Tuesday, December 12, 2006

251106 & 021206 Class at a Glance

Frankly speaking, saya ragu dengan judul tanggal diatas. Seingat saya, sessi terakhir dirangkap dari 0700-0900 dengan 1200-1300 sebagai ganti minggu pertama Desember yang saya berhalangan hadir karena minggu tersebut harus berada di negeri Jiran (oleh-oleh cerita insya Allah menyusul).

Anyway, posting kali ini sekedar memberikan link ke materi hand-out dua minggu lalu. Hand-out pertama berisi Marketing bagian kedua yang terkait dengan Marketing System, Research, Demand, Market segments, dan yang lainnya. Hand-out ini bisa di download di SINI.

Hand-out kedua terkait dengan materi packaging dan labeling, yang bisa di akses di SINI.

Satu lagi materi yang telah dibahas dua minggu lalu terkait dengan industri telematika, sesuai dengan judul mata kuliahnya, bisa di akses di SINI (zipped file).

Mungkin sedikit mepet, tapi paling tidak materi ini bisa jadi bahan ujian besok atau minimal sekedar baca-baca saja.

Last but not least, selamat ber UAS, semoga sukses…..

Friday, November 24, 2006

111106 & 221106 Class at a Glance

Ada satu yang terlewat, offline klas 111106 rada terlambat untuk ditayangkan, mohon maaf. “Class at a Glance” kali ini saya gabung saja untuk dua sessi kemarin.

Seperti direncanakan semula, sessi 111106 dominan dipergunakan untuk open book quiz yang sekali lagi maaf, belum bisa saya report kan. Sisa waktu sempat disisipkan sebagian kecil materi (kalau nggak salah) dari Dahan & Hauser.

Untuk sessi 221106, sebagai pengganti 181106 lebih banyak dipergunakan untuk membahas bagian dari bab 13 nya Dieter tentang Economic Decision Making. Meski rada kikuk dengan istilah keuangan yang rada-rada un-familiar, namun materi ini cukup relevan dengan Pengembangan Produk, meski tidak semua bab diulas. Sebagai tambahan untuk materi yang pernah saya upload sebelumnya, di SINI dapat di download bagian kedua dari bab 13 Dieter tersebut.

Materi kedua di sessi 221106, sedikit diulas tentang pendahuluan Marketing, yang hand-outnya bisa di download di SINI.

Sessi besok pagi, masih saya pikirkan (saat ini saya sedang di Jakarta), moga-moga ada sesuatu yang menarik untuk disajikan.

Monday, November 20, 2006

Kuliah Pengganti

Berikut saya informasikan mengenai kuliah pengganti hari Sabtu tanggal 18 November 2006 untuk mata kuliah SK-425 Pengembangan Produk Industri Digital dan EL-419 Pengembangan Produk Telematika pada :

Hari, tanggal : Rabu, 22 November 2006
Waktu : pk. 18.00-20.00
Ruang : R-202 (Lantai 2)

terima kasih atas perhatiannya.

Wednesday, November 15, 2006

Stop Press !!

Diberitakan untuk kuliah minggu ini, tanggal 18 November 2006, ditiadakan.

Penggantian akan dijadwalkan setelah ada keputusan dari Institusi.

Demikian, Terima kasih

Apakah Zune bakalan menggantikan iPod?

Setelah Microsoft menggoyang Playstation Sony lewat XBox, sekarang iPod nya Apple mulai direcoki lewat produk baru Microsoft yang serupa bernama Zune. CEO Steve Ballmer sendiri yakin bisa mendobrak dominasi iPod meski saat ini iPod sudah menguasai 75% pangsa pasar di US. Sementara sejak dipasarkan tahun 2001, iPod sudah terjual hampir 70 juta unit di seluruh dunia.

Dengan harga yang relatif sama ditambah fitur radio FM dan kemampuan pemindahan lagu antara piranti, Zune yang direlease September lalu mulai dipasarkan minggu ini. Penjualan ini cukup meningkatkan harga saham Microsoft di Nasdaq (+ 11%)

Video dibawah ini mungkin bisa menggambarkan product Zune yang belum masuk ke Indonesia.

Tuesday, November 14, 2006

Trafik Klasmaya November 2006

Di tahun 2005, saya pernah ulas trafik Klasmaya bulan Oktober 2005. Sekarang sudah lebih dari satu tahun, saya coba update untuk melihat kira-kira perubahan apa yang terjadi.

Distribution of visits during a week

Dibanding setahun lalu, relatif perubahan terjadi pada hari Senin sampai Rabu. Jika tahun lalu trafik tinggi hanya terjadi pada hari Kamis dan Jum'at sebagai persiapan kelas di hari Sabtu, untuk tahun ini, ada kecenderungan visit terjadi cukup merata dengan kisaran angka dari 18,1% di hari Senin sampai 14,9% di hari Kamis. Seperti biasa, hari Jum'at selalu menjadi hari favorit yang merepresentasikan "last check out".

Yang menarik, hari Sabtu yang setahun lalu tidak significant, tahun ini turut berkontribusi sebesar 7,8% disusul oleh hari Minggu di angka 5,2% yang sebelumnya 0%.

Page Views and Visits Chart


Meski demikian, trafik tahun 2006 yang diukur bulan ini sebagai sampling, relatif di drive oleh peningkatan pada minggu kedua November 2006 yang kemungkinan dipengaruhi issue Quiz semi UTS, seperti yang tampak pada tabel kedua.

Product Development on YouTube

Embedded Video dari YouTube

Monday, November 06, 2006

041106 Class at a Glance (+ e-book of Dahan & Hauser)

Perkiraan kelar libur panjang akan dibahas tugas terkait “suara pelanggan” ternyata hasilnya mengecewakan, walhasil sessi minggu lalu “just an ordinary class” membahas materi dari bab-5 nya Dieter tentang “Concept Generation and Evaluation”.

Materi kuliah bisa di download di SINI.

Seperti yang sudah diinformasikan kemarin, minggu depan mohon dipersiapkan sessi Quiz yang mirip UTS. Bahan semua yang sudah di beri dari awal termasuk artikel di klasmaya ini.

Satu lagi terkait dengan materi Dahan and Hauser yang belum ngopy. Akhirnya alamat situsnya sempet ketemu (itu juga ga’ sengaja) di CIPD.

Ciao

Friday, November 03, 2006

Upload e-Book, part-1 Dieter Chap-13

Tadinya mau saya kasih judul Notes for next session 041006, tapi saya ragu untuk bisa dibahas besok, mungkin seperti rencana semula, pembahasan masih di materi Dahan Hauser yang sudah di share melalui salah satu flash disk partisipan.

Materi ini mungkin akan dibahas sekilas, toh menurut informasi, ada mata kuliah yang membahas konten ini secara khusus. Tapi karena terkait dengan evaluasi bisnis dalam Pengembangan Produk saya sengaja menyertakan file ini untuk disimak bersama. Aslinya satu file bab-13 ini berbobot kurang lebih 2 MB, untuk mempercepat akses saya bagi dua saja file tersebut. Bagian pertama bisa disimak di SINI.

Camp Samsung

Artikel Business Week ini cukup punya kaitan dengan materi Pengembangan Produk, khususnya untuk membayangkan bagaimana proses NPD di suatu perusahaan elektronik dunia.

To develop winning products, the Korean giant isolates artists and techies for months on end

By Moon Ihlwan

Business Week Online
JULY 3, 2006


Last June a group of 11 Samsung Electronics Co. employees pledged to do the last thing. most people desire just as spring bursts into summer: stay inside a drab room with small, curtained windows for the bulk of the next six weeks. The product planners, designers, programmers, and engineers had recently entered Samsung's so-called Value Innovation Program (VIP) Center, just south of Seoul. They were asked to outline the features and design of the company's mainstay flat-screen TV, code-named Bordeaux. And their bosses had vowed to keep them posted there until they had completed the assignment.

After an introductory ceremony attended by senior executives of Samsung's video division, the team joined a dozen or so similar groups at the VIP Center and got down to work. The facility is a sort of boiler room where people from across the company brainstorm day after day -- and often through the night. Guided by one of 50 "value innovation specialists," they study what rivals are offering, examine endless data on suppliers, components, and costs, and argue over designs and technologies. The Bordeaux team hammered out the basic look, feel, and features of the model by mid-August. Then over the next five months designers and engineers worked out the details, and by February the sets were rolling off Samsung assembly lines. They hit stores in the U.S. and South Korea this April, starting at about $1,300 for a 26-inch set. "For the first time in our company, we developed a TV appealing to customers' lifestyles," says Kim Min Suk, an official at Samsung's LCD TV Product Planning Group.

It's all part of a new mantra at Samsung: "market-driven change." In the past decade Samsung has radically improved the quality and design of its products. Yun Jong Yong, Samsung's 62-year-old chief executive, now wants the company to rival the likes of Microsoft Corp. (MSFT ) and IBM (IBM ) as a key shaper of information technology. By 2010 he aims to double sales, from $85 billion last year to $170 billion. The Korean giant, however, still isn't an innovation leader on the order of Apple Computer Inc. (AAPL ) or Sony Corp. (SNE ) in its heyday. Yun says Samsung has become "a good company," but "we still have a lot of things to do before we're a great company."

Yun insists that when it comes to manufacturing, his company is second to none. Yet in the Digital Age, when mechanical parts are replaced by chips, Samsung's well-run factories are no longer enough to make it stand out. He points to MP3 players as an example. Samsung rolled out its first players two years before Apple did. But Apple gave consumers the ultimate player -- the iPod -- and, with the iTunes software and Web site, an easy way to fill it with music. It's time for Samsung to start developing similar products, Yun says, that better serve customers. So far, "we don't have the power to deliver total solutions."

INCUBATION STAGE

How to make Samsung more innovative? One key initiative is the VIP Center. Yun set up the program in 1998 after concluding that as much as 80% of cost and quality is determined in the initial stages of product development. By bringing together everyone at the very beginning to thrash out differences, he believed, the company could streamline its operations and make better gadgets. In the past two years, though, the center's primary aim has shifted to "creating new value for customers," says Vice-President Lee Dong Jin, who heads the facility. Translation: Find that perfect balance of cost, innovation, and technology that makes a product great.

If it weren't such hard work, it might almost be fun. The center, at Suwon, Samsung's main manufacturing site, 20 miles from Seoul, is open 24 hours a day. Housed in a five-story former dormitory, it has 20 project rooms, 38 bedrooms for those who need to spend the night, a kitchen, a gym, traditional baths, and Ping-Pong and pool tables. Last year some 2,000 employees cycled through, completing 90 projects with names such as Rainbow, Rapido, and Rocky. Other products that have come out of the center include a notebook computer that doubles as a mobile TV, yet is thin and light enough to be carried in a handbag, and the CLP-500, a color laser printer that was built at the same cost as a black-and-white model. While some teams wrap up their work within weeks, other projects drag on for months, and all division leaders sign a pledge that participants won't return to their regular jobs until they have finished the project.

