, mengerucut di konsep Management of Technology sebagai inti pembahasan dan judul buku.
Langsung lompat ke Bab 5, terkait dengan siklus hidup teknologi, banyak diulas konsep tahapan, stages, atau phase yang relatif senada antara progress, siklus hidup, antara teknologi dan produk. Beberapa slide saya ambil dari materi Pengembangan Produk Telematika yang jelas berkorelasi dengan mata kuliah kita sekarang.
Ada sedikit bagian dari bab 5 yang belum diulas di handout ini. Sepertinya bagian itu saya serahkan ke pemirsa untuk dibaca langsung dari bukunya. Ini juga untuk menegaskan bahwa dengan handout ini, bukan berarti tugas pemirsa untuk membaca reference book sudah dapat digantikan.
Selamat mengingat ulang ....
Langsung lompat ke Bab 5, terkait dengan siklus hidup teknologi, banyak diulas konsep tahapan, stages, atau phase yang relatif senada antara progress, siklus hidup, antara teknologi dan produk. Beberapa slide saya ambil dari materi Pengembangan Produk Telematika yang jelas berkorelasi dengan mata kuliah kita sekarang.
Ada sedikit bagian dari bab 5 yang belum diulas di handout ini. Sepertinya bagian itu saya serahkan ke pemirsa untuk dibaca langsung dari bukunya. Ini juga untuk menegaskan bahwa dengan handout ini, bukan berarti tugas pemirsa untuk membaca reference book sudah dapat digantikan.
Selamat mengingat ulang ....