Media komunikasi dan kolaborasi pembelajaran a'la virtual. Supplemen kuliah melalui e-class atau e-learning untuk Jurusan terkait dengan Sistem Informasi, Teknologi Informasi (IS/IT), Sistem Komputer dan Teknik Industri.
Friday, October 31, 2008
Klasmaya's 1st Podcast
Tidak ada kuliah minggu ini
Rabu, Tanggal 5 November 2008, jam 16:00 di Ruang 202.
25th October 2008 Class at a Glance : QFD more detail and discuss some articles
Posting kali ini telat cukup lama juga. Semestinya ulasan klas minggu lalu disubmit a couples of day after the class tapi tampaknya baru a day before the next one. Sebenarnya rencana klas minggu lalu akan dibahas materi yang diambil dari beberapa artikel yang pernah disubmit di Klasmaya dan materi dari Dieter bab 5. Namun atas permintaan audiens, di awal klas dibahas lebih detil dari flash video nya QFD yang semestinya jadi rujukan buat PR hari itu. Bahasan QFD yang juga sudah saya email beberapa hari lalu untuk lebih memperjelas rujukan, spent almost half of class time, though I think its worthfull. Walhasil rencana buat bahas materi kedua mengalami penundaan even jadi tugas baca buat klas minggu depan. Tapi tampaknya jadi kurang optimal pula jika posting materi bacaan baru muncul menjelang klas berikutnya mulai.
But let us look at the bright side, mungkin gara2 telat ini jadi bikin pemirsa lebih fokus nyelesaiin PR QFD minggu ini. Moga-moga klas sabtu mendatang tidak ada alasan lagi penundaan PR QFD.
Materi bahas artikel mengacu pada artikel dan buku dari A Whole New Mind; How to Design the Perfect Product ; The Beauty of Simplicity dan Ten Google Golden Rules. Kecuali bukunya Daniel Pink dan 10 Rules, materi lengkap sudah disubmit di Klasmaya.
Aspek Story dari Six Senses (Design, Story, Symphony, Empathy, Play and Meaning) yang ditulis mas Pink mungkin bisa dikorelasikan dengan issue “word of mouth” nya marketing. Dengan cerita, “bikin hidup lebih hidup”, ada faktor emosional yang lebih menyentuh daripada sekedar informasi belaka. Cerita bisa diambil dari experience pelanggan yang disampaikan ke calon pelanggan sehingga bisa lebih memperkuat hasrat untuk mencoba. Industri jajanan / cafe di Bandung tidak terlepas dari word of mouth marketing, yang bahkan local residence pun belum tentu tahu.
Materi Dieter Ch. 5 sebagai pengganti text book yang belum dibeli atau di copy bisa dibaca sebelum klas besok.
Thursday, October 23, 2008
eBook dari Dahan & Hauser
Posting kali ini saya coba upload salah satu eBook dari Dahan & Hauser. Materi dari eBook yang ditulis oleh Ely Dahan dan John R. Hauser ini sempat diulas di awal kuliah dengan gambar slide seperti dibawah ini. Gambar ini sebenarnya hasil modifikasi dari proses yang digunakan perusahaan Xerox.
Kalau saya cek sessi kuliah dua tahun lalu, memang sempat juga dibahas meski handout yang mengulas materi itu nampaknya belum dishare. Materi nya cukup “product development”, ada banyak terminologi, istilah, pendekatan dan konsep yang dapat meningkatkan wawasan tentang pengembangan produk. Jadi cukup representatif untuk dijadikan bacaan wajib kuliah ini. eBook ini saya potong sebagian lebih untuk fokus bacaan selain mengurangi beban upload, toh diupload semuanya juga belum dipastikan dibaca semua.
Dari catatan saya, eBook ini hasil download dari situs cipd.mit.edu, namun nampaknya sudah berubah alamat. eBook bisa langsung diunduh disini.
So, have a nice reading... we’ll discuss it next time...
