Thursday, October 20, 2005

Paradoks Tujuan Hidup Manusia

Saya pernah kasih komentar tentang aspek religi yang cukup dominant pada saat membahas evaluasi tugas simulasi visi, misi, dan objektif tempo lalu. Ada suatu pemikiran yang pernah mencuat sekilas, yang kalau boleh saya sebut “paradoks tujuan hidup manusia”. Saya coba tuangkan pemikiran itu di sini sekedar untuk membagi pemikiran.

Berbicara tentang kehidupan manusia beragama, pada umumnya mereka mengakui adanya kehidupan sesudah mati. Dengan kata lain ada kehidupan di dunia dan ada kehidupan akhirat. Dalam pembahasan menetapkan objektif, disebutkan kita perlu menggali data, informasi, dan menganalisa itu semua. Pendek kata ada proses menggali pengetahuan yang pernah kita simulasikan.

Terkait dengan hal tersebut, pada saat kita akan menetapkan tujuan hidup di dunia termasuk di akhirat, perlu digali pengetahuan yang kita ketahui tentang kehidupan di dua tempat tersebut. Informasi dan pengetahuan di dunia, bisa cukup jelas terlihat dan terbayangkan. Ada kejadian sehari-hari, pengalaman, contoh kasus keberhasilan / kesuksesan maupun kegagalan, serta informasi lain yang menunjang penetapan objektif di dunia. Sementara pada saat menggali pengetahuan kehidupan di akhirat, relatif manusia hanya mengacu pada informasi yang termuat dalam kitab-kitab yang diyakininya, tidak lebih.

Meski manusia memiliki banyak informasi tentang hal-hal terkait kehidupan dunia, termasuk keberadaannya di dunia, namun pada saat menetapkan objektif dunia, acapkali tidak sepenuhnya benar, tepat, dan sesuai. Terlihat dari kejadian tentang apa yang kita harapkan tidak semua terealisir, tidak semua target bisa tercapai, dan apa yang kita peroleh meski berbeda dengan cita-cita namun boleh jadi memang sesuai dengan kodrat kita, atau paling tidak ada hikmah yang bisa kita ambil. Artinya analisa dan pengetahuan kita di dunia, meski tangible, meski kita bisa gali sebanyak-banyaknya namun terlihat tidak berarti apa-apa, kalau boleh dikatakan secuil.

Sementara, informasi di akhirat, meski tidak mudah untuk dibayangkan, namun proses penetapan objektif di kehidupan sesudah mati, bagi yang percaya, amat sangat jelas, hitam-putih, yaitu surga atau neraka.

Jadi ada paradox antara pengetahuan yang kita gali melalui analisis, dimana untuk kehidupan dunia kita merasa serba tahu, namun tidak berarti menjamin tepatnya objektif kita di dunia, sementara pengetahuan di akhirat, meski terbatas dari sumber satu kitab namun amat jelas objektifnya.

No comments: