Wednesday, March 29, 2006

Belanja CIO di tahun 2006

Tulisan ini cuplikan dari artikel di situs McKinsey dengan judul yang sama dari Kishore Kanakamedala, Vasantha Krishnakanthan, dan David Mark

CIO berencana untuk tetap menurunkan biaya operasional untuk belanja lebih di upgrade ERP, server, dan security.

Survey 77 CIO dan senior ekeskutif IT di US menyebutkan rencana di tahun 2006 akan lebih banyak investasi di area upgrade hardware, optimalisasi sistem yang melayani industri spesifik, dan meningkatkan aspek keamanan dan kehandalan.


Ramalan McKinsey menyebutkan bahwa anggaran IT akan tumbuh 3% namun pertuimbuhan ini menyebunyikan penurunan di biaya operasional IT akibat penyederhanaan process, outsourcing, dan teknologi baru yang membuat perusahaan meningkatkan kapasitas proses tanpa membeli lebih banyak hardware. Penghematan ini akan meningkatkan capital expenses meningkat 13% ( red. ini yang saya belum mudeng, mungkin total spending naik hanya 3% sementara operasi turun 1,5% komposisi ini menimbulkan peningkatan capital spending 13%).



Yang menarik dari belanja ini adalah perbaikan ERP sekira 47% yang sebagian besar menyebutkan prioritas utama adalah penyempurnaan sektor spesifik di ERP khususnya untuk meningkatkan produktivitas dan issue-issue persaingan industri.

CIO juga berencana untuk belanja di tool business intelligence, termasuk aplikasi extract data dari ERP untuk menganalisa pelanggan atau trend pasar secara lebih detil, termasuk issue pemenuhan (comply) aspek regulasi contoh Sarbanes Oaxley.

Prioritas lainnya (53%) adalah upgrade hardware terkait dengan penggantian server yang dibeli tahun 1990an menuju perangkat dengan teknologi konsolidasi dan virtualisasi (kemampuan untuk menjalankan beberapa Operating Sistem dalam satu komputer atau mendistribusikan proses di banyak mesin). Infrastruktur telekomunikasi berbasis sirkit kecenderungan juga diganti dengan teknologi VoIP untuk menggabungkan jaringan suara dan data untuk mengurangi biaya. Termasuk dari area ini adalah membangun kapabilitas mobile-network untuk mengelola lebioh banyak data, piranti, dan aplikasi sehingga mobile workers dapat lebih produktif.

Terakhir adalah investasi di disaster recovery dan teknologi availability untuk memenuhi regulasi dalam keamanan dan pengelolaan data operasional.

Tuesday, March 28, 2006

250306-Business Process Approach & Architecture Application.

It was a rainy morning day. Tidak banyak partisipan pagi itu, tapi the show must go on kan?. Agenda kelas pagi itu membahas Business Process Approach dan Architecture Application.

Sebelumnya diulas beberapa model/framework penyusunan strategi IT, mulai dari penyelarasan dengan strategi bisnis, wawancara pengguna, sampai ke acuan bisnis proses perusahaan. Fokus pembahasan terutama menerapkan pendekatan pada model berbasis bisnis proses. Acuan pada dokumen standard bisnis proses yang umumnya disusun oleh corporate tim atau unit yang memiliki responsibility terkait (contohnya Business Effectiveness) nampaknya masih belum cukup. Pendekatan yang dibahas, lebih jauh lagi mengacu pada standard bisnis proses yang dianggap well proven secara industri, dan acuannya adalah forum, institusi, atau asosiasi yang mewakili spesifik industri yang diacu bisnis proses perusahaan. (Pertanyaannya, apakah pendekatan tersebut karena bisnis proses perusahaan belum established atau karena tidak ada trust dengan standard bisnis perusahaan eksisting?).

Pembahasan pendekatan bisnis proses, merefer pada studi kasus salah satu perusahaan yang mewakili industri infocom di tanah air. Gambaran framework dapat dijelaskan seperti pada gambar dibawah ini.