Monday, October 20, 2008
18th October 2008 Class at a Glance : 15 CSF in Product Innovation and The Mid Test
Klas kali ini diisi dengan materi dari bukunya Coopers “Winning at New Product” di jam pertama. Bahasan ini sebenarnya untuk mengantisipasi dugaan ketidaksiapan partisipan membaca buku acuan yang sejak awal disampaikan, salah satu persoalan klasik yang sampai sekarang masih belum bisa disolusikan. Handout materi sudah bisa di download disini.
Sisa klas diisi dengan UTS selama 60 menit diselingi dengan paparan 3 inovator yang belum menyampaikan gagasannya di minggu lalu. Sebagaimana posting klas minggu sebelumnya, berikut disajikan ide inovator tersebut.
Ponsel dengan fasilitas Catokan. Mungkin diilhami salah satu ponsel dengan bentuk flip yang mirip alat catok, salah satu kontestan memberikan ide “heating hair” buat ngelurusin rambut lewat ponsel. Ide ini diakui penggagas, memerlukan riset untuk mendapatkan material yang tahan panas untuk melindungi piranti ponsel namun disisi lain diperlukan juga material metal yang dapat menahan panas untuk fungsi catokan tadi. Selain aspek material, kebutuhan baterai yang dapat menyediakan panas catokan juga menjadi prasyarat utama. Persoalan teknis material dan baterai ini menjadi issue yang paling hangat dibahas dalam sesi diskusi. Meski demikian ada pula usulan salah satu audiens untuk menyediakan fasilitas untuk pengeriting rambut. Usulannya bagus juga, agar jangan sampai ponsel dengan fasilitas catokan pelurus rambut hanya laku di saat tren rambut lurus saja.
RFID di ponsel. Secara sederhana ide ini menyediakan piranti RFID dalam ponsel. Salah satu fungsinya untuk pembayaran ticket alat transportasi seperti MRT, Trem, Bus(Way), atau jalan tol dengan deposit yang didebet melalui pembaca (RFID reader) yang dipasang diterminal. Sebenarnya yang perlu dibahas adalah bagaimana bisnis modelnya. Sekiranya sistem tersebut dipasang di moda transportasi tertentu, apakah harus dimonopoli satu pabrikan ponsel saja, ataukah dengan cukup terpasang piranti RFID di ponsel, sistem ini bisa dipergunakan oleh merk ponsel apapun, dengan konsekuensi sekurity aplikasi yang handal.
Ponsel Tenaga Surya. Dilihat dari namanya sudah sangat jelas, bahwa ponsel ini bisa mengisi tenaga batere dari tenaga matahari. Persoalan matahari menjadi isu menarik dari aspek ketahanan panas ponsel dan aspek teknis charging. Meski demikian karena forum ini hanya terbatas dari sisi ide, masalah teknis masih bisa diasumsikan untuk dimungkinkan. Yang lebih menarik sebenarnya adalah dari aspek kenyamanan, pada saat charging harus melalui cahaya matahari, mungkin lebih nyaman, karena asumsi teknis bisa diasumsikan, jika charging bisa melalui sebarang cahaya, even candle light, namanya juga inovasi.
Seperti posting sebelumnya, jika ada opini atau sanggahan dari tulisan diatas bisa diwadahi melalui media komentar.
Sunday, October 19, 2008
Intermezzo Video Clip: HSBC Commercial
Video klip ini mungkin tidak seserius The Long Tail yang jadi clip of the month bulan Oktober. Video klip ini pertama kali terlihat di iklan salah satu channel TV satelit (CNBC ?), sekira satu bulan yang lalu. Seingat saya sekarang sudah jarang muncul. Perkiraan saya video ini ada di YouTube ternyata tidak meleset.
