Monday, March 07, 2011

Downturn Industry ? Case of Indosat 2010

Posting kali ini akan diulas artikel dari detik.com yang saya kutip dibawah ini.

Apakah berita ini menunjukkan kecenderungan untuk menurun dari industri telekomunikasi di Indonesia?.

Pelanggan Indosat naik 34,3% ke 44,3 juta, meski anehnya hanya diikuti kenaikan tipis Pendapatan sebesar 5,2% menjadi Rp 19,796 triliun. Apa terlalu banyak kasih gratisan ? sehingga semakin menghempaskan ARPU? atau itu sekedar kenaikan pelanggan "Bodhong"?

Performansi EBITDA naik sebesar 9,7% (lebih tinggi dari kenaikan pendapatan) menjadi Rp 9,625 triliun. Ini mungkin sedikit menunjukkan kinerja efisiensi operasional, yang saya denger dari pegawainya mulai berketat ria dari perusahaan asing nan pelit. Sedang marjin EBITDA hanya naik 2%, perhitungan dari rasio EBITDA terhadap Revenue akibat naik 9.7% terhadap naik 5.2% dari masing-masing nominal terhadap tahun sebelumnya.

Issue pertumbuhan pendapatan seluler yang diberitakan mulai turun dibawah dua digit ternyata tidak terbukti oleh Indosat dengan pencapaian 12,1%. Sayangnya non seluler turun 16,7%. Mungkin ini adalah pendapatan Fixed Line, namun seandainya angka itu merepresentasikan pendapatan Data & Internet, harus menjadi perhatian serius, pada saat telco yang lain mulai bergerak meningkatkan pendatapan tersebut untuk me'recover pendapatan legacy nya.

Lalu bagaimana dengan Net Income yang anjlok 56.8% ? Angka penurunan yang cukup significant buat shareholder baru. Namun kalau kita baca lebih lanjut nampaknya Indosat mengorbankan Laba untuk pembayaran dan restrukturisasi hutang. Buat pemegang saham, masih ada keuntungan kenaikan harga saham sebesar 14,28% ke Rp 5.400 sejak akhir 2009 hingga akhir 2010.

Apakah ini Downturn ?


Laba Indosat Tergerus 56,8% ke Rp 647,2 Miliar

Jakarta. Laba PT Indosat Tbk (ISAT) tergerus 56,8% menjadi Rp 647,2 miliar di tahun 2010, dari sebelumnya Rp 1,498 triliun. Anjloknya laba ini diakibatkan menurunnya laba atas kurs, meningkatnya jumlah beban pendanaan, dan peningkatan beban penyusutan dan amortisasi.

Atas anjloknya laba bersih itu, laba bersih per saham dasar pun mengalami penurunan sebesar 56,8% di 2010 menjadi Rp 119,1 per lembar dari tahun sebelumnya Rp 275,7 per lembar.

Pendapatan perseroan di 2010 hanya naik tipis 5,2% menjadi Rp 19,796 triliun dari tahun sebelumnya Rp 18,824 triliun. "Indosat memperoleh pertumbuhan pendapatan konsolidasi 5,2% yang didukung oleh pertumbuhan pendapatan seluler yang kuat sebesar Rp 12,1% meskipun non seluler turun 16,7%," kata Direktur Utama Indosat Harry Sasongko dalam siaran pers yang diterima detikFinance, Rabu (2/3/2011).

Pelanggan seluler perseroan pun naik 34,3% dari 33 juta menjadi 44,3 juta. Perseroan juga mencatat kenaikan EBITDA sebesar 9,7% dari Rp 8,774 triliun di 2009 menjadi Rp 9,625 triliun. Sementara marjin EBITDA perseroan naik 2%.

Jumlah utang ISAT di 2010 juga berkurang 5,5% dari Rp 25,474 triliun di 2009 menjadi Rp 24,063 triliun. Indosat mempercepat pembayaran atas fasilitas kredit BCA senilai Rp 1,3 triliun, fasilitas kredit DBS yang totalnya Rp 400 miliar dan kredit Bank Mandiri dengan total Rp 900 miliar.

Selain itu, utang tersebut juga turun karena pelunasan obligasi valuta asing (valas) yang jatuh tempo 2010 sebesar US$ 234 juta, pelunasan awal obligasi US$ 109 juta yang akan jatuh tempo 2012 serta pembayaran obligasi Rp 640 miliar yang jatuh tempo 2010 lalu.

Seiring dengan kinerja di 2010 itu, harga saham perseroan sejak akhir 2009 hingga akhir 2010 lalu sudah naik 14,28% dari Rp 4.725 menjadi Rp 5.400 per lembar. Pada perdagangan hari ini, hingga pukul 10.10 waktu JATS, saham ISAT berada di posisi Rp 5.050 per lembar, turun Rp 50 (0,98%) dari penutupan kemarin. Sahamnya diperdagangkan 11 kali dengan volume 300 lot senilai 757,2 juta. (ang/dnl)

No comments:

Post a Comment