Framework of Business Process Approach

Business Process is positioned as the anchor for business, thus best-practice business process adoption is a must. Pendekatan Bisnis Proses mengacu pada best practice yang dipilih, untuk dilakukan analisis Gap, mulai dari Business Process Best Practice, Corporate Standard Business Process, Implemented Business Process, sampai Application Supported Business Process. Cara paling sederhana untuk menggambarkan gap analysis, dipilih model Radar chart atau biasa disebut juga Spider Web.

The improvement efforts should be focused on the processes that will give high business impact, based on the current condition. So, the Prioritization Approach is applied to identify the High Priority Processes to be improved. Analisis berikutnya adalah Prioritisasi, dengan menggunakan variable Business Impact, Effort-to-Implement, dan Size/Amount of value affected. Analisis ini menggunakan model matrik bubble untuk menggambarkan high priority maupun quick-win proses.

An application architecture is the backbone of any application implementation and provides a strong fundamental foundation for decision to implement an application. Pada bahasan ini, Architecture Application dibangun dengan mengacu pada hasil analisa Business Process Approach melalui pemodelan dalam bentuk matrik keterkaitan antara bisnis proses dan aplikasi pendukungnya. Selanjutnya dari matrik tersebut, digabung dengan analisis prioritisasi bisnis proses, dapat dibentuk prioritas komponen aplikasi (high priority maupun quick-win). Aspek pre-requisite dalam urutan implementasi aplikasi memberi prioritas tambahan untuk quick-win without pre-requisite.

Monday, March 27, 2006

180306-Class at a Glance

A bit late, still better than never. Ulasan kelas 180306 jadi telat hampir 3 minggu, tapi tak apalah toh nggak banyak juga yang memantau (boleh protes pake media comment). Seperti sessi sebelumnya, sessi ini membahas tentang paparan dari dua kelompok terakhir yang membawakan materi dari buku Ward untuk bab dengan judul yang terkait dengan Pengelolaan Supply IT Services, Application & Infrastructure dan paparan kedua dengan tema Knowledge Management.



Dalam bahasan Pengelolaan Supply IT Services, Application & Infrastructure, ada model matrik yang relative berbeda dari matrik sebelumnya. Matrik yang membedakan antara dimensi tingkat kastemisasi layanan dan dimensi tingkat kontak pengguna. Issue Gap dalam IS Service Delivery juga muncul dalam slide, meski saya sendiri lupa saat paparan. Issue lain yang cukup menarik adalah outsorcing dengan key factor sebagai berikut

  • Business factor
  • Technical factor
  • Economic factor
  • Contractual issue
  • Post-contract management

Paparan kedua dengan tema Knowledge Management mengulas antara lain informasi sebagai asset, aspek budaya, serta issues terkait dengan policy dan implementasi. Di bawah ini adalah cuplikan dari paparan tersebut:

An Information Culture

  • Functional Culture: as a means of exercising influence or power over others
  • Sharing Culture: to improve performance
  • Enquiring Culture: to understand thr future and ways of changing what they do to align with future trends or directions
  • Discovery Culture: to new insights about crisis and radical changes and seek ways to create competitive opportunities

Satu hal yang mungkin bisa jadi bahan diskusi atau polemik, adalah perbedaan Information Asset Management dan Information Architecture. Mungkin ada pembeda yang jelas, atau boleh jadi mirip-mirip seperti juga jargon IT yang lain. Terakhir dibahas model DIKAR dan RAKID.

Monday, March 20, 2006

GRID COMPUTING

Posting ini masih merelease tulisan dari mahasiswa tahun lalu yang saya share ke audiens klasmaya.

GRID COMPUTING
Martha Simbolon
Bayangkan seandainya internet computing tidak hanya bermanfaat untuk sekedar melakukan perhitungan-perhitungan, melainkan untuk sesuatu yang lebih kompleks dari itu. Suatu kemungkinan untuk berbagi sumber daya untuk kepentingan bersama. Internet melalui web dan email telah menawarkan mekanisme dasar yang memungkinkan sebuah kelompok ilmuwan untuk bekerja secara bersamaan tanpa menghiraukan batasan geografis. Tapi bagaimana jadinya apabila mereka dapat membangun hubungan antar data, komputer, perangkat sensor, dan sumber daya lain yang mereka miliki untuk membentuk sebuah laboratorium virtual? Grid computing merupakan jawabannya. Grid computing memungkinkan semua itu terwujud dengan menyediakan protokol, servis dan kit pengembangan perangkat lunak untuk keperluan berbagi sumber daya secara fleksibel dan terkendali dalam skala besar.