Konten iklan ini sebenarnya promosi salah satu bank untuk perusahaan yang berbisnis di negara lain, internasional atau global. Tapi konten ini juga bisa dikaitkan dengan issue NPD, bahwa perusahaan musti menganalisa kenapa dan bagaimana suatu produk bisa laku di salah satu negara. Salah satu cara analisa untuk produk yang dipasarkan internasional dilakukan melalui kunjungan ke negara tersebut untuk mendapakan fakta dan kajian yang tepat. Faktanya, meski laku di pasar, boleh jadi produk kita tidak di utilise atau dipakai dengan tepat.
Saya jadi inget cerita penjualan kulkas di desa-desa yang belum teraliri listrik. Dengan tujuan bergaya, toh punya duit hasil panen, akhirnya lemari es itu dipakai untuk lemari pakaian. Tapi tidak hanya di desa, orang kota juga punya kebiasaan yang mirip, membeli barang-barang mahal hanya untuk dipajang bukan untuk dipakai. Contohnya beli vacuum cleaner yang hanya bisa dibeli di MLM, kompor gas mewah, microwave teranyar, tapi cuman dipajang di ruang “dapur bersih” lengkap dengan kitchen set yang memang gak pernah kotor karena gak pernah dipake.
Issu bergaya, memang jadi salah satu strategi untuk bikin produk yang tidak perlu memiliki fitur lengkap atau teknologi teranyar, tapi bisa mencerminkan citra mewah dan kesan terbatas untuk kalangan tertentu. Beberapa pabrikan ponsel juga menyediakan produk untuk segmen tersebut. Saya jadi inget bukunya “A Whole New Mind” nya Daniel Pink, moga-moga bisa sempet dibahas di sessi depan.
Saturday, October 18, 2008
11th October 2008 Class at a Glance : The Innovation Day
Sessi klas kali ini jadi hari inovasi. Sekira dua puluhan kontestan membawakan ide-ide brilian, segar, dan ada juga yang sedikit ngaco untuk inovasi ponsel. Nampaknya ponsel yang sudah menjadi bagian hidup dari kaum muda, lebih mudah dimengerti daripada opsi tugas situs Web 2.0.
Ponsel Idaman
Dari kontestan yang sudah memaparkan ide dan menjawab diskusi para audiens, beberapa akan diulas dalam posting kali ini.
Ponsel dengan fitur Handy Talkie. Ide yang diusulkan, meski proposal utamanya lebih ke sensor suhu, sebenarnya ide yang bagus. Penggabungan antara gadget handphone dengan perangkat HT bisa dimungkinkan dengan mencari teknologi dual sistem dari teknologi dan frekuensi yang berbeda. This is beyond the GSM + CDMA convergence. Ada segmen pengguna atau market yang memerlukan atau bisa memanfaatkan fitur ini. Ide ini juga pernah terlintas di pikiran terutama untuk memerlukan komunikasi yang intensif. Walau kontestan menyebutkan batasan jarak 100 m, menurut saya bisa lebih dari itu jika menggunakan frekuensi radio amatir.
Ponsel dengan fitur Projektor paling tidak diusulkan oleh lebih dari dua orang. Terlepas dari aspek teknologi yang bisa jadi belum memungkinkan, namun ide ini menjadi tawaran yang menarik setelah orang bisa menayangkan aplikasi, materi presentasi, bahkan televisi dalam layar HP yang terbatas. Sehingga pada saat pengelolaan konten multimedia sudah bukan hal yang membatasi, kebutuhan selanjutnya adalah bagaimana menayangkan layar lebar yang bisa dishare dengan pemirsa lain. Segmen pengajar, salesman, atau kalangan bisnis yang biasa presentasi diperkirakan menyukai fitur ini. Meski ide ini sudah pernah terungkap dalam klas yang sama di tahun 2006, nampaknya dari sisi pabrikan belum menemukan solusi yang jitu untuk menjawab kebutuhan ini. Kita lihat lima tahun ke depan.
Ide orisinil untuk fitus ponsel sebagai microphone sebenarnya cukup menarik. Dengan konektivitas yang bisa beragam mulai dari wireless, USB atau sekedar audio jack, ponsel ini bisa terhubung dengan audio system yang ada. Selanjutnya pengguna bisa langsung menggunakannnya untuk presentasi atau sekedar berkaraoke. Mungkin bukan mustahil juga jika amplifier dan speaker nya juga diembedded dalam ponsel.