The Bordeaux team shows how the VIP Center works. The goal was to create a flat-screen TV that would sell at least 1 million units. But the team members quickly discovered that they had strongly differing opinions about what consumers want in a TV. The designers proposed a sleek, heavily sculpted model. Engineers wanted to pack in plenty of functions and the best picture and sound quality. Product planners were concerned primarily with creating something that would beat the offerings of Sharp Corp. (SHCAY ), then the leader in LCD TVs.

Every step of the way, team members drew what Samsung calls "value curves." These are graphs that rank various attributes such as picture quality and design on a scale of 1 to 5, from outright bad to excellent. The graphs compared the proposed model with those of rival products and Samsung's existing TVs. The VIP Center specialists also guided the team in discussions exploring ideas and concepts from entirely different industries, picking up hints about the importance of the emotional appeal in the offerings of furniture makers and Hollywood. "We wanted a curve resembling a wine glass, and a glossy back to make the TV fit in with other furniture," says designer Lee Seung Ho, who worked on the Bordeaux project.

One challenge the team faced: Surveys showed that shoppers buy a flat-screen TV as much for its look as a piece of furniture as for its technological muscle. Some members went to furniture stores to figure out what made buyers tick, and discovered that the design of the set trumps most other considerations. So the group started shedding function in favor of form, cutting corners on high-tech features to spend more to make a TV that looks good even when it's turned off. The control buttons were placed out of sight on the side, while the speakers were tucked under the screen to create a sleek, minimalist front underlined by a flat, curving V in blue or burgundy. The back and stand got the same high-gloss coating as the front. To keep costs down (part of that quest for value), Samsung removed a sensor that automatically adjusts the brightness to the light in the room and decided not to boost resolution to accommodate the latest high-definition standards. And with the speakers under the screen, the sound quality was lowered even as the TV's silhouette improved. "We tried to make sure consumers get maximum value for an affordable price," says Kim Dong Joon, one of several senior managers at the VIP center.

The initial response is encouraging. In the last week of May, Samsung inched ahead of Sony to become the No. 1 LCD TV brand in the U.S., garnering market share (in terms of value) of 26.4%, compared with Sony's 24.6% and Sharp's 8.2%, according to researcher NPD Group. In January, Samsung was No. 3, with just 12.1%. Yun now says he wants to become the top maker of digital TVs, including those using plasma and rear-projection technologies, in the U.S. this year.

Pretty grand ambitions. But Yun has a strong record of setting stretch goals and achieving them. Under hisstewardship, Samsung has transformed itself from an industry also-ran into the richest electronics maker in Asia. Now it could also become the coolest if Yun can reinvent Samsung one more time and get his engineers, designers, and marketers to dream up products such as the Bordeaux and really fire consumers' imaginations. It just might mean spending the summer inside.

Wednesday, November 01, 2006

WiFi Gadget-nya Sony, sebuah perbandingan

Selepas presentation day sessi-1 saya pernah mengulas tentang gadget assignment dengan apa yang sedang di develop oleh perusahaan elektronik raksasa Sony. Untung artikel ini masih kesimpan di HD saya yang ada bagusnya disajikan disini sebagai perbandingan dengan apa yang sudah dipaparkan tempo hari lalu.

Sekilas tidak banyak berbeda dengan apa yang kalian bayangkan, ada fitur Instant Messaging Internet browser, atau media player dan storage-nya, meski fitur VoIP yang jadi salah satu andalan malah kelewat. Tapi yang menarik, fitur game yang dominan dibenak partisipan justru malah tidak muncul dalam produk ini.

Sony To Launch a New Kind of Wireless Handheld for IM, Other Internet-Based Communications
By Associated Press

SAN FRANCISCO (AP) -- Hoping to tap into the growth of wireless networks across college campuses, other public spaces and within homes, Sony Corp. will announce Tuesday a new pocket-sized gadget for instant messaging and other Internet-based communications.

The Sony mylo, slated for availability in September at a retail price of about $350 (euro270), is a first-of-its-kind product that uses Wi-Fi networks, analysts say. It is not a cellular phone and thus does not carry monthly service fees. And though it could handle Web-based e-mail services, it does not support corporate e-mail programs.

Instead, the slim, oblong-shaped gizmo that has a 2.4-inch (6-centimeter) display and slides open to expose a thumb keyboard is specifically geared toward young, mainstream consumers for messaging and Internet-based calls, commonly known as VoIP (Voice over Internet Protocol) calls.

As long as a Wi-Fi network is accessible, a mylo user could chat away or browse the Web.

The mylo -- which stands for ''my life online,'' -- will be marketed toward 18- to 24-year-olds, the multitasking generation that relies heavily on instant messaging and is already viewing e-mail as passe, Sony said.

The consumer electronics giant has partnered with Yahoo Inc. and Google Inc. to integrate their instant-messaging services, and is looking to expand mylo's support to other services as well, most notably the leading messaging provider, Time Warner Inc.'s America Online.

Sony has also teamed with eBay Inc.'s Skype VoIP service, which offers free voice chats for its registered users.

The so-called personal communicator doubles as a portable media player. It can play music, photos and videos that are stored on its internal 1 gigabyte of flash memory or optional Memory Stick card. It also can stream songs between mylo users within the same network, as long as the users grant permission to share their music files.

Sony is betting that mylo will draw great interest not just among college students but also among households where youngsters might be fighting over the use of a computer just for chatting or Web surfing.

''Our mylo personal communicator lets you have the fun parts of a computer in the palm of your hand,'' said John Kodera, a director of product marketing at Sony.

Klasmaya mengucapkan

Wednesday, October 25, 2006

Concept Generation and Evaluation

(Dieter: Chapter 5)

A design concept is an idea that is sufficiently developed that it can be evaluated in terms of physical realizability.

Creativity Methods
The most common method for creating idea is brainstorming. Others techniques for creative thinking is Synectics which draws on analogical thinking; Force-fitting method; and Mind Map that draw factors, idea or concepts directly related to the problem.


Conceptual Decomposition
In solving any complex problem, a common tactic is to decompose the problem into smaller parts that are easier to manage (Decomposition in the physical domain and Functional Decomposition).

Generating Design Concept
Design Concepts are the means for providing function (The Hows). The exploration for idea for concepts can take from external resources and within the design team. The subject also describe about Concept Development, Morphological Chart, and Combining Concept.

Evaluation Methods
To choose which concept to develop into finished designs, we need evaluation methods that can be applied during relatively unstructured process of concept development. Evaluation involves comparison (absolute and relative), followed by decision making. The Pugh concept selection process compares each concept relative to a reference or datum concept and for each criterion. Another evaluation method is Analytical Hierarchy Process (AHP) that well suited for evaluating problems whose objectives have hierarchical structure.

Monday, October 23, 2006

List of new innovator (WiFi Gadget Assignment)

Sesuai janji sebelumnya, posting kali ini mengulas tentang resume dari paparan lomba kreatifitas terkait dengan tugas “WiFi Gadget”. Materi disarikan dari tugas yang sudah di submit minimal dari presentasi di kelas.

Di posting ini, kita juga akan lakukan polling untuk penentuan “best idea” untuk tambahan nilai. Polling dilakukan melalui fasilitas comment di klasmaya ini dengan menyebutkan pilihan partisipan. Maybe it’s unlikely fair, but this has something to do with marketing stuff, so check them out.

Chat++ (Ditya)
Fungsi: Chatting, game, game download with accelerator. Dengan melihat kebutuhan pengguna untuk : Koneksi ke internet yang tidak mudah terputus; Kemudahan dalam mengakses jaringan; Download yang cepat; Tampilan grafis yang tidak terlalu jelek; Interface alat yang menarik; Harga terjangkau
Segmen: Mahasiswa, ABG.
Spesifikasi Teknis :
Dimensi : P x L x T = 12cm x 13cm x 1.25cm (kondisi flip terbuka)
Processor Ekivalen PIV 2 Ghz
Memory 512 MB
HD 20 GB
VGA Setara GF4 MX 440 64 MB
Modem Up to 2 Mbp
.
.
Mini DM (Nathanael)


Fungsi: Mendengarkan music, videao clip/trailer (streaming) melalui koneksi langsung dari website khusus (direct subscription); game online&offline
Segmen: Anak muda yang cenderung / maniak dengan update lagu, trailer dan game baru.
Spesifikasi:
Seukuran N-Gage, no I/O (propriatery format) unless headphone

.
.
Digital Cart (Johannes)

Fungsi: mencatat daftar barang yang akan dibeli oleh pelanggan toko dengan menginput ke database sever, sehingga pelanggan tinggal menunjukkan gadget untuk mengambil belanjaan yang telah dipesan.
Segmen Pengguna: No specific segment.
Device specification
Dimension : 150 x 80 x 20 mm
LCD display : 200 x220 Pixel, white LCD backlight
Power : 5V Li-Ion Battery
Battery Life : 6 – 10 hours
Langguage support : English, Indonesian, Simplified Chiinese
Built in memory : 32MB
Data Transfer rate : 100Mbps
Operating system : Built-in OS
.
.
G-Mob (Devandy)

Fungsi: Online Game; download game untuk online dan register; MP3 dengan input dari flash disk; Radio FM;
segmen: remaja dan kaum muda yang sangat mobile
Spesifikasi :
Touch screen
Processor 1GHz
VGA card 128MB
High Speed USB Port 2.0
WiFi Access
Dimensi alat (20 cm X 15 cm X 5 cm) Dimension layar (15 cm X 12 cm)
.
.
No tittle (Eric)

Fungsi: Download siaran (streaming) TV, kamera, dan Internet browser.
Segmen: Executive muda (he really mentioned it).
Spesifikasi:
Resolusi layar 640x480, 65K color TFT LCD
Memory 1 Gb
Prosessor 2 GHZ
Wi-Fi 802.11b/g
Bluetooth
Kamera 6.0 M PixelBattery lithium Ion 1500 mAh
.
.
Mini WiFi (Sanny)

Fungsi: Fungsi utama internet akses dengan ukuran mini (browsing internet, chatting, dan download game & program kecil)
Segmen: Anak kuliah dan perkantoran.
Dimensi : P x L x T = 15cm x 5cm x 5cm (kondisi alat terbuka); 15cm x 5cm x 2cm(kondisi terlipat)
spesifikasi dari alat :
Processor Ekivalen 2,2 Ghz
Memory 512 MB
HD 40 GB
VGA GF4 MX 128 MB
Modem Up to 2 Mbps
Resolusi layar 600-800 pixel
Kualitas warna highest 32bit
.
.
RT/RW-Net (Derly)

Fungsi : Internet akses (browser internet, download) .
Segmen: all
Peralatan:
1. PC yang akan difungsikan sebagai router/gateway
2. Card Wireless LAN (WiFi)
3. Kabel Coax
4. Antenna Luar
5. Hub UTP untuk LAN

(*red: No picture available and unfortunately this is not a gadget design)


X-Lock (Andi)

Fungsi: Media penyimpanan data (koneksi ke internet); Internet browsing; Player movie & MP3
Segmen: Anak kuliah dan orang bisnis
Dimensi: 15x12 with headphone

(*red: no picture available, only a sketch on the whiteboard; no formal & submitted information)

141006 Class at a Glance

Ekspekstasi di klas 141006 sebenarnya akan banyak mendengarkan paparan dari peserta “lomba inovasi” yang di minggu sebelumnya belum tampil. Bahkan sampai optimist-nya (melihat suasana sebelumnya) saya tidak mempersiapkan bahan untuk disampaikan.

