Friday, October 10, 2008

Tugas Web 2.0

.

Terkait dengan tugas minggu ini, yang salah satunya mengenai Web 2.0, posting kali ini diambil dari salah satu tugas mata kuliah IT Strategic Planning, Sessi Tahun 2006 tentang Technology Assessment, dengan judul Web 2.0, dibuat oleh Gregorius W (1302001) dari Sistem Komputer.

Setelah maraknya berbagai jasa web/dot-com di dunia, web kini menjadi teknologi yang harus ada di setiap perusahaan. Tetapi akhir-akhir ini jasa bisnis dot-com standar mulai rontok, hal ini menjadi titik balik dari teknologi web. Dan pada konferensi antara perusahaan O’Reilly dan MediaLive Internasional muncul konsep web 2.0, berdasarkan munculnya berbagai aplikasi baru dan situs yang selalu ramai. Jadi apa itu Web 2.0?

Beberapa prinsip dasar Web 2.0

1. The Web As Platform (Web sebagai platform)
2. Harnessing Collective intelligence (Memanfaatkan Kecerdasan Kolektif)
3. Data is the Next Intel Inside (Data adalah ‘Intel Inside’ generasi berikutnya)
4. End of the Software Release Cycle (Akhir dari siklus rilis software)
5. Lightweight Programming Models (Model pemrograman ringan)
6. Software Above the Level of a Single Device (Software dengan tingkatan diatas perangkat single)
7. Rich User Experience (Kaya akan pengalaman dari penggunanya)

Prinsip-prinsip ini akan dibahas satu per satu secara singkat.

1. The Web As Platform
Tidak seperti konsep lainya yang memiliki batas yang jelas, konsep web 2.0 berpusat pada satu set prinsip-prinsip dan penggunaan yang mengikat sebuah ‘solar system’ dari situs yang menggunakan prinsip tersebut.
Agar lebih jelas ada tiga kasus yang dibahas untuk mengeluarkan elemen-elemen esensial yang berbaeda dari konsep Web 2.0
Netscape VS Google
Netscape merupakan pengguna konsep standar Web 1.0, mereka memproduksi browser yang merupakan aplikasi desktop untuk menguasai market browser dan menggapai market untuk produk server yang mahal. Ini merupakan penggunaan prinsip ‘Web as platform’ dengan paradigma klasik.
Pada akhirnya, web browser dan web server menjadi komoditi, dan meningkatkan nilai servis melalui platform web.
Sebaliknya Google dimulai dengan aplikasi web tanpa penjualan maupun paket, tetapi murni servis, dengan keuntungan secara langsung dan tidak langsung dengan penggunaan layanannya.
Tidak ada jebakan dari industri dengan paradigma seperti Netscape. Tidak ada rilis software bersiklus hanya pengembangan terus-menerus.
Dan pada intinya Google memerlukan kompetensi yang tidak diperlukan Netscape: Database Management. Tanpa data, tools tidak berguna; tanpa software data tidak dapat dimanajemen. Maka nilai dari suatu softwre proporsional dengan besar scala dan kedinamisan data yang dimanajemennya.
Servis Google bukan server meskipun melalui sekumpulan internet server, bukan juga browser meskipun digunakan melalui browser. Google ada diantara browser, search engine dan server tujuan sebagai enabler atau penengah antara pengguna dan pengalaman berselancar di internet
DoubleClick VS AdSense & Overture
DoubleClick mempergunakan software buatanya untuk layanan dan merupakan salah satu pioneer web service. Tapi ia hanya terbatas pada publishing bukan partisipasi. Ukuran menjadi penting baginya dan membuat internet hanya dikuasai websita top saja.
Sebagai hasilnya DoubleClick hanya menyatakan “lebih dari 2000 implentasi sukses”. Sedangkan Google AdSense dan Yahoo! Search Marketing (sebelumnya adalah Overture) melayani ratusan ribu advertiser.
Hal ini disebut sebagai ‘The long tail’ yaitu konsep dimana sekumpulan situs-situs kecil yang berkumpul menjadi setumpuk web content, oleh Chris Anderson. Sementara DoubleClick hanya menawarkan jasa kontrak pada situs-situs raksasa dan membatasi market mereka, Google dan Overture mencetuskan cara untuk menempatkan iklan secara virtual ke berbagai situs.
Akamai VS BitTorrent
Seperti DoubleClick, Akamai juga berbisnis hanya dengan ‘the head’ pasar besar dan memperlancar akses ke situs dengan high-demand, dan mengambil keuntungan darinya.
BitTorrent, seperti layaknya aplikasi P2P lainya, merupakan pendekatan radikal dari desentralisasi internet. Setiap klien adalah server; file dipecah menjadi fragmen yang dapat dilayani dari berbagi lokasi, dan mempergunakan secara transparan jaringan dari para pendownload untuk menyediakan bandwidth dan data bagi pengguna lainya.
Hal ini adalah salah satu prinsip Web 2.0 dimana semakin banyak penggunanya semakin baik servisnya.