Konsep grid computing sendiri memang bukanlah hal baru. Secara garis besar, konsep ini berangkat dari prinsip “tidak boleh ada PC menganggur”, solusi grid computing memvirtualkan seluruh aset yang tak termanfaatkan menjadi satu komputer besar yang sangat hebat kemampuannya. Inilah solusi yang potensial menjadi “The IT's Next Big Thing!” Grid computing menghubungkan berbagai komputer yang terpisah secara geografis atau lokasi, untuk membentuk semacam superkomputer virtual. Mesin virtual ini akan terlihat sebagai sebuah entitas sumberdaya komputasi tunggal, dengan kapasitas komputasional yang sanggup mengerjakan aplikasi berat, yang tidak mungkin dilakukan sendirian oleh PC atau sebuah server sekalipun. Selain itu, grid computing pun tidak memandang sistem operasi (OS) atau platform perangkat keras yang diajaknya berkolaborasi.

Walaupun Grid computing adalah teknologi yang relatif baru, namun telah terbukti bermanfaat, dan masa depan teknologi ini kelihatannya cukup menjanjikan. Di masa depan, saat teknologi, sistem jaringan, dan model bisnis untuk keperluan ini telah berkembang, dimungkinkan bagi komunitas ilmuwan untuk membentuk semacam "Science Grids", yang menghubungkan sumber daya yang berbeda untuk mendukung komunikasi, akses data dan komputasi untuk kepentingan ilmu pengetahuan.

Grid computing sebenarnya merupakan sebuah aplikasi pengembangan dari jaringan komputer (network). Hanya saja, tidak seperti jaringan komputer konvensional yang berfokus pada komunikasi antar pirati (device), aplikasi pada Grid computing dirancang untuk memanfaatkan sumber daya pada terminal dalam jaringannya. Grid computing biasanya diterapkan untuk menjalankan sebuah fungsi yang terlalu kompleks atau terlalu intensif untuk dikerjakan oleh satu sistem tunggal. Dalam pengertian yang lebih teknis, Grid computing merupakan sebuah sistem komputasi terdistribusi, yang memungkinkan seluruh sumber daya dalam jaringan, seperti pemrosesan, bandwidth jaringan, dan kapasitas media penyimpan, membentuk sebuah sistem tunggal secara vitual, dan adanya sejumlah besar workstation yang tersebar di seluruh dunia yang bekerja secara bersamaan dalam Grid computing. Seperti halnya pengguna internet yang mengakses berbagai situs web dan menggunakan berbagai protokol seakan-akan dalam sebuah sistem yang berdiri sendiri, maka pengguna aplikasi Grid computing seolah-olah akan menggunakan sebuah virtual komputer dengan kapasitas pemrosesan data yang sangat besar.

Seperti diketahui, tujuan dari enterprise grid computing adalah untuk memanfaatkan secara penuh suatu jaringan sumberdaya komputasi dan storage yang sudah ada dengan menyatukannya ke dalam satu sumberdaya komputasional yang besar, dan mengalokasikan kapasitas computing power dan storage secara memadai kapan pun dibutuhkan. Daripada memiliki satu komputer besar, lebih baik memiliki banyak komputer kecil dan bisa berbagi beban kerja. Yang menarik, beban kerja tersebut dapat dibagi-bagi ke komputer yang lebih kecil dan tanpa harus memiliki sendiri komputer tersebut, grid-grid dibangun dengan beberapa cluster server yang dihubungkan melalui Internet dengan protokol. Karena Internet memungkinkan orang untuk berbagi kandungan melalui protokol yang terbuka dan standar, protokol Grid yang dilahirkan komunitas sumber terbuka Globus memungkinkan organisasi untuk menciptakan organisasi-organisasi virtual yang saling berbagi aplikasi, data dan tenaga komputasi guna berkolaborasi,mengatasi permasalahan serius dan mengurangi biaya komputasi.