Nyatanya dari 7 kandidat yang belum tampil, minggu lalu hanya tampil 2 peserta saja. Walhasil dari 13 kandidat, baru 6(071006) + 2(141006) yang tampil sebelum dead line, atau baru sedikit dibawah 2/3 saja yang lolos.

Lepas “presentation session”, sisa slot klas diisi dengan pembahasan per kelompok untuk tugas yang masih terkait dengan “idea & concept generation” namun dilakukan secara berkelompok. Karena partisipan klas minggu lalu tidak semuanya hadir, sehingga hanya dibagi 2 kelompok saja yang merupakan kelompok campur sari dari EL&SK.

Tugas terkait dengan pengembangan produk seluler / HandPhone yang dikaitkan dengan fitur inovatif untuk memenuhi kebutuhan pengguna. Berbeda dengan tugas sebelumnya (WiFi Gadget), disini partisipan diharapkan melakukan brainstorming untuk penetapan ide dan konsep tersebut. Tugas kedua yang juga masih terkait, adalah penetapan segmen pengguna yang menggabungkan aspek gender, marital status, edukasi, dan pekerjaan. Pengelompokkan akan menjadi reference untuk survey (nah looh).

Jadi buat partisipan yang minggu lalu absen di klas offline, ada tugas survey dari dua kelompok tersebut. Caranya tinggal gabung dengan salah satu dari dua kelompok tersebut, bahas ulang untuk kesepakatan final, selanjutnya lakukan survey. Survey bisa dilakukan waktu liburan (menyebar ke segala penjuru) atau week-end, sekalian jalan-jalan di mall atau tempat khusus lainnya.

“No excuse” buat yang merasa tidak tahu, karena posting klasmaya ini seharusnya sudah menginformasikan tugas tersebut. So enjoy it.

Sunday, October 15, 2006

15 CSF in Product Innovation

Daftar 15 CSF ini diambil dari “Winning at New Product” nya Coopers, yang sekira 75% bisa diperkirakan juga oleh peserta klasmaya di klas 071006 minggu lalu.

  1. The number one success factor is a unique superior product: a differentiated product that delivers unique benefits and superior value to the customer.
  2. A strong market orientation – a market driven and customer-focused new product process – is critical to success.
  3. Look to the world product: An international orientation in product design, development, and target marketing provides the edge in product innovation.
  4. More predevelopment work – the homework – must be done before product development get under way.
  5. Sharp and early product and project definition is one of the key differences between winning and losing at new products.
  6. A well-conceived, properly executed launch is central to new product success and a solid marketing plan is at the heart of the launch.
  7. The right organizational structure, design, and climate are key factors in success.
  8. Top management support doesn’t guarantee success, but it sure helps. But many senior managers get it wrong.
  9. Leveraging core competencies is vital to success – “step-out” projects tend to fail.
  10. Products aimed at attractive markets do better: market attractiveness is a key project-selection criterion.
  11. Successful business build tough Go/Kill decision points into their new product process, where projects really get killed: better focus is the result.
  12. New product success is controllable: More emphasis is needed on completeness, consistency, and quality of execution of key tasks from beginning to end of project.
  13. The resources must be in place – there is no free lunch in product innovation.
  14. Speed is everything, but not all the expense of quality of execution.
  15. Companies that follow a multistage, disciplined new product process – a Stage-Gate process – fare much better.

071006 Class at a Glance

Minggu lalu acaranya cukup menarik, atau bahkan sangat menarik (untuk membiasakan diri mengapresiasi kejadian). Kelas lebih didominasi presentasi dan paparan konsep produk yang ditawarkan oleh 6 inovator terkait dengan tugas gadget berbasis WiFi. Seharusnya hari itu ada 8 peserta lomba inovasi namun untuk saat ini belum semua bisa menyajikan paparannya. Moga-moga kita bisa sajikan ide-ide inovatif tadi di klasmaya.

Waktu yang tersisa dipergunakan untuk agenda CSF (critical success factor) dari buku “Winning at New Product” nya Coopers. Pembahasan diawali dengan brainstorming CSF versi peserta yang dilanjut dengan membandingkan dan mendiskusikan CSF Cooper secara sekilas. Konten lebih banyak teoritis dan bisa dibaca lebih seksama di luar kelas dengan mengakses hands-out CSF di SINI.

Minggu depan, kita akan lihat lanjutan dari peserta inovasi lainnya, yang semoga tidak kalah menarik dibandingkan minggu lalu.

Monday, October 09, 2006

The Beauty of Simplicity

by Linda Tischler
FastCompany Magazine (November 2005)
Read the original article

Meski sudah di publish hampir setahun lalu, artikel ini terkait dengan NPD dan cukup bagus buat disimak. Bahasan mengenai disain dengan studi kasus Google menunjukkan aspek kesederhanaan dalam disain produk. Tulisan ini sudah di ringkas dari artikel asli (7 ke 2), jadi kalau mau baca lebih seru lengkapnya bisa ditengok artikel orisinilnya.


It is innovation's biggest paradox: We demand more and more from the stuff in our lives--more features, more function, more power--and yet we also increasingly demand that it be easy to use. And the technology that's simplest to use is also, often, the most difficult to create.

Marissa Mayer: Google's director of consumer Web products, also Google's high priestess of simplicity though the technology that powers Google's search engine is, of course, anything but simple. In a fraction of a second, the software solves an equation of more than 500 million variables to rank 8 billion Web pages by importance. But the actual experience of those fancy algorithms is something that would satisfy a Shaker: a clean, white home page, typically featuring no more than 30 lean words; a cheery, six-character, primary-colored logo; and a capacious search box. It couldn't be friendlier or easier to use.

Complexity of function and simplicity of design: "Google has the functionality of a really complicated Swiss Army knife, but the home page is our way of approaching it closed. It's simple, it's elegant, you can slip it in your pocket, but it's got the great doodad when you need it. A lot of our competitors are like a Swiss Army knife open--and that can be intimidating and occasionally harmful."

The original home-page design itself was dumb luck. But according to Hitwise, Google controls 59.2% of the search market, up from 45% a year ago; MSN's share is down to 5.5% and Yahoo's is 28.8% (after Nov 2005).

The stratospheric success of Apple's iPod also a marvel of simplicity, with 20 million units sold. In a 2002 poll, the Consumer Electronics Association discovered that 87% of people said ease of use is the most important thing when it comes to new technologies. It's often that --between the desire to cram in cool new features and the desire to make a product easy to use-- makes delivering on the simplicity promise so hard.

Google's research shows that users remember just 7 to 10 services on rival sites. So Google offers a miserly six services on its home page. By contrast, MSN promotes more than 50, and Yahoo, over 60. And both sell advertising off their home pages; Google's is a commercial-free zone. (MSN says more than half its customers are happy with its home page-but it's experimenting with a sleeker version called "start.com."). Google understands that simplicity is both sacred and central to its competitive advantage. Mayer is a specialist in artificial intelligence, not design, but she hits on the secret to her home page's success: "It gives you what you want, when you want it, rather than everything you could ever want, even when you don't."

John Maeda (the Media Lab's Simplicity Consortium): On one level, the problem is simply one of scale. Before computer technology, small things were simple; big things were more likely complex. But the microchip changed that. Now small things can be complex, too. But small objects have less room for instruction--so we get cell phones with tip calculators buried deep in submenus and user manuals the size of the Oxford English Dictionary to help us figure it all out.

Aaron Oppenheimer (Design Continuum): for each feature clients want to include they're trading off a degree of ease of use. It's a never-ending battle. "I spend a lot of time talking clients out of adding features, every new feature makes things more complicated , even if you never use them". In the past, adding features usually meant adding costs. Put a sound system or power windows into a car, and you've upped the price, so you better make sure consumers really want what you're peddling. But in the digital world, that cost-benefit calculus has gone awry. "The incremental cost to add 10 features instead of one feature is just nothing, Technology is this huge blessing because we can do anything with it, and this huge curse because we can do anything with it."

We also want our devices to talk to each other--cell phone to the Web, digital camera to printer. That requires a level of interoperability that would be difficult to attain in a perfect world, but is well nigh impossible in one where incompatibility is a competitive strategy.

Maeda hopes to right the balance between man and machine. That could lead to bespoke products--a cell phone, for example, with 30 features for Junior, 3 for Gran. "You can't make the world simpler unless you can get in touch with design, and the only way you can do that is to get in touch with designers". Start by simplifying company to make products simpler.

Tuesday, October 03, 2006

290906 Class at a Glance (+ New Assignment)

Minggu lalu, meski terlambat lebih dari seperempat jam, namun sessi off-line tetap berlangsung. Pembahasan menuntaskan materi dari HO-3 tentang QFD dari Buku Dieter dan artikel yang membahas penggabungan QFD dengan Use-Case dengan contoh Mega Motor. Hanya saja sangat disayangkan meski artikel sudah di share lewat klasmaya lebih dari seminggu sebelumnya, tetap saja pemirsa tidak mempersiapkan materi itu.

Tugas minggu ini terkait dengan proses kreativitas dan inovasi untuk men’generate idea dan product concept. Tugas terkait dengan perancangan product yang bisa diklasifikasikan gadget yang memanfaatkan jaringan W-LAN atau WiFi.

