Alhamdulillah, setelah tertunda beberapa kali pertemuan, akhirnya program bedah buku dari ebook dengan judul “The Great Telecom Meltdown” oleh Goldstein, Fred R. terlaksana juga di pertemuan hari ini.
Program ini diselenggarakan dalam rangka meningkatkan minat baca di kalangan pemirsa klasmaya. Setelah ditengarai sulit untuk mencari dan mendapatkan buku acuan, kalaupun ada tidak mudah untuk menjadikan prioritas membeli buku tersebut. Sehingga diambil alternatif ebook yang bisa didownload gratis, meski bukan buku referensi formal dari institusi, namun kontennya cukup representatif.
Tapi minat baca tidak bisa sekedar dilihat dari berapa banyak hits mengunduh ebook. Tugas klasik meresume dan mempresentasikan dirasa masih cukup efektif untuk paling tidak membaca, meng”copy paste”, bahkan beberapa tim sudah mentranslasikannya. Apapun itu, yang penting ada usaha untuk membaca.
Mungkin ada beberapa anggota kelompok tidak melalui proses tersebut, boleh jadi beberapa pemirsa mendapat benefit dari anggota tim lain tanpa harus bersusah payah menjalankan proses baca, summary, translasi, dan penyiapan materi paparan, hanya sekedar expose materi di depan kelas bahkan ada juga yang tidak. Kenyataannya, benefit sesungguhnya diterima oleh si pelaku yang menjalankan proses keseluruhan.
Prosesnya memang susah, walau tidak semua merasa susah payah. Frankly speaking, saya sendiri belum baca semua bab, cuman beberapa bab yang bikin penasaran isinya. Tapi dari beberapa bab yang terbaca, sekilas tidak dipungkiri bahwa tidak mudah membaca bukunya om Goldstein, format tulisan berbentuk narasi yang hanya dimengerti oleh pembaca yang mengalami situasi disana. Namun bukan berarti pembaca seperti kita sama sekali tidak perlu tahu, ada beberapa bagian yang bisa diambil pelajaran dan menambah wawasan pengetahuan industri telekomunikasi dan telematika umumnya.
Kesempatan pertama paparan dibuka oleh tim-2 yang dibawakan oleh Grace, Yoel, dan “last but not least only late” Satrio dengan bahasan “
The Rebirth of Competition”.
Paparan diawalii dengan case “hushaphone” (sebenarnya bisa jadi cerita menarik), bahasan perkembangan perangkat PBX (mulai dari teknologi step-by-step Strowger’s, crossbar, electromechanical relay switching matrices, Dimension, dan digital PBX), peluang PBX dengan OA (Office Automation) jargon yang sangat populer pada saat itu, sampai ke persaingan RBOC melalui Centrex dan AT&T dengan PBX nya. Perkembangan LAN yang salah satunya dimotori oleh lahirnya Ethernet dari Xerox mendorong IVD (integrated Voice Data?) dan ide integrasi LAN dengan PBX selain pengembangan oleh kompetitor Carterfone melalui Interconnect systems.
Munculnya MCI melalui jaringan microwave mengancam monopoli AT&T, bahkan dari aspek regulasi, hukum Antitrust mendorong pendatang baru seperti MCI bisa mengklaim monopoli layanan jarak jauh oleh AT&T.
Paparan selanjutnya diberikan oleh kelompok-3 dengan bahasan berjudul “
Divestiture: Equal Access and Chinese Walls” yang dibawakan oleh Sangap, Ronny, Nicky, dan Edfri. Terminologi divestiture mungkin bukan istilah umum namun sudah menjadi istilah yang populer di industri telekomunikasi US. Divestiture pada ghalibnya adalah restrukturisasi AT&T yang memotong monopoli vertical integration dimana awalnya memisahkan bisnis pabrikan yang dikelola melalui Western Electric dan bisnis layanan akses telekomunikasi yang kemudian dikelola oleh 7 Regional Bell Operating Companies (RBOC), sementara bisnis jarak jauh masih dipegang AT&T.
Keputusan Final Judgment juga melarang AT&T berbisnis di industri komputer meski saat itu menjadi mesin pertumbuhan ekonomi Amerika (contoh kasus transistor dan OS UNIX). Melalui restrukturisasi, regulator juga berencana merevisi rate dan monopoli layanan jarak jauh termasuk layanan 0800.
Bahasan lain adalah perkembangan ISDN yang mendapat saingan berat dari internet akses melalui ADSL. ISDN kemudian dikembangkan melalui B-ISDN dan teknologi ATM. Pada akhirnya perkembangan ATM menjadi backbone ISP dan bagian yang mendasari teknologi layanan DSL dan menjadi tawaran RBOC ke segmen residensial.
Paparan dimulai dengan sejarah internet dari eksperimen (the famous) ARPANet, jaringan milik Department Pertahanan US. Diulas juga standard layer OSI (Open Systems Interconnection) melalui OSIRM (reference model) yang disusun oleh ISO (International Organization for Standardization) namun secara de facto TCP/IP menjadi the real open protocol for interconnecting systems.
Perkembangan selanjutnya, akibat banyak perusahaan dan universitas memiliki akses di jaringan internet, di tahun 1987 National Science Foundation mengambil alih ARPANet menjadi NSFNet yang tidak bisa dipake secara komersil (sebenarnya cerita ini bisa dielaborasi lebih banyak oleh tim).
Privatisasi NSF dilakukan melalui Advanced Networks and Solution (ANS) di tahun 1990 yang dikelola oleh 3 pemilik yaitu University of Michigan karena telah memiliki ijin (?) jaringan regional, MCI yang berkontribusi membawa bandwidth (traffik) dan IBM yang menyediakan perlengkapan komputer. Tahun 1991, ANS meminta ijin ke NSF (bukan kebalikan nya seperti di slide) untuk menyediakan layanan komersil di internet.
Bahasan lain dari paparan menyebutkan pula meledaknya kesibukan jalur jaringan internet seiring bergabungnya banyak user. Kapasitas koneksi internet berkembang pesat akibatt banyaknya aplikasi baru serta maraknya komputer dengan teknologi baru.
Issue “Dotcom Bubble” dari meningkatnya saham perusahaan yg berhubungan dengan internet akibat persepsi investor yang menduga harganya akan terus meningkat. Bisnis kolokasi juga meraup untung dari carrier hotel dengan tingkat okupansi yang tinggi. Booming internet jelas berpengaruh pula pada bisnis pabrikan perangkat telekomunikasi dan internet.
Dua tim terakhir, mengulas bab-6 dan bab-9, belum sempat terekam file presentasinya sehingga akan disampaikan di posting berikutnya.
Tim lainnya, 1,5,7,8,dan 10 diharapkan sudah dapat mempersiapkan diri di pertemuan berikut. Applause bagi yang sudah tampil, meski ada beberapa satu dua miss-persepsi dan kebingungan, namun usaha tersebut tidak ada yang sia-sia. Selamat.