Sekalipun pemanfaatan grid computing ini lahir dari inisiatif para ilmuwan, belakangan ini para vendor TI dan kalangan korporat mulai melirik, dan bahkan beberapa perusahaan sudah mengadopsi teknologi ini. Grid computing yang diterapkan oleh kalangan enterprise grid ini juga menggandeng berbagai sumberdaya yang terpisah untuk di- pool -kan menjadi satu computing power. Sekalipun secara lokasi atau geografis mungkin terpisah, tetapi secara logic , sumberdaya itu berada di belakang tembok ruang, atau berada di belakang firewall yang sama. Sebagai sebuah teknologi inovatif generasi mendatang, teknologi grid akan memungkinkan penggunaan server, perangkat penyimpanan, software dan sumber data yang secara efektif terhubung dalam sebuah jaringan.

Menurut para penggagas dan pendukung aplikasi grid computing untuk perusahaan, ada dua manfaat yang bisa diperoleh dengan memvirtualisasikan bermacam-macam sumberdaya ini melalui sebuah grid, yaitu penghematan dan kecepatan. Grid computing bisa memberi penghematan uang, baik dari sisi investasi modal maupun operating cost –nya. Hal ini diwujudkannya dengan memanfaatkan secara penuh sumberdaya komputasi dari seluruh komponen yang ada di dalam grid. Sebuah solusi grid computing bisa memvirtualkan seluruh aset yang tidak termanfaatkan ini menjadi seolah-olah satu komputer besar. Jadi, alih-alih membeli perangkat baru, grid computing memaksimalkan return on investment dari perangkat yang sudah ada. Selain itu, grid computing juga mendongkrak kecepatan komputasi dari mesin-mesin yang ada. Processing power yang meningkat ini membuat aplikasi berjalan lebih cepat dan memberikan hasil yang lebih cepat.

Manfaat grid computing memang sudah dapat dilihat dan dirasakan secara nyata, hanya saja teknologi ini masih termasuk teknologi khusus. Grid computing paling pas digunakan untuk perusahaan-perusahaan yang sudah menggunakan HPC, seperti perusahaan jasa keuangan, farmasi, dan perusahaan rancang-bangun dan manufaktur kelas kakap, seperti industri otomotif dan dirgantara. Menurut IDC, pendapatan dari pasar grid computing diperkirakan akan melampaui 12 miliar dolar AS pada 2007 mendatang, yang mencakup pasar HPC maupun perusahaan-perusahaan komersial. Tren ini, menurut IDC didorong oleh sejumlah faktor, antara lain maturasi dan standarisasi piranti lunak grid, dorongan penggunaan infrastruktur TI secara efisien dari para end user , meningkatnya awareness dan ekspansi pasar di luar aplikasi dan user HPC tradisional.

Sekalipun publikasi mengenai grid computing ini memang tidak segencar IT hype lainnya, seperti wireless, web services atau CRM misalnya, paling tidak teknologi ini masih berpeluang menjadi IT's Next Big Thing , mengingat peningkatan efisiensi dan produktivitas, serta cost saving yang dijanjikannya.

Teknologi RFID (Radio Frequency Identification)

Tulisan ini adalah artikel dari salah satu mahasiswa (tahun 2005) sebagai tugas evaluasi aspek perkembangan teknologi. Assessment trend teknologi menjadi salah satu faktor dalam mengembangkan penyusunan strategi teknologi informasi suatu perusahaan.


Teknologi Radio Frequency Identification
Santy P

Pengertian dan cara kerja
RFID adalah bentuk umum untuk teknologi yang menggunakan radio waves untuk mengidentifikasi manusia atau objek secara otomatis. Metode yang paling sering digunakan adalah untuk menyimpan serial number yang menunjukkan identitas seseorang atau benda, pada sebuah microchip yang disertakan pada antena (chip dan antena adalah RFID transponder atau sebuah tag RFID). Antena memampukan chip untuk mentransmisikan informasi identifikasi kepada reader. Kemudian reader mengubah pantulan radio waves dari tag RFID kedalam informasi digital yang dapat dilewati pada komputer yang akan menggunakannya.