Seperti contoh penerapan QFD dan Market (Customer) Based Product Development, tugas harus didahului dengan pemilihan segment pengguna (meski bukan berarti segmen yang lain tidak diperhatikan) dan kebiasaan & kebutuhan dari segment tersebut yang disolusikan dengan fungsi dan penggunaan konsep produk yang di propose. Mekanisme dan metode yang pernah disajikan dari materi kelas sebelumnya bisa diterapkan dalam tugas ini, kalau pun ada metode lain boleh-boleh saja sepanjang tidak menyimpang dari maksud dan tujuannya.

Tugas dilengkapi dengan gambar disain yang bisa memvisualisasikan penggunaan dan pemanfaatan feature dari product tersebut. Penjelasan sudah tentu menjadi keharusan untuk memberi pemahaman dari ide dan konsep produk. Terakhir, untuk lebih memberikan hubungan yang erat, produk harus diberi nama. Penamaan terserah pemilik ide, namun untuk branding produk, penamaan sebaiknya dibuat semenarik mungkin dan unik.

Minggu depan akan kita coba lihat sejauh mana kreativitas ide menjadi pembahasan yang semoga menarik.

Monday, October 02, 2006

Opini Akamai & Inktomi

Tulisan ini disarikan dari tugas yang masuk, setelah dilakukan sedikit editing. Beberapa partisipan memberikan pure & original opinion, namun sebagian yang lain memberikan opini yang nampaknya sulit diterima untuk disebut ”coincidentally similar”. Beberapa yang lain, meski sudah memberikan tugas dan opini, namun masih belum cukup mantap untuk di publish. Sengaja nama (order abjad) ditampilkan untuk memperlihatkan transparansi sekaligus reward & penalty dari pemirsa lainnya.

Deni
Antara Product dan service memiliki keuntungan dan kerugian masing –masing tergantung dari kita untuk meminimalisasi kerugian dan memaksimalkan keuntungan karena saya lihat dari inktomi dan akamai mempunyai keunggulan masing –masing

Derly
Akamai dan Inktomi merupakan Market Leader yang bergerak dalam bidang peningkatan kecepatan ....website. Persamaan dari kesuksesan ... adalah sama-sama harus bisa membuat dan mempromosikan kreasi dari suatu aplikasi yang baru

Devandy
Menurut saya, bisnis akses Web merupakan bisnis yang dapat menguntungkan dengan cara memilih model bisnis yang tepat dan melengkapi segala bentuk kekurangan bisnis dengan cara menjalin hubungan dengan hubungan supplier …. Juga memperhatikan unsur-unsur penting dalam sebuah bisnis seperti pengeluaran dan pemasukan, keinginan konsumen dan pelanggan, dan masih banyak lagi.

Ditya
... baik produk maupun service memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Produk memiliki keunggulan karena sistem itu sudah terbukti kehandalannya. Tetapi marketnya terbatas tidak sebanyak service karena sasaran dari service adalah para developer content yang jumlahnya tentu lebih banyak dibandingkan penyelenggara jaringan internet. Kelemahan dari service adalah kadang-kadang pasarnya sendiri tidak menentu.
….komparasi model ini adalah ..industri game. Pada model bisnis produk contohnya adalah .....game ..offline. Sedangkan …service adalah game …on-line, karena pada game jenis ini user/konsumen tidak dituntut untuk membeli produk game tersebut. Produknya justru gratis, …konsumen hanya membeli voucher untuk dapat memainkan game-nya sebanyak yang dia inginkan.


Edi
... pada awalnya saya mengira perusahaan ini berasal dari Jepang, karena namanya yang khas. Ternyata dua perusahaan besar ini....merupakan perusahaan yang menggeluti bidang yang sama, tetapi dengan menjual hal yang berbeda. ... sangat jelas terlihat dalam ilustrasi gambar pada sampul artikel.
Saya memiliki dua pandangan. Pertama, dengan background dan history yang mirip dua perusahaan ini bisa bergabung, dengan menjual produk yang sekaligus memberikan layanan (service) pada produk yang mereka jual.
Kedua, mereka tetap sebagai perusahaan yang berbeda dengan mengembangkan dan memperkuat bidang mereka masing-masing. Misalnya bekerja sama untuk meng-handle suatu custumer dan berbagi custumer yang sudah menjadi client masing-masing. Sehingga pangsa pasar mereka akan lebih luas deangan kebesaran brand masing-masing.


Johannes & Yando
… saya lebih memilih pejualan produk daripada penjulan service. Alasan saya: Fixed costnya lebih rendah, berarti biaya operasionalnya lebih kecil sementara keuntungan akan bertambah seiring dengan perkembangan bisnis tersebut; Kemungkinan pendapatan yang lebih besar. Resiko kompetisi yang lebih rendah (lisensi); Kemungkinan untuk modifikasi produk ...untuk menambah fungsi; Klasifikasi produk. Produk dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan daya beli konsumen.

Nathanael & Eric
...menurut saya lebih baik Perusahaan Akamai,karena ..data informasi pelanggan yang merupakan informasi krusial untuk setiap perusahaan, baik rekanan maupun Akamai sendiri, dan informasi ini dapat memberikan jaminan pada Akamai apabila perusahaan rekanannya memutuskan untuk tidak lagi bekerjasama dengan Akamai.
Pada Inktomi, kesulitan ada pada persaingan bisnis, suatu produk tidak akan bertahan lama, entah harganya jatuh atau muncul produk baru yang lebih baik.Lagi pula Inktomi tidak mempunyai jaminan apapun yang dapat dijadikan pegangan oleh perusahaan yang akan bekerjasama….

Opinion Sharing (The headlines mode)

Salah satu tujuan launching klasmaya adalah sharing ide, pendapat, atau sekedar komentar melalu media ini. Hanya saja, seperti yang pernah saya keluhkan sebelumnya di kelas-kelas lalu, budaya, kebiasaan, dan keinginan untuk memanfaatkan klasmaya kurang direspon dengan antusias. Faktor akses boleh jadi salah satu alasan. Alasan lain kalau boleh saya kira-kira, mungkin dari aspek tampilan.

Di koran, antara judul headline dengan komentar pembaca memang punya gap yang cukup jauh. Sayangnya weblog ini tidak memberikan ruang dan fitur untuk pemirsa dapat memberikan masukannya dalam bentuk headline tittle. Untuk menjembatani issue itu, saya pikir ada baiknya untuk mem”publish” tulisan tugas yang masuk. Hanya saja solusi ini juga bukan pekerjaan yang sederhana dan sepele, cukup time consuming dan tidak merubah budaya kerjanya. Satu hal, urusan editorial menjadi hak sepenuhnya redaksi.

Untuk periode ini saya akan coba muatkan opini dari tugas Akamai dan Inktomi, selamat menikmati.

Tuesday, September 26, 2006

230906 Class at a Glance

Minggu lalu sesuai rencana sebelumnya, kita telah bahas dan diskusikan materi Product vs Service dari kasus Inktomi dan Akamai. Kasusnya cukup menarik, meski relative out-of-date. Dari jawaban tugas yang masuk beberapa dilengkapi dengan opini tentang model bisnis yang lebih disukai. Sebagian memilih Akamai, sebagian lagi Inktomi, namun sebagian besar abstain alias ga’ pilih yang manapun (boleh jadi punya model bisnis lain). Issue terakhir, Inktomi akhirnya di akuisisi Yahoo, sementara Akamai masih tetap dominant di industri layanan infrastruktur dibanding competitor sejenis lainnya. Jadi siapa yang menang? In my opinion, it is still arguable.

Materi QFD sayangnya tidak bisa dituntaskan, baik itu bahan dari Dieter apalagi dari artikel. Namun artikel QFD sudah diupload di tulisan sebelumnya (Notes for next session 230906). Jadi sebenarnya bisa dibaca-baca sendiri, minimal untuk pembekalan kuliah minggu ini. Bagi yang menunggu edisi HO minggu lalu, bisa di download di SINI.

Marhabban Yaa Ramadhan


Friday, September 22, 2006

Notes for next session 230906

Sessi off-line besok semoga kita bisa ngebahas tugas Akamai & Inktomi. Hanya saja dari total 12 (?) siswa, baru sekitar tiga perempatnya saja yang ter’collect itupun hanya separuhnya yang menjawab dengan cukup memuaskan.

Materi lain saya akan coba membahas materi dari Bukunya Customer Centric Product Definition dari Sheila Mello (AMACOM) ditambah kalau sempat materi Quality Function Deployment dari salah satu artikel InformIT yang dapat di download di SINI. Artikel ini sebenarnya bagian dari buku dengan judul yang saya sendiri nggak tahu dari penerbit Addison-Wesley.

Sekali lagi maaf, dadakan, tapi better late than nothing.

Thursday, September 21, 2006

Profile kelas dari "5 faces of genius"

Seperti yang pernah dijanjikan sebelumnya, hasil quiz wajah jenius beberapa minggu lalu dapat disajikan disini.

Dari 11 peserta yang mengikuti quiz dilihat dari kaca mata 5 muka jenius, ternyata separuhnya memiliki kemampuan sebagai Observer, disusul Sage sekira sepertiganya dan Seer dimiliki oleh 2 peserta. Muka jenius lain seperti Fool dan Alchemist hanya diwakili oleh masing-masing 1 peserta. Cukup wajar, meski Alchemist biasanya cukup populer, namun dalam kasus ini hanya mendapat porsi 10%. Fool yang umumnya jarang dimiliki, ternyata di kelas kita ada satu peserta yang ber muka Fool.

Dilihat dari multi-faces, separuh dari peserta quiz hanya memiliki satu wajah jenius, sementara 20% berwajah dua dimana salah satu wajahnya adalah Observer, hanya satu peserta yang memiliki 3 wajah jenius sekaligus. Sisanya tidak terlihat salah satupun wajah jenius alias tidak dominant.

Untuk pemirsa Klasmaya yang belum ‘ngeuh’ tentang 5 faces of genius, dapat dijelaskan secara ringkas sebagai berikut:

Seer: The power to image
Seers see pictures in their mind's eye, and these pictures become the impetus for ingenious ideas. In the same way that someone can imagine how his living room would look with a new color of paint, highly creative people use the skill of the seer to imagine new ideas. Seers are guided by the images in their mind's eye, visualize in great detail, and are able to manipulate these images along the way to maximize their impact and expand their ideas.

Observers: The power to notice detail
Observers notice the details of the world around them and collect [those details] to construct a new idea. They scan their environment for interesting information and use this data to create breakthroughs. Observers stand in awe of the world around them, and its beauty is a source of inspiration. They cherish the details and are driven by their unrelenting curiosity.

Alchemists: The power to connect domains
Alchemists bring together separate domains - different ideas, disciplines, or systems of thought - and connect them in a unique way to develop breakthrough ideas. The Alchemist's insights come from borrowing or even stealing ideas. They are motivated to invent by a broad range of interests, and they lead lives that connect work and play.

