Tulisan ini dicuplik dari Kompas Cyber Media tanggal 04/04/2005
Rencana Pemerintah Indonesia mengeluarkan obligasi global (obligasi dalam dollar AS) sebesar 1 miliar dollar AS tertunda. Alasannya, menunggu membaiknya situasi bursa saham di Amerika Serikat yang sedang jatuh, terutama akibat jatuhnya saham General Motor, penghasil kendaraan bermotor nomor satu di Amerika dan juga industri otomotif nomor satu dunia.
JATUHNYA harga saham General Motor (GM) berkaitan dengan pengumuman perusahaan penghasil 8,99 juta kendaraan bermotor ini pekan lalu bahwa untuk kesekian kalinya sejak tahun 1992 perusahaan ini kembali merugi. Manajemen GM juga menegaskan bahwa perusahaannya mencatat rugi kuartalan terbesar sejak tahun 1992. Juga disinyalir bahwa GM masih akan terus merugi di waktu-waktu mendatang.
Lantas apa kaitannya dengan judul Harley (Davidson)-yang lebih dikenal dengan Harley itu-Lebih Berharga daripada General Motor? Artikel di harian Financial Times edisi 21 Maret 2005 lalu ini berkaitan dengan kejatuhan nilai saham GM dan perbandingannya dengan nilai saham Harley. Tentunya perbandingan ini juga berkaitan dengan perkembangan harga saham kedua perusahaan otomotif AS di waktu mendatang.
Dari perbandingan angka kendaraan yang diproduksi kedua perusahaan ini, jelas GM tidak bisa ditandingi oleh perusahaan otomotif lainnya, seperti Ford Motor Co ataupun Toyota Motor Company dari Jepang. Dengan angka penjualan mobil 8,99 juta unit per tahun, GM dengan produknya bermerek Chevrolet jelas sulit tertandingi. Apalagi jika disandingkan dengan produksi Harley yang hanya 317.289 sepeda motor pada tahun lalu.
Hanya saja, sejak harga saham GM yang pada akhir bulan Februari lalu mencatat rekor terendah sepanjang sejarah, yakni hanya tinggal 24,5 persen, secara kapitalisasi pasar Harley kini lebih tinggi alias lebih berharga dibandingkan dengan GM. Total nilai saham Harley kini mencapai 17,68 miliar dollar AS, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan total nilai saham GM yang hanya 16, 17 miliar dollar AS. Dan, ke depan, nilai saham Harley bakal terus meningkat karena perusahaan yang didirikan William Harley dan Arthur Davidson beserta dua saudaranya itu terus membubuhkan keuntungan bagi pemegang sahamnya. Ini bukan dinilai dari total produksi atau omzet penjualan, tetapi dari keuntungan, khususnya keuntungan bersih yang diberikan kepada para pemegang sahamnya.
Tahun lalu, Harley menghasilkan pemasukan 5 miliar dollar AS dengan keuntungan bersih mencapai 889 juta dollar AS. Harley selama 19 tahun terakhir ini terus mencatat rekor dalam pendapatan maupun keuntungan bersih. Berarti lebih beruntung untuk memiliki saham Harley karena akan terus memberikan pendapatan.
Sementara memiliki saham GM praktis akan buntung. Apalagi manajemen GM sudah mengatakan, ke depan keuntungan perusahaan ini akan terus anjlok. Dengan 8,99 juta mobil yang dihasilkan setiap tahun, jelas total produksi GM sekitar 28 kali lebih besar dari apa yang dihasilkan Harley.
Perputaran modal dari GM jelas jauh lebih besar, yakni mencapai 193 miliar dollar AS, atau 38 kali lebih besar dari Harley. Semua ini karena unit pembelanjaan GM yang memberikan pemasukan 6,9 miliar dollar AS. Hanya saja, GM yang berdiri setahun setelah berdirinya Harley tahun 1907 lalu penuh dengan beban utang sehingga keuntungan yang ada hanya dialihkan untuk bayar utang jika tak ingin obligasinya dimasukkan dalam kategori obligasi sampah alias junkbond.
Financial Times menulis, GM kini dililit utang (outstanding debt) sebesar 300 miliar dollar AS. Manajemen GM juga punya kewajiban 61,5 miliar dollar AS bagi program kesehatan untuk pekerjanya dan juga pensiunan karyawannya. Ini berarti uang hasil keuntungan akan beralih dari pemegang saham kepada pemilik obligasi dan pensiunan.
HARLEY dan GM punya awal sejarah yang hampir sama dan dalam perjalanannya keduanya juga menghadapi tekanan dari para pesaingannya terutama dari Jepang. Upaya mereka untuk mempertahankan dominasinya di pasar Amerika acapkali tererosi akibat kualitas produk yang buruk. Ini menyebabkan nama besar GM dan Harley terpuruk di mata konsumen di negerinya sendiri.
Yang lantas terjadi, kedua perusahaan ini sama-sama nyaris bangkrut. Harley hampir bubar tahun 1985, sementara GM pada tahun 1992. Setelah melewati masa sulit krisis keuangan, kedua perusahaan ini menerapkan teknik pabrikan ala Jepang terutama apa yang dikenal dengan kaizen alias peningkatan serta pembenahan yang terus-menerus. Dan, pihak Harley jelas lebih cepat melakukan pemulihan dibandingkan dengan GM yang lamban. Apalagi Harley juga punya citra merek yang kuat dibanding dengan produk GM. Harley mengklaim diri sebagai sepeda motor rakyat Amerika Serikat selama hampir setengah abad. Raja musik rock n’roll Elvis Presley dan penggemarnya mengendarai Harley pada tahun 1950-an dan 1960-an.
Tercipta generasi pengguna atau pemilik Harley yang fanatik. Harley Owners Group (HOG) alias Grup Pemilik Harley beranggota hampir satu juta orang. Dan, ini memberikan pemasukan yang tidak sedikit bagi Harley dari penjualan aksesori dan pakaian dengan lambang Harley. Harley juga lebih fokus pada produksi motor besar dan mereknya serta meninggalkan produk lainnya, seperti mobil golf atau salju.
"Bagi pelanggan mereka jelas tidak ada alternatif lainnya untuk sebuah Harley Davidson," ujar seorang analis di Wall Street. Pihak Harley juga memantapkan semua warisannya, memperbaiki kualitasnya, dan terus membangun citra merek sepeda motornya.
Berbeda dengan GM. Meski melakukan kaizen sebagaimana Harley, mengurangi jumlah pekerja, dan memperbaiki pabrikan, peninggalan masa lalu memberikan tanggungan beban biaya yang besar di masa mendatang. Para pekerja harus menghasilkan profit yang cukup untuk membiayai pensiunan. Tak ada yang tersisa bagi pemegang saham.
Akibatnya, GM juga tak punya cukup uang untuk menciptakan citra yang kuat. Yang bisa dilakukan adalah dengan lebih fokus pada mobil-mobil yang laku di pasar. Mereka juga menjual aset yang bukan penunjang operasi. Hanya saja, banyak dari merek mobil GM sudah tidak diterima pasar, termasuk pasar di negeri sendiri. Pekan lalu, GM menghentikan produksi dua merek mobilnya karena tidak laku lagi.
Dari apa yang sedang terjadi, jelas tidak keliru bahwa ke depan Harley Davidson akan lebih berharga dari GM. Ini sebenarnya bukan hanya dalam soal saham. Naik Harley dengan jaket kulit hitam, kaca mata gelap, celana ketat, jelas lebih gengsi. Apalagi dengan seseorang wanita cantik di boncengan! (Pieter Gero)
No comments:
Post a Comment