  • Tag RFID adalah sebuah objek yang kecil, seperti lem stiker yang dapat disertakan atau disatukan kedalam sebuah produk.
  • Tag Reader menggunakan 2 metode untuk berkomunikasi dengan tag RFID. Salah satunya adalah membaca tag RFID pasif dalam batasan yang pendek

Jenis RFID
menurut wilkipedia ada 2 jenis yaitu tag pasif dan aktif sedangkan menurut diskusi mengenai teknologi RFID (Achieve Breakthrough Performance through RFID Radio Frequency Identification Technology) RFID ada 3 jenis yaitu tag pasif, tag aktif dan tag semi-passive.

  • Tag RFID pasif tidak mempunyai supply kekuatan sendiri (baterai). Dari segi kekuatan dan biaya, respon dari tag pasif RFID lebih baik.
  • Tag aktif mempunyai baterai dan memiliki memori yang lebih besar daripada teknologi pasif, memiliki kemampuan untuk menyimpan informasi tambahan yang dikirim oleh transceiver.
  • Tag semi-pasif menggunakan baterai untuk menjalankan circuit dari chip tetapi berkomunikasi dengan kekuatan dari reader.


Sistem RFID
RFID terdiri dari beberapa komponen yaitu : tag, tag reader, tag programming station, circulation reader, sorting equipment dan tag inventory wands.
Penggunaan RFID pada saat digunakan untuk identifikasi hewan, untuk perpusatakaan, UHF untuk container tracking dan lain-lain (lihat RFID Wilkipedia).

Cakupan penggunaan RFID
RFID melengkapi UPC atau EAN bar code dengan kapasitas, biaya, dan kelengkapan identifikasi setiap barang dalam supply chain, untuk rumah sakit dalam hal medical records, untuk dirumah dan baru-baru ini digunakan untuk membuat produk jam pintar yang dapat mengingatkan sipemilik jika ia keluar dari pintu namun ia lupa membawa hal penting yang seharusnya dibawa. Untuk beberapa tahun mendatang penggunaannya akan semakin meluas. Contohnya untuk passport (lit Forecast, Opportunities).

Keuntungan RFID
Mengurangi kesalahan pengentrian data dan mengurangi proses transaksi bisnis secara manual, penyediaan data secara otomatis, mengatasi masalah dalam supply chain contohnya inventory yang tidak akurat, cepat dan biaya operasi hemat dan akan diperluas untuk meningkatkan penjualan, meningkatkan keamanan, mengurangi kejahatan dan meningkatkan layanan kepada pelanggan

Contoh Perusahaan yang menggunakan RFID
Wallmart, Tesco, dan Metro dan lain-lain

Karena adanya keuntungan dalam penggunaan RFID ini maka penggunaan perusahaan untuk teknologi ini diperkirakan akan semakin meningkat. Dalam tahun 2015 akan meningkat 3 kali dari tahun 2005. dan ramalan berdasarkan wilayah menunjukkan pada tahun 2010, 48% dari tag RFID akan dijual di Asia Timur (Forecast and Opportunities, IDTechEx RFID market to reach $7_26Bn in 2008).

Friday, March 17, 2006

110306-Class at a Glance

Di sessi minggu ini, relative diisi dengan presentasi tugas dari dua kelompok yang membawakan materi dengan tema Organizing & Resourcing dan materi kedua dengan tema Managing Investment.

Dalam Organizing & Resourcing dari buku Ward dibahas antara lain IT Architecture Management dengan fungsi mengembangkan Arsitektur : Informasi, Aplikasi, Data, Hardware & Sistem Operasi termasuk Arsitektur Telekomunikasi. Pembahasan mengenai siapa yang memiliki peran dan tanggung jawab dalam pengelolaan IT juga menjadi issue termasuk 9 IS core competencies.

Beberapa riset dalam kaitannya dengan meningkatkan hubungan antara fungsi IS dengan fungsi bisnis perusahaan dipaparkan dalam bahasan ini antara lain “Market Management” dari Earl & Sampler dan “Six Steps Transformation” dari Peppard.