Fool: The power to celebrate weakness
The most complex Face, the Fool, celebrates weakness. Fools practice three related skills: excelling at inversion, seeing the sense in absurdity, and having unending perseverance

Sage: The power to simplify
Sages use the power of simplification as the primary means to inspiration. They reduce problems to their essence and, in the process, create an ingenious idea. Simplicity is their credo. Also, Sages look to history as a resource for creative insight. They honor the past and find insights in what has happened before.

160906 Class at a Glance (actually no class at all)

Sejak Kamis minggu lalu sebenarnya saya sudah info kan ke BAAK tentang perubahan jadwal minggu lalu untuk dapat diumumkan jauh hari sebelumnya. Namun sesuai prosedur kampus, saya perlu mengisi formulir perubahan jadwal. Jum’at pagi formulir baru bisa saya isi dengan harapan pengumuman bisa dipasang sebelum hari Sabtu kemaren.

Jadwal Sabtu terpaksa di ‘delay’ ke hari Senin 160906 karena satu dan lain hal, terutama terkait dengan kegiatan di kantor. Namun entah karena miss-information atau alasan lain (bisa jadi protes) Senin jam 1810 tidak ada seorangpun yang tampak batang hidungnya. Untungnya kedatangan saya tidak terlalu sia-sia karena ada satu mahasiswa yang mengambil kesempatan untuk bimbingan TA.
Mungkin kejadiannya tidak separah kemaren kalau saja saya sempat meng’info’kan perubahan jadwal lewat email atau klasmaya. Tapi lagi-lagi time constraint selalu jadi excuse yang paling populer. Moga-moga kedepan, urusan time management bisa diperbaiki, untuk memberi kepuasan ke seluruh stakeholder.

Monday, September 11, 2006

090906 Class at a Glance

Kelas minggu dibahas materi PLC, Proses NPD dan Proses Disain, moga-moga akronim tadi sudah bukan hal yang asing di telinga pemirsa klasmaya. Satu lagi materi terkait dengan definisi, istilah, terminologi dan contohnya untuk produk telematika dan digital.

Materi Proses Disain seperti yang telah disajikan di Notes for Next Session (N4NS) 090906 lebih membahas sebagian dari bab-1 dari buku Dieter.

Satu yang menarik pada saat kita bahas type product baru ada matriks yang mungkin bisa menggambarkan dan menambah penjelasan tersebut. Pendekatan matriks, item-item dan atributnya boleh jadi arguable, tapi dibawah ini saya tampilkan untuk bahan pemikiran untuk dikomentari.


Materi hand-out minggu lalu dapat di download di SINI.

Untuk tugas minggu depan, sekilas saya lihat jawaban tugas kasus Inktomi dan Akamai masih belum komprehensif, sebaiknya ada komparasi dari model bisnis product dan service, kelebihan dan kekurangan, plus dan minusnya. Jadi tugas minggu lalu masih harus diperbaiki untuk dikumpulkan sebelum perkuliahan nanti.

Tugas kedua, terkait dengan stages di PLC. Cobalah mencari contoh produk (lebih bagus kalau produk telematika dan digital) untuk masing-masing stages di PLC tersebut. Bahan bisa di explore dari Internet, atau sekedar melihat kondisi di tanah air.

Friday, September 08, 2006

Notes for next session 090906

The Product Design Process (Dieter: Chapter 1)

To design is to create something that has never been, it is frequently said that design is the essence of engineering. Design establishes and defines solutions to and pertinent structures for problems not solved before, or new solutions to problems which have previously been solved in a different way.

Importance of Product Design
The real key to world-competitive products lies in high-quality product design. Decisions made in the design process cost very little in terms of the overall product cost but have a major effect on the cost of the product. Quality cannot be built into a product unless it is designed into it. The design process should be conducted so as to develop quality cost-competitive products in the shortest time possible.

The Design Process
Design is a sequential process consisting of many design operations. The design method starts with knowledge of the states of the art; identification of need; then conceptualized as some kind of model; doing feasibility analysis; and production phases.

A Problem solving methodology consists of: Definition of the problem; Gathering of information; Generation of alternative solutions; Evaluation of alternatives; and Communication of the result.

The morphology of design that represents a complete design process consist of: 1. Conceptual Design; 2. Embodiment Design; 3. Detail Design; 4. Planning for manufacture; 5. Planning for Distribution; 6. Planning for Use; 7. Planning for Retirement of the Product.

020906 Class at Glance

Kelas minggu lalu sengaja dibuat tidak terlalu serius, lebih banyak acara perkenalan, diskusi bahkan game. Ternyata seperti kelas-kelas di mata kuliah yang saya bawakan sebelumnya, jumlah pemirsa tidak lebih dari 15 orang. Saat ini, meski merupakan gabungan dua kelas dari dua jurusan, tetap saja pemirsa nya juga bisa dihitung dengan jari.

Materi yang dibawakan minggu lalu relatif lebih ke ke arah lingkup perbincangan yang akan dibahas selama 14 kali pertemuan, meski tidak semua dapat ditampilkan pada sessi tersebut. Selebihnya hampir 1/3 sisa waktu dipakai untuk Quiz (the other meaning of quiz, bukan quiz terkait dengan nilai) yang mengetengahkan issue 5 faces of genius. Kali waktu, saya akan tulis materi itu di klasmaya, semoga..

Materi hand-out minggu lalu dapat di download di SINI.

Maaf tulisan ini terlambat....tapi mungkin juga belum ada yang peduli.

Tuesday, September 05, 2006

Task of This Week


Tugas minggu ini cuman membaca satu artikel yang membahas Product dan Service dari case Inktomi dan Akamai yang selanjutnya di summary kan dan ditambah opini atau pendapat orisinil anda.

Saya sudah kirim lewat email, namun dari beberapa email dengan nama yang peculiar, ada yang mental jadi ada baiknya saya informasikan lewat media ini. Mungkin untuk selanjutnya saya akan pergunakan media ini untuk sharing file.

Artikel bisa di akses di SINI

Selamat bekerja....

Selamat Datang di Klasmaya (khusus buat pemirsa baru)



Selamat datang ... Welcome... Sugeng Rawuh... Wilujeng Sumping...

Mungkin sekira 3,5 bulan webblog ini tidak terupdate. Musim liburan disertai kesibukan di kerjaan ditambah ada satu cobaan yang cukup berat dalam keluarga menambah kesibukan aktivitas sehari-hari. Lokasi kerja baru juga memberi kontribusi dalam tidak terupdatenya webblog ini. Semoga mulai hari ini, sebagai konsekuensi pemanfaatan media blog sebagai alternatif (tambahan) perkuliahan, klasmaya bisa aktif seperti sedia kala. Semoga..

Di kelas sebelumnya biasa ada topik Class at Glance, semacam overview dari kuliah sebelumnya. Saya berharap di kelas SK-425 dan EL-419 juga tetap dipertahankan. Selain itu beberapa artikel yang menarik semoga bisa muncul di klasmaya.

Akhirnya, selamat bergabung di klasmaya, semoga partisipasi anda bisa bermanfaat buat kita semua.

Monday, May 22, 2006

Penerapan ITSM

Artikel ini diambil dari saduran artikel majalah eBizzAsia edisi Juni 2005 (setelah dikurangi konten yang berbau komersial). Sedikit memberikan penjelasan terkait dengan issue ITIL yang pernah diposting sebelumnya (mungkin masih dianggap konten berbau SARA).

Penerapan ITSM: Strategi Meningkatkan Kualitas Layanan

Dewasa ini, ketika keberhasilan bisnis tergantung pada infrastruktur teknologi informasi (TI) yang dijalankan dengan baik, maka kemampuan perusahaan untuk mengelola layanan TI ( IT services ) harus menjadi prioritas utama.

Tuntutannya adalah bagaimana memaksimalkan nilai yang bisa diperoleh bisnis, sehingga mampu memberikan layanan yang optimal kepada konsumen atau pelanggan, namun pada saat yang sama mengendalikan biaya seminimal mungkin.

Upaya memaksimalkan nilai itu menempatkan penerapan IT Service Management (ITSM) tidak lagi merupakan suatu opsi, melainkan telah menjadi suatu keharusan bagi perusahaan, terutama jika ingin mempertahankan eksistensi bisnisnya di tengah persaingan yang sangat kompetitif saat ini.

ITSM, sebagai suatu solusi manajemen, jelas tidak hanya terkait dengan ketersediaan infrastruktur TI, melainkan bagaimana infrastruktur tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas layanan TI di lingkungan perusahaan, sehingga menjadi lebih efisien dan efektif, yang berujung pada kemampuan mengoptimalkan layanan kepada pelanggan, sambil menghemat biaya. Lanjutannya, perusahaan pun dapat dengan mudah membuat perencanaan ( forecasting ) ke depan, termasuk juga mengambil berbagai keputusan bisnis yang lebih dinamis.

Mengapa ITSM
Di masa lalu, banyak perusahaan yang membangun infrastruktur TI dan sekaligus menempatkannya sebagai technology backbone bagi pengembangan bisnisnya. Namun, ketika perusahaan mengalami perkembangan, menjadi lebih maju, lebih banyak pelanggannya, maka kebutuhan infrastruktur TI- nya juga ikut berkembang. Dampaknya, bukan saja infrastruktur TI-nya semakin luas, perangkat, sumber data dan aplikasi yang digunakannya pun semakin berjibun. Hal itu, tentu akan sangat mengganggu, karena jika tidak mampu dikelola dengan baik, dalam arti mengoptimalkan layanan TI, maka hal itu sekaligus akan menjadi beban. Sementara, mengelolanya pun bukan hal yang mudah, apalagi kalau tanpa menggunakan tools atau solusi yang tepat.

Padahal, perusahaan, dalam upayanya untuk bertahan dalam persaingan yang semakin hari semakin ketat, tentu membutuhkan, bukan saja kelincahan dalam menangani bisnis, melainkan juga meningkatkan pelayanannya kepada pelanggan, yang berarti secara internal harus terus-menerus meningkatkan efisiensi dan produktivitasnya.

Tantangannya menjadi bagaimana menyediakan layanan TI yang kompetitif di perusahaan secara menyeluruh, yang semakin memungkinkan setiap bagian di dalam perusahaan, baik bagian penjualan, inventori, administrasi, keuangan dan lainnya, mampu bekerja secara lebih efisien dan produktif, yang akhirnya mendorong peningkatkan pelayanannya kepada pelanggan.