Ide lain yang cukup favorit adalah fitur finger-print yang nampaknya meniru keberhasilan fasilitas di perangkat laptop. Hal yang sama juga untuk Pass-Face yang memanfaatkan piranti kamera di ponsel. Fitur pointer juga menjadi pilihan beberapa kontestan meski usulan mekanisme operasionalnya sedikit “ribeut”. Fitur hologram dan cek kesehatan dengan nafas menyiratkan aspek futuristik yang boleh jadi bisa terealisir. Fitur-fitur lain seperti scanner lipat seukuran pass photo, alat pengukur jarak dengan sonar, dan fasililtas gesek kartu untuk transaksi, cukup menarik bagi audiens untuk dibahas (alias didebat) dalam sessi tanya jawab.
Situs berbasis Web 2.0
Selain materi Web 2.0 belum komprehensif dipaparkan di klas, nampaknya visi kedepan dan kebutuhan suatu situs komunitas partisipatif lebih sulit dipahami dibandingkan sebuah ponsel yang mungkin sudah menjadi killer gadget personal. Terbukti dari ide yang hanya diusulkan oleh tiga kontestan saja (tidak termasuk yang belum presentasi).
Education Share. Ide yang ditampilkan lengkap dengan prototype untuk simulasi presentasi, mengacu pada sharing dokumen yang berthemakan materi yang berhubungan dengan pendidikan. Jika SlideShare menyediakan situs sharing bahan presentasi, usulan ini lebih fokus pada lingkup materi tertentu. Fokus ini bisa jadi lebih memberikan keyakinan pengguna untuk pengelolaan dokumen (pencarian atau sharing) yang lebih relevan.
Ide situs Myhobby yang diclaim belum ada di dunia internet, disepakati memenuhi kriteria informal Web 2.0 (4C: Connection, Content, Communication, Collaboration). Meski paparan lebih banyak menyorot ke aspek sign-up, sign-in serta perbedaan profile pengguna, dokumen proposal yang disubmit menyebutkan daya jual aplikasi akibat kelompok yang lebih besar dari thema my hobby dibandingkan situs lain. Issue general atau fokus sebenarnya pilihan untuk diambil, dalam diskusi terlintas juga ide MyWeirdHobby sebagai alternatif.
Kontestan yang memaparkan “Web pecinta music independent” meski belum ada materi yang disubmit, menyebutkan ide dan proposal situs tersebut. Situs ini boleh jadi akan menjadi bagian dari sisi kanan ekonomi Long Tail.
Ulasan diatas ini mungkin sepihak dari pengelola Klasmaya, jika ada opini, koreksi, atau bahkan sanggahan bisa didiskusikan di media komentar.
Tuesday, October 14, 2008
Design from Steve Jobs
Design is how it works."
Materi tambahan QFD
Sessi minggu lalu, awalnya saya akan bahas tambahan materi buat lebih memperjelas konsep dan simulasi QFD atau HOQ (moga-moga gak ada yan mengernyitkan dahi lagi baca akronim itu).
Tapi diskusi tentang tugas produk inovatif seluler dan situs berbasis web2.0 bener-bener "spent a whole class session", dan itu bukan hal yang sia-sia, karena inti SK-425 & EL-419 menurut hemat saya adalah bagaimana men'trigger partisipan untuk lebih inovatif, membangun ide segar dan kreatif.
Berikut ini simulasi QFD yang saya dapat dari situsnya Macquarie Graduate School of Management (MGSM), yang mungkin bisa menambah pengertian dari materi handout yang pernah dishare.
Friday, October 10, 2008
Layar Tancep Bulan Oktober: The Long Tail
Layar tancep terakhir di bulan September disajikan clip sejarah YouTube. Edisi layar tancep bulan ini disajikan dengan clip bertajuk The Long Tail yang dibawakan oleh pengarang bukunya sendiri, mas Chris Anderson. Issue Long Tail pernah sekilas dibahas di sessi terakhir sebelum long holiday, nah clip ini moga-moga bisa melengkapi pemahaman si Ekor Panjang.
Kali ini, clip diambil dari situs ForaTV : Chris Anderson with Will Hearst, yang menampilkan versi lengkap paparan dan diskusinya. Sebenarnya di YouTube ada juga cuplikan / bagian dari video ini yang fokus membahas Power Law, Pareto, dan akhirnya Long Tail. Karena saya posting di kantor yang notabene lagi memblokir YouTube, yaa akhirnya embedded clipnya saya ambil langsung dari situs Fora.tv.
Kalau rada lama aksesnya dan bertele-tele bisa coba cari alternatif di YouTube dengan keyword Long Tail Chris Anderson.
Selamat menikmati.
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1429H
Tugas Web 2.0
.
Terkait dengan tugas minggu ini, yang salah satunya mengenai Web 2.0, posting kali ini diambil dari salah satu tugas mata kuliah IT Strategic Planning, Sessi Tahun 2006 tentang Technology Assessment, dengan judul Web 2.0, dibuat oleh Gregorius W (1302001) dari Sistem Komputer.
Setelah maraknya berbagai jasa web/dot-com di dunia, web kini menjadi teknologi yang harus ada di setiap perusahaan. Tetapi akhir-akhir ini jasa bisnis dot-com standar mulai rontok, hal ini menjadi titik balik dari teknologi web. Dan pada konferensi antara perusahaan O’Reilly dan MediaLive Internasional muncul konsep web 2.0, berdasarkan munculnya berbagai aplikasi baru dan situs yang selalu ramai. Jadi apa itu Web 2.0?
Beberapa prinsip dasar Web 2.0
1. The Web As Platform (Web sebagai platform)
2. Harnessing Collective intelligence (Memanfaatkan Kecerdasan Kolektif)
3. Data is the Next Intel Inside (Data adalah ‘Intel Inside’ generasi berikutnya)
4. End of the Software Release Cycle (Akhir dari siklus rilis software)
5. Lightweight Programming Models (Model pemrograman ringan)
6. Software Above the Level of a Single Device (Software dengan tingkatan diatas perangkat single)
7. Rich User Experience (Kaya akan pengalaman dari penggunanya)
Prinsip-prinsip ini akan dibahas satu per satu secara singkat.
1. The Web As Platform
Tidak seperti konsep lainya yang memiliki batas yang jelas, konsep web 2.0 berpusat pada satu set prinsip-prinsip dan penggunaan yang mengikat sebuah ‘solar system’ dari situs yang menggunakan prinsip tersebut.
Agar lebih jelas ada tiga kasus yang dibahas untuk mengeluarkan elemen-elemen esensial yang berbaeda dari konsep Web 2.0
Netscape VS Google
Netscape merupakan pengguna konsep standar Web 1.0, mereka memproduksi browser yang merupakan aplikasi desktop untuk menguasai market browser dan menggapai market untuk produk server yang mahal. Ini merupakan penggunaan prinsip ‘Web as platform’ dengan paradigma klasik.
Pada akhirnya, web browser dan web server menjadi komoditi, dan meningkatkan nilai servis melalui platform web.
Sebaliknya Google dimulai dengan aplikasi web tanpa penjualan maupun paket, tetapi murni servis, dengan keuntungan secara langsung dan tidak langsung dengan penggunaan layanannya.
Tidak ada jebakan dari industri dengan paradigma seperti Netscape. Tidak ada rilis software bersiklus hanya pengembangan terus-menerus.
Dan pada intinya Google memerlukan kompetensi yang tidak diperlukan Netscape: Database Management. Tanpa data, tools tidak berguna; tanpa software data tidak dapat dimanajemen. Maka nilai dari suatu softwre proporsional dengan besar scala dan kedinamisan data yang dimanajemennya.
Servis Google bukan server meskipun melalui sekumpulan internet server, bukan juga browser meskipun digunakan melalui browser. Google ada diantara browser, search engine dan server tujuan sebagai enabler atau penengah antara pengguna dan pengalaman berselancar di internet
DoubleClick VS AdSense & Overture
DoubleClick mempergunakan software buatanya untuk layanan dan merupakan salah satu pioneer web service. Tapi ia hanya terbatas pada publishing bukan partisipasi. Ukuran menjadi penting baginya dan membuat internet hanya dikuasai websita top saja.
Sebagai hasilnya DoubleClick hanya menyatakan “lebih dari 2000 implentasi sukses”. Sedangkan Google AdSense dan Yahoo! Search Marketing (sebelumnya adalah Overture) melayani ratusan ribu advertiser.
Hal ini disebut sebagai ‘The long tail’ yaitu konsep dimana sekumpulan situs-situs kecil yang berkumpul menjadi setumpuk web content, oleh Chris Anderson. Sementara DoubleClick hanya menawarkan jasa kontrak pada situs-situs raksasa dan membatasi market mereka, Google dan Overture mencetuskan cara untuk menempatkan iklan secara virtual ke berbagai situs.
Akamai VS BitTorrent
Seperti DoubleClick, Akamai juga berbisnis hanya dengan ‘the head’ pasar besar dan memperlancar akses ke situs dengan high-demand, dan mengambil keuntungan darinya.
BitTorrent, seperti layaknya aplikasi P2P lainya, merupakan pendekatan radikal dari desentralisasi internet. Setiap klien adalah server; file dipecah menjadi fragmen yang dapat dilayani dari berbagi lokasi, dan mempergunakan secara transparan jaringan dari para pendownload untuk menyediakan bandwidth dan data bagi pengguna lainya.
Hal ini adalah salah satu prinsip Web 2.0 dimana semakin banyak penggunanya semakin baik servisnya.
2. Harnessing Collective intelligence
Kekutan web sendiri ada dari jumlah penggunanya yang besar, yang memiliki potensi sebagai kecerdasan kolektif. Beberapa prinsip utama dibawah ini yang memungkinkan mereka memanfaatkan kecerdasan kolektif:
- Hyperlinking sebagai fondasi web. Bertambahnya content dan situs baru akan dibatasi dari bagaimana orang menemukan dan ‘menghubungkan’ (linking to it). Maka semakin meningkat pula intensitas assosiasi antara web yang content-nya berhubungan secara organis sebagai output dari aktivitas kolektif dari pengguna web.
- Yahoo!, terlahir sebagai katalog, direktori link, sebuah agregasi dari jutaan pengguna web. Meskipun Yahoo! berpindah ke bisnis yang menciptakan berbagi content, perannya sebagai portal pada informasi kolektif tetap menjadi core value Yahoo!.
- Google melakukan suatu terobosan dalam melakukan search, yang tanpa diragukan lagi menjadikanya market leader di bidangnya, adalah PageRank. PageRank adalah sebuah metoda menggunakan struktur link dari suatu web bukan hanya dari content document itu sendiri untuk menyediakan hasil search yang lebih baik.
- Produk eBay sendiri adalah aktivitas kolektif dari penggunanya; seperti web itu sendiri, eBay bertumbuh sesuai dengan response aktifitas user, dan peran perusahaan yang memungkinkan adanya sebuah konteks dimana aktifitas pengguna bisa terjadi. Apalagi kelebihan kompetitif dari eBay adalah dari jumlah penggunanya yang sangat besar.
- Amazon menjual produk yang sama seperti Barnes & Noble, dan menerima deskripsi produk, gambar cover dan dan isi editorial yang sama dari vendor buku. Tapi Amazon lebih baik dalam berelasi dengan penggunanya: lebih banyak review pengguna, dan undangan untuk berpartisipasi dengan berbagai cara – di hampir semua web page, dan yang terpenting mereka menggunakan aktifitas user untuk menghasilkan pencarian yang lebih baik.