Presentasi kedua lebih banyak membahas pengelolaan investasi yang mencakup issue justifikasi dan menetapkan priorits investasi, termasuk issue keuntungan bagi manajemen dan aspek-aspek resikonya. Dibawah ini saya cuplik dari paparan pengelolaan investasi.

Justifying and Assessed IS/IT Investment
Facts:

  • 70% organization had no formal justification & post implementation review for IS/IT Investments (Cooke & Parish)
  • Only 50% of IS/IT Projects with formal pre-investment appraisal; Less than half of it recognized to analyzed financially. Barely 30% the outcome evaluated (Farbey).
  • Traditional financial analysis techniques still used (Ballantine).
  • Only 36% felt their IS/IT adequate to their needs in major UK Corporation.

Portfolio Aplikasi menjadi salah satu mekanisme dalam evaluasi justifikasi investasi IS/IT. Faktor-faktor “most important to do”; “capable of being done”; dan “likely to succeed” dijelaskan dalam bahasan penetapan prioritas investasi.

Kelas depan kita tunggu dua materi lain yang moga-moga tidak kalah menarik.

Monday, March 06, 2006

The IT Value Chain

Tulisan ini saya cuplik dari buku Managing Information Technology for Business Value, Martin Curley, Intel Press.


IT Value Chain
Source: Adapted from Sambamurthy and Agarwal.


IT Innovation

  • The process of creatively developing intelligent combinations of new and existing technology and knowledge to deliver new business solutions that can add new value or perform an existing function better, faster, or cheaper.
  • Innovation is all about knowing how to put technology to use to create or capitalize on new business opportunities, strengthen business competencies and customer relationships, improve business processes and ensure that innovation is in alignment with the strategic business thrusts of the firm.

Methodology : Rapid solutions prototyping. Run the pilot studies that evaluate the potential value and practicality of new ideas & innovations, If demonstrates sufficient potential value, then shift to solutions delivery.

Solutions Delivery

  • Focuses on delivering the solutions either through internal development, external contracting, or through solutions integration using packaged software to ensure timely and cost-effective deployment of IT solutions to support business needs.

Tool : The capability maturity frameworks (CMFs) for improving competence in solution delivery (www.sei.cmu.edu).


Services provisioning

  • Delivering the primary services and products to support the firm. Activities include the allocation of IT services and resources, such as a share of the data center, the help desk, remote desktop management, and IT solutions.
  • The primary objective is to deliver the services and solutions the firm needs in the most cost-effective manner.

Reference:
–The IT Infrastructure Library (ITIL), is a popular framework that specifies what tasks should be accomplished when building a foundation for provisioning.
–The IT Service CMM is a practical framework for improving service provisioning competence (www.serc.nl).


040306-Class at a Glance

Di minggu lalu, karena ada pengumuman pengumpulan nilai tengah semester di tanggal 18 bulan ini, sementara Quiz yang jadi PR juga cuman dikumpul oleh nggak lebih dari 3 orang, maka Quiz jadi PR kembali jadi Quiz. Soalnya terkait dengan penentuan indicator ARPU yang bisa diukur dari beberapa sudut pandang atau perspektif. Issuenya, indicator (biasanya indicator kinerja) yang merupakan turunan kesekian dari beberapa parameter bisa memiliki angka yang beragam, terkait dari definisi, formulasi maupun sumber data. Meski definisi maupun formula secara umum sama, namun saat beberapa sistem eksisting memiliki entitas parameter yang terkait, melahirkan ada pilihan sumber data yang selanjutnya ada perhitungan yang berbeda. Moga-moga minggu depan bisa kita bahas bersama.

Sessi berikutnya adalah presentasi dari kelompok-1 dengan materi Pengelolaan Portfolio Aplikasi yang mengulas tentang analisa matrik. Pembahasan mulai dari McFarlan, Sullivan sampai ke BCG. Minggu depan kita tunggu kelompok lain, moga-moga bisa 2 tim yang presentasi.

Sessi terakhir pembahasan Enterprise Information Architecture dari Zachman Framework. Beberapa materi bisa diperoleh di situs www.zifa.com. Sementara untuk Handout sudah saya kirim lewat email plus artikel dari cuplikan buku Intel mengenati IT Value.