Artinya, para CIO ( chief information officer ) dengan segenap jajarannya di lingkungan perusahaan harus mampu memberikan pelayanan TI secara efisien dan efektif, yang benar- benar dapat memenuhi kebutuhan bagian- bagian lainnya. Hal itu, bukan saja semakin menuntut dengan pemahaman bagian TI terhadap tujuan- tujuan bisnis, melainkan bagaimana orang- orang TI memiliki ukuran- ukuran kualitas layanan TI yang jelas, yang juga bisa menjadi ukuran bersama dalam meningkatkan daya saing perusahaan dan bisnisnya.

IT People tak bisa lagi hanya sekedar menyediakan infrastruktur dan aplikasi, melainkan bagaimana semua itu benar-benar tersedia, dengan kualitas layanan yang disepakati, sehingga secara nyata memberikan dukungan layanan yang optimal, sehingga setiap bagian lainnya juga mampu meningkatkan layanannya untuk pelanggan.

Pengelolaan infrastruktur TI saja, kini tak lagi memadai, diperlukan pengelolaan layanan TI dengan kualitas terukur, yang selanjutnya beranjak ke pengelolaan layanan bisnis ( business service management , BSM) dengan konsisten selain mempertimbangkan biaya. Tantangan berikutnya adalah bagaimana meningkatkan nilai infrastruktur menjadi nilai layanan bisnis.

Dengan kata lain, ketersediaan infrastruktur tidak lagi berhenti sampai pada ketersediaan layanan TI, melainkan bagaimana layanan itu memiliki kualitas, kapabilitas dan ukuran – apakah sesuai dengan kebutuhan bisnis atau tidak. Bagaimana pengelolaan infrastruktur yang baik, yang didukung penerapan ITSM, mampu memberikan suatu layanan yang bermutu tinggi dan konsisten, yang mencakup semua bagian di dalam perusahaan, seperti inventori, pasokan dan lain sebagainya, namun dengan biaya yang lebih hemat.

Sasaran lanjutannya adalah bagaimana semua itu mampu meningkatkan volume bisnis, melalui peningkatan kualitas proses bisnis di perusahaan secara menyeluruh. Hal itu sangat menuntut terjadinya perubahan yang mendasar di lingkungan perusahaan, dari sekedar menyediakan infrastruktur dan layanan TI menjadi nilai bisnis.

Penerapan ITSM untuk menyelaraskan antara TI dan bisnis, salah satunya memanfaatkan framework IT Infrastructure Library (ITIL). ITIL merupakan kumpulan praktik terbaik (best practices) dalam manajemen layanan yang membantu menurunkan biaya TI dan secara kontinyu meningkatkan kualitas layanan yang bertujuan untuk mengoptimalkan nilai bisnis.

Suatu penerapan ITSM yang efektif dilakukan dengan memadukan tiga unsur utama, yakni orang, proses dan teknologi, ke dalam suatu sistem yang dirancang dengan baik, yang didasarkan pada praktik industri yang terbaik. Keterpaduan tiga unsur ini dalam suatu sistem, semakin memastikan bahwa ketiganya mampu membangun sinergi, sehingga masing- masing dapat memberikan sesuatu yang terbaik.

ITIL menjadi pendekatan manajemen layanan TI yang sangat luas diterima di lingkungan industri guna memberikan suatu pengelolaan layanan TI yang komprehensif, sehingga mampu mendorong efisiensi dan efektivitas penggunaan sistem informasi dalam pencapaian bisnis.

Pembahasan UAS

Setelah beberapa hari vakum, dan mungkin untuk beberapa minggu ke depan (kecuali kalau mau bahas sesuatu atau posting saduran artikel yang lumayan), hari ini saya coba bahas materi UAS kemarin.

Dari awal sudah saya sebutkan bahwa materi UAS sebagian besar diambil dari buku reference. Kalau sebagian ngga’ denger, atau ngga’ mengindahkan mungkin rada repot juga, minimal buat yang ngga’ copy buku Ward bisa siap-siap.

Pembahasan kali ini bukan untuk soal yang ada jawabannya di buku. Tapi kita akan bahas kasus Pengembangan Perpustakaan Kampus yang jadi salah satu soal (buat SI dan SK perbaikan). Untuk kasus ini, mahasiswa sudah pasti tahu, baik itu model bisnis atau prosesnya. Jawaban bisa bervariasi, beragam dan melebar jadi tidak bisa menyebutkan jawaban paling benar (penilaian diambil dari analisa kebutuhan, informasi yang bisa di generate, maupun wawasan pemanfaatan teknologi yang tersedia).

Rata-rata untuk ulasan kebutuhan sudah cukup mendalam terutama untuk item-item jawaban seperti akses secara online, pencarian buku, limit peminjaman, pinalti / denda, sampai ke notifikasi order peminjaman / booking, atau peminjaman yang mendekati tenggat waktu (sangat wajar mengingat semua memiliki pengalaman terkait dengan mekanisme perpustakaan). Beberapa point menyangkut informasi yang bisa dipergunakan sebagai analisa juga sudah dijawab, seperti buku yang sering dipinjam mulai dari judul, topic ataupun authornya; analisa kebutuhan pembelian buku; keseringan mahasiswa meminjam; penetapan limit peminjaman untuk spesifik buku termasuk dendanya, dan beberapa informasi lain.

Ada satu pertanyaan mengenai analisa korelasi buku yang seharusnya bisa dikaitkan dengan kecenderungan peminjaman buku dengan informasi mahasiswa dari jurusan atau mata kuliah yang diambil. Boleh jadi suatu perpustakaan memiliki informasi keterkaitan suatu buku dengan mata kuliah dari referensi pengajar, namun kalau toh informasi itu tidak ada, bisa dibuat suatu analisa antara korelasi peminjaman buku dan mahasiswa dengan mata kuliah tertentu. Sehingga pada saat seorang mahasiswa mencoba meminjam buku yang tidak tersedia, pustakawan bisa memberikan saran buku pengganti dari informasi buku yang memiliki korelasi yang sama dengan mata kuliah tersebut.

Jawaban untuk aspek teknologi didominasi on-line library, beberapa menyebutka e-library dengan fasilitas e-book download. Selain web based yang jadi killer application, alternative pemanfaatan SMS sebagai fungsi pencarian, notifikasi ataupun reminder juga diulas oleh satu dua jawaban. Hanya saja saya tidak menemukan jawaban lain seperti misalnya RFID yang sebelumnya dibahas di off-line class (mungkinkah diterapkan di perpustakaan?).

Wednesday, April 26, 2006

220406 – BSC & Business Excellence Model

Di buku acuan kita (Ward&Peppard) bab-4, dibahas tentang analisa bisnis melalui tools manajemen antara lain Balanced Score Card (BSC) dan Critical Success Factor (CSF). Ward&Peppard bahkan membahas penggabungan BSC dan CSF dalam mekanisme untuk membantu menetapkan kebutuhan sistem dan teknologi informasi.


Balanced Scored Card Framework

Kelas minggu lalu, dibahas mengenai framework BSC termasuk konsolidasinya dengan CSF mengacu referensi kita. Pembahasan mendalam mengenai BSC ada di SI-516 (Pengelolaan Strategi dan Perubahan) meski muncul juga di mata kuliah lain yang terkait..

Sessi selanjutnya ditambahkan salah satu approach Business Excellence Model (BEM) dari Malcolm Baldrige Criteria for Performance Excellence (MBCfPE). Model ini menjadi acuan BEM di negaranya paman Sam (meski bukan Sam yang kita kenal) yang mirip dengan model di negara-negara Eropa (EFQM ) yang pernah dibahas dalam bedah buku bab-8. Pembahasan lebih difokuskan pada perspektif ke-4 tentang Measurement, Analysis, and Knowledge Management (ini yang di EFQM kurang dibahas mendalam).

Baldrige Criteria for Performance Excellence

Analisa pada kriteria di perspektif ke-4 dapat menjadi masukan dalam menentukan IS/IT requirement, atau prasyarat dalam IS/IT support untuk mendukung kinerja ekselen dari suatu perusahaan.

Today's quote


Efforts and courage are not enough

without purpose and direction

(John F. Kennedy)

180406 – Free Discussion

Sebenarnya sebagai kelas pengganti di jam 17:00, sore itu cukup merubah suasana, asyik juga ada kelas malam, mirip pegawai kantoran yang “nyambi” kuliah. Tapi mungkin karena suasana agak lain, model kelas minggu lalu juga agak berbeda, tanpa materi kecuali diskusi bebas, lugas dan bertanggung jawab.

Diskusi mengulas mengenai informasi strategis di industri yang mungkin bisa kita bayangkan. Setelah sebelumnya beberapa pembahasan menyajikan informasi dari model bisnis salah industri (telco dan retail), sore itu kita bahas a’la brain storming untuk industri atau model bisnis lain seperti rumah sakit dan pabrikan dengan bengkel sebagai distribution channelnya.

Informasi strategis rumah sakit misalnya, dari beberapa diskusi partisipan, dibahas tentang informasi ketersediaan kamar rumah sakit, inventory/stock obat, data dokter, pasien, sampai ke medical record. Pertanyaannya mungkin, data medical record yang digunakan sebagai tracking history pasien, apakah dianggap sebagai informasi strategis atau informasi operasional saja karena ada kewajiban untuk membagi dengan rumah sakit lain sebagai tanggung jawab sosial.

Topik yang lain, menyangkut informasi strategis untuk pabrikan otomotif yang memanfaatkan data transaksi operasional dari dealer dan bengkel sebagai distribution channelnya. Data spare part yang harus/layak diganti terkait dengan umur kendaraan bisa menjadi informasi operasional untuk memberikan layanan pada pelanggan, tanpa harus menunggu rusak. Data transaksi perbaikan atau penggantian suku cadang juga menjadi informasi yang berguna untuk principal/pabrik dalam menganalisa kualitas produknya yang akhirnya menjadi informasi strategis untuk quality improvement.

Analisa informasi strategis tidak lepas dari analisa bisnis model industri atau perusahaan. Pengetahuan tentang value-chain, bisnis proses maupun bisnis arsitektur menjadi landasan dalam menentukan data apa yang bisa menjadi informasi strategis dan competitive advantage suatu perusahaan.

Tuesday, April 25, 2006

Bintang Timur di atas langit biru bukit Patuha

JVC DX77, Sunday 16/04/2006 5:32

Gartner: Top Priority for CIOs Is Process Improvement

By Robin Arnfield January 24, 2006 11:45AM

"I.T. security is still very important," said Mark McDonald, group vice president and head of research for Gartner's Executive Programs. "Security is now part of the CIO's standard portfolio of responsibilities and has to be part of everything he or she does, from business processes to I.T. systems."