Sekarang ada beberapa perusahaan inovatif yang mempergunakan prinsip di atas dan mengembangkannya lebih lanjut:
- Wikipedia
- Del.icio.us dan Flickr : adalah pioneer dari ‘folksonomy’, sebuah cara pengkategorisasian kolaboratif dari situs dengan kata kunci bebas, atau biasa disebut tags. Tagging memungkinkan assosiasi secara secara berganda dan overlap seperti yang dilakukan otak kita. Contohnya sebuah foto ‘puppy’ (anak anjing) bisa dipasangi tag sebagi “puppy” dan “cute” – memungkinkan pengambilan data secara natural yang dihasilkan dari pengguna.
- Produk filter spam kolaboratif seperti Cloudmark.
- Adalah suatu kebenaran bahwa setiap kesuksesan di internet tidak mengiklankan produknya. Mereka berjalan diatas apa yang disebut “viral marketing” atau rekomendasi dari pengguna lain. Jadi jika sebuah situs bergantung dari iklan, mereka bukan termasuk Web 2.0.
- Bahkan web-infrastructure (web-based application) bergantung dari metode peer-production open source, yang merupakan hal kolektif. Tercatat lebih dari 100,000 proyek software open source terdaftar di sourceforge.net.
Pelajaran yang bisa kita petik adalah: Efek pada jaringan dari kontribusi pengguna adalah kunci dominansi pasar pada era Web 2.0.
Bloging dan Wisdom of Crowds
Salah satu fitur era Web 2.0 yang paling menarik adalah kebangkitan blogging, berkat teknologi RSS yang bisa membuat suatu web ”bertumbuh”. Tapi bukan hanya sebagai amplifier blogging juga menggunakan blog sebagai filter, hal ini seperti apa yang disebutkan James Suriowecki “the Wisdom of Crowds”, seperti PageRank akan akan menghasilkan pencarian yang lebih baik dari dokumen individual, perhatian kolektif dari dari dunia blog akan menentukan nilai content tersebut.
Blog juga dianggap pesaing oleh perusahaan media mainstream, kompetisi ini bukan hanya antar situs tapi antara model bisnis. Maka dunia Web 2.0 menjadikan kita sebagi penentu media bukan oleh sekumpulan orang tertentu yang menentukan apa yang akan menjadi berita.
3. Data is the Next Intel Inside
Setiap layanan internet dibackup oleh database dengan spesialiasi tertentu (ex. Database produk Amazon dll). Pertanyaanya adalah siapa yang memiliki data tersebut?
Untuk mendapatkanya setiap perusahaan bersaing untuk mendapatkan kelas-kelas tertentu dari sumber data: lokasi, identitas, penanggalan event publik, identifikasi produk dan nama.
Maka data dan cara amemperolehnya menjadi hal yang vital bagi perusahaan web 2.0 untuk menarik minat penggunanya.
4. End of the Software Release Cycle
Seperti pada kasus Google VS Netscape maka karakteristik software era internet adalah dhantarkan sebagi layana bukan produk. Fakta ini membuat perubahan fundamental pada model bisnis perusahaan:
• Pengoperasian menjadi core competency, bukan produk lepas. (layanan bukan produk)
• Pengguna dianggap sebagai co-developer
5. Lightweight Programming Models
Menggunakan model pemrograman yang ringan dan simpel seperti RSS. Seperti juga Amazon yang menggunakan SOAP (Simple Object Access Protocol) dan XML.
6. Software Above the Level of a Single Device
Software tidak hanya dirancang untuk satu platform saja seperti PC tapi juga perangkat lainya seperti mobile phone atau PDA.
7. Rich User Experience
Dengan teknologi lightweight programming kita dapat menghasilkan software yang lebih ringan dan menarik. Salah satu contoh revolusioner adalah G-mail yang berbasis web tapi tapi dengan interface yang mendekati PC.
Diambil dari What is Web 2.0 oleh Tim O'Reilly