2. Harnessing Collective intelligence
Kekutan web sendiri ada dari jumlah penggunanya yang besar, yang memiliki potensi sebagai kecerdasan kolektif. Beberapa prinsip utama dibawah ini yang memungkinkan mereka memanfaatkan kecerdasan kolektif:

  • Hyperlinking sebagai fondasi web. Bertambahnya content dan situs baru akan dibatasi dari bagaimana orang menemukan dan ‘menghubungkan’ (linking to it). Maka semakin meningkat pula intensitas assosiasi antara web yang content-nya berhubungan secara organis sebagai output dari aktivitas kolektif dari pengguna web.
  • Yahoo!, terlahir sebagai katalog, direktori link, sebuah agregasi dari jutaan pengguna web. Meskipun Yahoo! berpindah ke bisnis yang menciptakan berbagi content, perannya sebagai portal pada informasi kolektif tetap menjadi core value Yahoo!.
  • Google melakukan suatu terobosan dalam melakukan search, yang tanpa diragukan lagi menjadikanya market leader di bidangnya, adalah PageRank. PageRank adalah sebuah metoda menggunakan struktur link dari suatu web bukan hanya dari content document itu sendiri untuk menyediakan hasil search yang lebih baik.
  • Produk eBay sendiri adalah aktivitas kolektif dari penggunanya; seperti web itu sendiri, eBay bertumbuh sesuai dengan response aktifitas user, dan peran perusahaan yang memungkinkan adanya sebuah konteks dimana aktifitas pengguna bisa terjadi. Apalagi kelebihan kompetitif dari eBay adalah dari jumlah penggunanya yang sangat besar.
  • Amazon menjual produk yang sama seperti Barnes & Noble, dan menerima deskripsi produk, gambar cover dan dan isi editorial yang sama dari vendor buku. Tapi Amazon lebih baik dalam berelasi dengan penggunanya: lebih banyak review pengguna, dan undangan untuk berpartisipasi dengan berbagai cara – di hampir semua web page, dan yang terpenting mereka menggunakan aktifitas user untuk menghasilkan pencarian yang lebih baik.

Sekarang ada beberapa perusahaan inovatif yang mempergunakan prinsip di atas dan mengembangkannya lebih lanjut:

  • Wikipedia
  • Del.icio.us dan Flickr : adalah pioneer dari ‘folksonomy’, sebuah cara pengkategorisasian kolaboratif dari situs dengan kata kunci bebas, atau biasa disebut tags. Tagging memungkinkan assosiasi secara secara berganda dan overlap seperti yang dilakukan otak kita. Contohnya sebuah foto ‘puppy’ (anak anjing) bisa dipasangi tag sebagi “puppy” dan “cute” – memungkinkan pengambilan data secara natural yang dihasilkan dari pengguna.
  • Produk filter spam kolaboratif seperti Cloudmark.
  • Adalah suatu kebenaran bahwa setiap kesuksesan di internet tidak mengiklankan produknya. Mereka berjalan diatas apa yang disebut “viral marketing” atau rekomendasi dari pengguna lain. Jadi jika sebuah situs bergantung dari iklan, mereka bukan termasuk Web 2.0.
  • Bahkan web-infrastructure (web-based application) bergantung dari metode peer-production open source, yang merupakan hal kolektif. Tercatat lebih dari 100,000 proyek software open source terdaftar di sourceforge.net.

Pelajaran yang bisa kita petik adalah: Efek pada jaringan dari kontribusi pengguna adalah kunci dominansi pasar pada era Web 2.0.
Bloging dan Wisdom of Crowds
Salah satu fitur era Web 2.0 yang paling menarik adalah kebangkitan blogging, berkat teknologi RSS yang bisa membuat suatu web ”bertumbuh”. Tapi bukan hanya sebagai amplifier blogging juga menggunakan blog sebagai filter, hal ini seperti apa yang disebutkan James Suriowecki “the Wisdom of Crowds”, seperti PageRank akan akan menghasilkan pencarian yang lebih baik dari dokumen individual, perhatian kolektif dari dari dunia blog akan menentukan nilai content tersebut.
Blog juga dianggap pesaing oleh perusahaan media mainstream, kompetisi ini bukan hanya antar situs tapi antara model bisnis. Maka dunia Web 2.0 menjadikan kita sebagi penentu media bukan oleh sekumpulan orang tertentu yang menentukan apa yang akan menjadi berita.

3. Data is the Next Intel Inside
Setiap layanan internet dibackup oleh database dengan spesialiasi tertentu (ex. Database produk Amazon dll). Pertanyaanya adalah siapa yang memiliki data tersebut?
Untuk mendapatkanya setiap perusahaan bersaing untuk mendapatkan kelas-kelas tertentu dari sumber data: lokasi, identitas, penanggalan event publik, identifikasi produk dan nama.
Maka data dan cara amemperolehnya menjadi hal yang vital bagi perusahaan web 2.0 untuk menarik minat penggunanya.

4. End of the Software Release Cycle
Seperti pada kasus Google VS Netscape maka karakteristik software era internet adalah dhantarkan sebagi layana bukan produk. Fakta ini membuat perubahan fundamental pada model bisnis perusahaan:
• Pengoperasian menjadi core competency, bukan produk lepas. (layanan bukan produk)
• Pengguna dianggap sebagai co-developer

5. Lightweight Programming Models
Menggunakan model pemrograman yang ringan dan simpel seperti RSS. Seperti juga Amazon yang menggunakan SOAP (Simple Object Access Protocol) dan XML.

6. Software Above the Level of a Single Device
Software tidak hanya dirancang untuk satu platform saja seperti PC tapi juga perangkat lainya seperti mobile phone atau PDA.

7. Rich User Experience
Dengan teknologi lightweight programming kita dapat menghasilkan software yang lebih ringan dan menarik. Salah satu contoh revolusioner adalah G-mail yang berbasis web tapi tapi dengan interface yang mendekati PC.

Diambil dari What is Web 2.0 oleh Tim O'Reilly

No comments:

Post a Comment