Business-process improvement -- streamlining corporate operations and making the company easier to do business with -- tops the CIO to-do list for 2006, according to new research from Stamford, Connecticut-based consulting firm Gartner Group.

The finding is especially notable in that business-process improvement ranked only 18th in Gartner's CIO priority list in 2004, before moving up to the number one position.

"The number one business priority this year, as in 2006, is business-process improvement," said Mark McDonald, group vice president and head of research for Gartner's Executive Programs.

Costs and Security

To create the report, Gartner carried out a worldwide survey of 1,400 CIOs on their I.T. priorities for 2006. The CIOs surveyed managed centralized I.T. organizations, employing an average of 300 I.T. professionals with an average I.T. budget of $71 million.

The CIOs represented $90 billion in I.T. spending altogether.

"The I.T. department has done a good job of bringing costs under control and installing core systems; now businesses expect to get future competitive advantage through improving business processes," McDonald said.

"I.T. security is still very important," McDonald pointed out. "Security is now part of the CIO's standard portfolio of responsibilities and has to be part of everything he or she does, from business processes to I.T. systems."

According to McDonald, security spending has continued to grow. "The business no longer has to pound on the table to demand I.T. security," he said. "It now expects the CIO to protect the enterprise and is willing to fund this."

In aggregate, the survey results suggest that business expectations of I.T. have changed and executives now are expecting their CIOs to move beyond concerns about cost, security, and quality to help grow the business.

Business and Technology

The top four business priorities identified in the report are business-process improvement, controlling enterprise operating costs, attracting customers and growing customer relationships, and improving competitive advantage. Security breaches and disruptions occupy the number seven position in the top 10 business priorities.

The top four technology priorities for 2006 are business-intelligence applications, security technologies, mobile-workforce enablement, and collaboration technologies, according to the report.

The Gartner survey also found that worldwide I.T. budgets are expected to increase by an average of 2.7 percent in 2006. This compares to an increase of 2.5 percent in 2005 and represents a modest budget increase for the third consecutive year.

However, the I.T. budgets at companies planning to grow more quickly than the market are increasing by an average of 4.8 percent, Gartner said.

Morning at Ciwidey

JVC DX77, Sunday 16/04/2006 5:56

Thursday, April 13, 2006

Announcement

Berhubung satu dan lain hal, maka hari Sabtu tanggal 15 April 2006, klas didelay ke hari Selasa tanggal 18 April 2006 di ruang 201.

Wednesday, April 12, 2006

IGOS masuk fase pemasaran

JAKARTA (Bisnis): Setelah sekian lama berkutat dengan pengembangan produk, gerakan pemanfaatan peranti lunak open source nasional mulai tahun ini akan menggencarkan kegiatan pemasaran.

PT Inti sebagai pusat kegiatan pemasaran dan bisnis Konsorsium IGOS (Indonesia Goes Open Source) menyiapkan berbagai program untuk Sistem Desktop Nasional (SDN) "disebut juga IGOS Desktop- dengan target instansi pendidikan dan lembaga komersial".

"Tahun ini akan banyak program pemasaran dan sosialisasi yang belum bisa kami berikan rinciannya saat ini", kata Tikno Sutisna, Marketing IGOS Desktop sekaligus Kepala Jaringan Telekomunikasi Privat PT Inti, kepada Bisnis kemarin.

Dia mengatakan Konsorsium IGOS yang juga terdiri dari IPTEKnet dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tidak akan menunggu dukungan dari pemerintah untuk terus menggulirkan program pemanfaatan peranti lunak open source nasional itu.

Memang sejak pemerintah mencanangkan IGOS 30 Juni 2004 lalu, program itu belum terdengar gaungnya dan hampir tidak ada kegiatan pemasaran termasuk promosi dan sosialisasi kepada publik secara luas.

"Itu kelemahan kami selama ini yang hanya menonjolkan produk dan kemampuannya. Setelah evaluasi kami menyadari harus lebih banyak mengenalkan kepada masyarakat", ujar Tikno.
Selama dua tahun ini, aktivitas IGOS lebih banyak berlangsung di bidang pengembangan produk, persiapan infrastruktur dukungan, pemberdayaan komunitas pengembang dan pendirian pusat repository nasional.

Case of Leveraging Narrowband to Broadband

Ada satu case yang menarik terkait dengan soal leveraging narrowband to broadband di Quiz. Pada saat analisa pengguna dial-up (narrowband) melebihi (atau ada di sekitar) threshold biaya flat broadband, unit customer care bisa memberi saran ke pengguna dial-up tersebut untuk beralih ke layanan broadband. Meski boleh jadi migrasi ini bisa meng-kanibal layanan narrowband, namun in terms of Revenue Assurance bisa menguntungkan perusahaan.

Tapi kalau kita mau gali lebih dalam, terkait dengan issue kanibalisasi layanan, kalau toh jadi persoalan antar unit dan sepertinya bisa mengurangi total pendapatan perusahaan, mungkin tidak separah yang dibayangkan. Kecenderungannya, pengguna broadband eks pengguna narrowband, relative melebihi usage dari sisi volume download. Bisa dibayangkan, sebelumnya pengguna dial-up dalam mengakses atau mendownload suatu konten harus menunggu beberapa menit atau jam dan dalam sehari rata-rata menghabiskan waktu sekian jam, setelah upgrade ke broadband, rata-rata penggunaan perhari dipastikan meningkat dan bisa melebihi biaya yang biasa dikeluarkan melalui narrowband. Pada akhirnya total pendapatan perusahaan lebih besar.

Agak berbeda dengan kasus diatas, cerita dibawah ini agak berbeda tapi berkorelasi dan mungkin bisa menambah wawasan.

Saat saya harus berada di UK dan meninggalkan keluarga, saya menggunakan kartu telepon BT seharga 5 Pound yang setara dengan 5 menit percakapan. Dengan biaya tersebut saya menganggarkan satu kartu (5 Pound) untuk katakan dua hari. Beberapa hari kemudian, dari informasi orang Asia lainnya, ternyata ada kartu lain (mungkin VoIP) yang lebih menarik untuk tujuan tertentu. Untuk harga yang sama (5 Pound) dengan menggunakan AsiaCard, setara dengan 15 menit percakapan. Cukup menarik dan bisa menghemat biaya. Tapi tunggu dulu, ternyata pengeluaran anggaran untuk biaya komunikasi relative tetap. Biaya 5 Pound dengan kartu baru bukan berarti dipergunakan untuk katakan 6 hari, namun percakapan justru meningkat dan biaya per dua hari tetap 5 Pound. Artinya penggunaan bukan berbasis dari efektifitas durasi komunikasi namun dari anggaran.

080406 – Explore the Telco Billing Data

Minggu lalu, rencananya saya akan pakai sebagai Quiz untuk analisa data strategis, khususnya untuk contoh kasus eksplorasi data billing telekomunikasi. Namun seperti biasa diawal-awal partisipan belum semua hadir, sehingga saya coba bahas lingkup kasus terkait dengan spesifik industri. Pembahasan nampaknya melebar, karena saya pikir perlu pemahaman sebelum bisa dijawab, dan akhirnya minggu lalu lebih banyak diskusi yang sepertinya menjawab hampir semua soal. So, that Quiz, again, became homework though some of that questions already been discussed (lucky you). Tugas sebelumnya mengenai simulasi analisa paket Combo, karena ada persoalan teknis email, sudah dikirim ulang, semoga bisa segera di deploy.

Sessi berikutnya dibahas mengenai penentuan IS Strategy dari proses interview langsung dengan unit fungsional, yang saya ambil dari buku Tozer. A bit boring, karena lebih banyak membahas aspek, proses dan model interview. Cuman karena sebelumnya saya pernah bahas di minggu sebelumnya dengan topik Business Process Approach, proses ini perlu saya ulas sebagai perbandingan.

Tuesday, April 11, 2006

Pengguna Internet Indonesia Terendah di Asia Tenggara

Tuesday, 04 April 2006
SEMARANG, investorindonesia.com

Jika dilihat dari jumlah penduduk, kalangan pengguna internet dan komputer di Indonesia ternyata paling rendah dibandingkan pengguna yang sama di negara Asia Tenggara, akibat adanya berbagai faktor yang menghadang, kata Country Manager Intel Indonesia, Budi Wahyu Jati. "Pengguna internet dan komputer di Indonesia ternyata kini hanya mencapai 15 juta orang, Thailand 6,6 juta orang, dan Malaysia delapan juta orang," katanya usai penandatanganan nota kesepahaman (MoU) Intel dan Telkom untuk digitalisasi Provinsi Jateng di Semarang, Selasa.

Menurut dia, jika melihat angka pengguna internet dan komputer, Indonesia memang lebih tinggi dibandingkan Thailand dan Malaysia, namun jika dilihat dari populasi (jumlah) penduduk ternyata Indonesia lebih rendah dibandingkan Thailand dan Malaysia. Ia mengatakan, kendala yang menyebabkan Indonesia tertinggal jauh dengan negara Asia Tenggara dalam penggunaan internet dan komputer antara lain pola pikir, sosial, daya beli, dan infrastruktur. Oleh karena itu, mulai sekarang kalangan dunia usaha dan pendidikan harus mulai memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan usaha dan memperoleh informasi agar jangan sampai tertinggal dengan negara lain. "Kalangan masyarakat harus mulai dididik untuk menyenangi internet maupun komputer, sehingga mereka mampu memanfaatkan teknologi informasi untuk meningkatkan usaha mereka," kata dia.

Dia mengatakan, Intel dan Telkom akan mewujudkan komitmen digitalisasi di Jateng dalam bentuk penyediaan peralatan akses internet yang terjangkau untuk usaha kecil dan menengah (UKM), sekolah, dan warung internet (warnet). Intel Indonesia dan PT Telkom Divre IV Jateng/DIY berkomitmen kuat untuk mendukung pemberdayaan UKM agar mampu bersaing, berkembang, dan eksis, karena mereka merupakan "soko guru" perekonomian. Dengan adanya kerja sama penetrasi internet dan broadband di Jateng diharapkan kalangan masyarakat lebih senang lagi menggunakan maupun mengakses internet untuk aktivitas mereka sehari-hari. Ia mengatakan, kerjasama diwujudkan dalam bentuk penyediaan PC (komputer) dan konektivitas broadband yang dapat lebih mudah diakses masyarakat provinsi ini.

"Kerjasama ini menandai upaya bersama Intel dan Telkom untuk memacu penetrasi internet dan broadband di Indonesia yang dimulai di Jateng dengan fokus pada warung internet (warnet), usaha kecil menengah (UKM), dan sekolah," katanya Ia mengatakan, Intel dan Telkom akan menjalankan serangkaian program pemasaran yang memungkinkan warnet, sekolah, serta UKM memperoleh PC dan internet bandwith dengan harga terjangkau. Target peluang bisnis yang akan membantu mempercepat realisasi visi digitalisasi Jateng dengan memberi kesempatan para wirausahawan potensial di provinsi ini untuk memulai bisnis warnet dengan dukungan kuat dari Intel dan Telkom. (ant)

Friday, April 07, 2006

010406 – Assignment Discussion & ITIL Framework

Pagi itu kita pindah ke “Underground”, namun tidak melunturkan semangat, meski persoalan teknis muncul mulai dari projector belum beres, marker memudar sampai ke partisipan kesasar. Anyway minggu lalu “offline class” bisa berjalan cukup lancar.

Pembahasan awal mengulas tugas yang sudah 2 minggu (maybe more) tentang Toko untuk SI dan Eksploitasi Teknologi di Institusi Pendidikan untuk SK. Kesimpulan, nampaknya tidak ada garis pembatas departemen yang sebenarnya menghalagi kedua tugas tersebut, dengan kata lain dua tugas kemaren bisa dieksekusi oleh SI & SK (setuju teu ?). Dari kesimpulan tadi, ditambah jawaban tugas Combo dari beberapa yang sudah terkumpul namun belum “kerasa” analisanya, maka ada lanjutan analisis paket combo berbasis simulasi data. Analisa cukup dilakukan melalui spreadsheet. Saya sendiri nggak biasa pake macro-nya excel, tapi soal itu bisa dijawab tanpa pake macro, clue nya pivot dan permutasi manual.

ITIL Framework (Gambar ini biasanya kena cekal)


Sessi kedua membahas IT Information Library (ITIL) framework. Materi dengan judul Overview ITIL saya dapat dari foto-kopian kolega yang mungkin bisa menambah wawasan IT. Issue ITIL juga sering muncul di internet, meski banyak yang komentar dokumennya cukup mahal. Situs resmi bisa diakses di http://www.itsmf.com/ milik IT Service Management Forum dan satu lagi alamat dari buku di http://www.get-best-practice.co.uk/, cuma mungkin kalau bukan dari warnet rada syusyah, bukan apa-apa, tapi begitu akses dengan syntax “itil” disangkain berbau porno. Posting disini dengan gambar pake nama itil saja pas di'view kena sensor, he he he...

ITIL Framework

Materi presentasi yang dibahas kemaren juga sebenarnya belum tuntas, jadi saya belum submit ke email partisipan, next time lah. Sementara saya cuman tampilkan saja gambar framework gedenya. Moga-moga kita bisa bahas lebih jauh di klasmaya nanti, atau ada yang mau komentar dulu?.

IT Spending Report

Tulisan ini diambil dari rujukan salah satu milis yang mengulas IT Priorities Report: Current and Planned IT Spending periode Maret 2006 dari CNET Network.


Laporan disusun dari hasil survey untuk seluruh industri di US yang mengambil sampling 500 IT Executive di perusahaan dengan jumlah pegawai diatas 500 setiap 30 hari. Pertanyaan survey terkait dengan projek IT yang sedang diimplementasikan saat ini dan 12 bulan ke depan.
Dari trend analisis untuk prioritas belanja IT di triwulan-1 2006 dan perkiraan di 12 bulan ke depan dapat ditampilkan dalam tabel dibawah. Tabel pertama melihat ranking / prioritas trend 3 bulan. Top three IT Spends dipegang oleh Software, yang diikuti oleh Network dan Upgrade Hardware. Jika kita lihat perkiraan 12 bulan ke depan prioritas belanja masih sama. Simbol di kolom trend 3 bulan menunjukkan kecenderungan untuk naik, turun, tidak berubah dan bintang yang menunjukkan bertahan di ranking yang sama.

IT Priorities spending trend analysis: March

Laporan ini juga memperlihatkan ”trafik” belanja IT atau implementasi projek IT yang menjadi material tabel diatas..

Trend in current and planned spending

Projek terkait dengan implementasi software mencapai angka tertinggi dari belanja IT selama 12 bulan terakhir di angka rata-rata 23% diikuti oleh upgrade hardware (18%), dan belanja jaringan (wired & wireless) di angka 16%. Untuk 12 bulan kedepan, projek software diperkirakan turun menjadi 19% dari belanja IT, upgrade hardware akan berada di sekitar 17% sementara belanja jaringan diperkirakan tumbuh menjadi 21%.

Dari porsi pengembangan software tersebut, projek ERP berada di urutan teratas dengan rata-rata 29%, diikuti oleh projek directory service (13%) dibayangi solusi CRM diangka 12%.

Trends in current and planned enterprise software spending

Belanja solusi ERP diperkirakan turun menjadi 25% untuk 12 bulan kedepan, sementara directory service meningkat menjadi 17%. Projek CRM diperkirakan masih berada di porsi 12% dari total belanja pengembangan software.

Pengadaan Server mendominasi belanja hardware (47%) selama 12 bulan terakhir diikuti oleh projek pengadaan storage (21%) di periode yang sama. Meski tidak menyebutkan angka, porsi upgrade desktop/laptop sedikit dibawah pengadaan storage di kisaran 19%-20%. Perkiraan setahun kedepan, upgrade server meski masih mendominasi, menurun menjadi 44%, sedangkan projek investasi storage perkirakan meningkat menjadi 26% dari total investasi hardware.

Trends in current and planned upgrade hardware spending

Projek VoIP dan solusi wireless / mobile relative lebih menjadi fokus perhatian dari belanja jaringan dibandingkan VPN / Remote access ataupun projek pengelolaan / administrasi jaringan. Selama setahun kebelakang projek VoIP menduduki porsi 27% dan diperkirakan akan menguat menjadi 30% untuk satu tahun kedepan. Solusi wireless diperkirakan juga akan mengalami penguatan serupa dari kontribusi 21% menjadi 26% dari pengeluaran IT untuk segmen jaringan dalam 12 bulan ke depan.

Trends in current and planned network spending

Usaha untuk menangani ancaman dunia maya “cyberthreats” dalam satu tahun kebelakang mencapai porsi 29% dari total biaya pengeluaran untuk segmen security, meski kedepan diperkirakan akan menurun menjadi 18%. Selain cyberthreat, projek authentication/ encryption menjadi focus perhatian di segmen ini dimana rata-rata belanja mencapai porsi 20% selama satu tahun lalu dan diperkirakan akan meningkat menjadi 25%.

Trends in current and planned security spending

Thursday, April 06, 2006

Penjualan SOA diprediksi melonjak 138%

Artikel dari koran Bisnis Indonesia hari Rabu, 05/04/2006
oleh : Arif Pitoyo

JAKARTA (Bisnis): Lembaga riset International Data Corporation (IDC) memproyeksikan pasar arsitektur teknologi informasi berorientasi layanan (service-oriented architecture/SOA) eksternal akan mencapai US$8,6 miliar pada tahun ini, melonjak hingga 138% dari tahun lalu.

Pada 2005, IDC mencatat penjualan SOA di dunia hanya mencapai US$3,6 miliar sementara pada 2010 diprediksi akan mencatat nilai US$33,8 miliar.

Layanan eksternal SOA meliputi integrasi sistem, layanan alih daya, manajemen aplikasi, pendukung, dan pelatihan sumber daya manusia.

"Tidak diragukan lagi, SOA akan menawarkan hasil maksimal bagi vendor layanan TI dalam beberapa tahun mendatang", ujar Marianne Hedin, Manajer Program IDC Dunia, dalam situs resminya.

Menurut dia, penyedia layanan membutuhkan kemampuan yang lebih dalam mengenai SOA dan perlu aktif mengembangkan produknya bersama konsumen untuk mewujudkan arsitektur berorientasi layanan jangka panjang.

Integrasi sistem akan terus memimpin pasar SOA setidaknya dalam lima tahun mendatang yang kebanyakan diadopsi oleh perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur, transportasi, distribusi, layanan, dan keuangan terutama di AS.

Setelah AS, yang menjadi pasar terbesar bagi layanan eksternal SOA adalah Eropa, Timur Tengah, dan Afrika (EMEA).

Wednesday, March 29, 2006

Belanja CIO di tahun 2006

Tulisan ini cuplikan dari artikel di situs McKinsey dengan judul yang sama dari Kishore Kanakamedala, Vasantha Krishnakanthan, dan David Mark

CIO berencana untuk tetap menurunkan biaya operasional untuk belanja lebih di upgrade ERP, server, dan security.

Survey 77 CIO dan senior ekeskutif IT di US menyebutkan rencana di tahun 2006 akan lebih banyak investasi di area upgrade hardware, optimalisasi sistem yang melayani industri spesifik, dan meningkatkan aspek keamanan dan kehandalan.


Ramalan McKinsey menyebutkan bahwa anggaran IT akan tumbuh 3% namun pertuimbuhan ini menyebunyikan penurunan di biaya operasional IT akibat penyederhanaan process, outsourcing, dan teknologi baru yang membuat perusahaan meningkatkan kapasitas proses tanpa membeli lebih banyak hardware. Penghematan ini akan meningkatkan capital expenses meningkat 13% ( red. ini yang saya belum mudeng, mungkin total spending naik hanya 3% sementara operasi turun 1,5% komposisi ini menimbulkan peningkatan capital spending 13%).



Yang menarik dari belanja ini adalah perbaikan ERP sekira 47% yang sebagian besar menyebutkan prioritas utama adalah penyempurnaan sektor spesifik di ERP khususnya untuk meningkatkan produktivitas dan issue-issue persaingan industri.

CIO juga berencana untuk belanja di tool business intelligence, termasuk aplikasi extract data dari ERP untuk menganalisa pelanggan atau trend pasar secara lebih detil, termasuk issue pemenuhan (comply) aspek regulasi contoh Sarbanes Oaxley.

Prioritas lainnya (53%) adalah upgrade hardware terkait dengan penggantian server yang dibeli tahun 1990an menuju perangkat dengan teknologi konsolidasi dan virtualisasi (kemampuan untuk menjalankan beberapa Operating Sistem dalam satu komputer atau mendistribusikan proses di banyak mesin). Infrastruktur telekomunikasi berbasis sirkit kecenderungan juga diganti dengan teknologi VoIP untuk menggabungkan jaringan suara dan data untuk mengurangi biaya. Termasuk dari area ini adalah membangun kapabilitas mobile-network untuk mengelola lebioh banyak data, piranti, dan aplikasi sehingga mobile workers dapat lebih produktif.

Terakhir adalah investasi di disaster recovery dan teknologi availability untuk memenuhi regulasi dalam keamanan dan pengelolaan data operasional.