Saturday, May 23, 2009

Nilai Akhir EL-102 session 2009

Seperti biasa, disamping nilai akhir yang disubmit di BAAK, perolehan nilai sessi ini perlu juga dishare lewat Klasmaya, meskipun boleh jadi, pemerhati klasmaya sudah mulai berkurang.

Tahun ini, dari total 34 pemirsa resmi dari EL-102 sessi 2009, sangat mengagetkan dengan sekira lebih dari seperempatnya tidak mengikuti UAS, walhasil dari result perhitungan juga dibawah threshold untuk mencapai nilai lulus. Kalau dicermati terdapat korelasi dari pemirsa yang berhalangan atau sengaja berhalangan mengikuti Final Test dengan beberapa tugas, quiz dan homework yang dilewatkan atau minimal terlewatkan. Diperkuat pula dengan tidak adanya atau belum ada satupun yang mengajukan permohonan ujian susulan.

Dari aspek keaktivan diskusi di klas offline, tugas-tugas, quiz, pekerjaan rumah dan UAS yang menjadi faktor penilaian, diperoleh angka jangkauan perolehan sebagai berikut,


Grafik ini dibaca nilai jangkauan pada sumbu x dengan jumlah pemirsa yang dibaca pada sumbu Y. Misalnya pada aspek Tugas yang diwakili bedah buku, tidak ada satupun dengan nilai dibawah 40 ataupun diantara 40-50, tapi aspek ini ada sebagian besar di jangkauan nilai 50-60 dan 60-70 yang dikontribusi oleh masing-masing 12 pemirsa atau sekira masing-masing 35%, sehingga jika digabung 70% dari total populasi pemirsa memperoleh nilai Tugas diangka 50-70. Puncak kedua muncul pada range 80-90 yang dikontribusi 8 pemirsa atau hampir seperempat populasi, dan satu pemirsa yang memperoleh posisi di range 90-100. Rerata aspek Tugas diperoleh pada angka 66.50.

Aspek Quiz cenderung merata walaupun nilai tinggi memiliki kontribusi yang lebih besar. Kondisi ini sangat berbeda dengan aspek Diskusi yang cenderung berada di nilai rendah, sekira hampir 60% memiliki nilai dibawah 50 poin. Range tertinggi (90-100) hanya dicapai oleh 6% atau sepersepuluh dari angka yang tadi disebutkan. Rerata aspek Diskusi adalah sebesar 49.79 sedangkan aspek Quiz di angka 71.60.

Aspek lain silakan dianalisa sendiri.


Grafik kedua menunjukkan komposisi porsi jumlah pemirsa yang memperoleh nilai standard institusi. Batang kuning memperlihatkan persentase dari 7 nilai yang ditetapkan. Nilai C menjadi nilai yang cukup dominan dengan porsi sepertiga dari seluruh jumlah nilai. Porsi terkecil dipegang oleh nilai D sebesar sepersepuluh dari nilai C. Yang cukup menarik perolehan outstanding (A) memperoleh porsi yang lebih besar dari B maupun B+.

Warna biru menunjukkan segmen yang lain dari cluster “Kurang” (E&D) yang disumbang oleh hampir 30%, “Cukup” (C&C+) yang diberikan oleh persis separuh pemirsa, “Baik” (B&B+), dan “Excellence” (A) yang masing-masing dikontribusi oleh 12% dan 9% populasi.

Jika dibanding tahun lalu, porsi “Baik” dan “Excellence” relative menurun dari 38% ke 21%. Namun penurunan ini di drive oleh seperempat pemirsa yang urung mengikuti UAS. Jika jumlah pemirsa non UAS di exclude, maka porsi tersebut mengalami perbaikan menjadi 28%.

Selamat yang telah mencapai nilai terbaik, dan tetap semangat dan terus berusaha jika masih belum mencapai hasil maksimal.

Keep in touch ..


Thursday, May 14, 2009

Final Test Result

Sekira dua hari lalu penilaian UAS untuk sessi 2009 rampung. Secara umum, perolehan nilai kurang menggembirakan. Dari sekian soal pilihan, tidak ada satupun yang menjawab benar lebih dari separuh pertanyaan. Hitungan ”quick count” menunjukkan perolehan tertinggi top markotop dari 60 soal hanya dicapai pada angka 28, tidak ada satupun yang melebihi 50% atau di angka 30 apalagi menembus tiga perempat jawaban benar (45 soal dijawab benar). Yang menarik, angka-angka ”tinggi” tersebut relatif didominasi oleh peserta siswi. Mungkin ada korelasi dengan aspek rajin membaca.

Perolehan terendah dicapai pada angka 11 poin, bayangkan less than 20%. Jika nilai perolehan dicluster dalam 4 kelompok, dengan batasan ”<"15,15-20,20-25,25-30” diperoleh angka pangsa klas berturut-turut sebesar 16%, 48%, 24% dan 12%.

Boleh jadi soalnya terlalu sulit, banyak jebakan, atau membingungkan. Tapi dari analisa mining, soal yang tidak seorangpun bisa menjawab hanya ada 2 soal, meski demikian tidak ada satu soalpun yang bisa dijawab oleh semua peserta. Jumlah soal yang bisa dijawab oleh lebih dari seperempat peserta hanya ada 15%. Sehingga (lagi-lagi) kalau kita kaji dari clustering soal yang masing-masing bisa dijawab oleh 0, 1-5, 5-10,10-15, >15 peserta adalah sebesar 3.33%; 25%; 40%; 16.67%; dan 15%.

Dari ulasan diatas, dapat disimpulkan sebagai hasil yang kurang menggembirakan, entah akibat terkena dampak krisis, atau swine stuff. Sampai saat ini, angka nominal yang benar belum dikonversikan ke nilai standard, karena saya masih mencari angka yang pas yang dapat merepresentasikan maksimal. Umumnya adalah diukur dari rasio ”benar” terhadap total soal. Namun untuk penilaian ini, saya akan coba di faktor kan dengan satu angka sebagai adjustment.
Untuk memperkecil resiko penilaian yang relatively kurang semangat, mungkin ada yang mau kasih opini buat perbaikan nilai? Silakan disampaikan melalui komentar sebagai media uneg-uneg.

Monday, May 04, 2009

2nd May 2009 Class at a Glance

Klas dipenghujung akhir semester direncanakan untuk dua materi yaitu eTOM dan PayTV yang dilanjutkan dengan Quiz untuk menambah aspek penilaian. Namun bak “injury time”, diawal klas hanya kurang dari separoh pemirsa yang muncul. Belum lagi ada event institusi yang melibatkan beberapa pemirsa.

Walhasil hanya materi eTOM yang disampaikan. Materi ini sebenarnya materi tambahan, bukan materi yang ditetapkan institusi, namun saya melihat informasi ini cukup valid pada saat berhubungan dengan industri telematika pada umumnya dan telekomunikasi pada khususnya. Meski paparan eTOM relatif disampaikan sekilas, namun pemirsa bisa membaca langsung modul proses yang diurai dalam materi presentasi. Jangan khawatir, seperti yang disepakati, materi ini tidak menjadi objek UAS, namun bukan berarti diabaikan.

Sampai jumpa di UAS ..

Sunday, May 03, 2009

25th April 2009 Class at a Glance (Lanjutan-2)

Tadinya saya mau tunggu kiriman materi bab-6, yang meski sudah dipaparkan didepan klas, namun file presentasinya kececer belum sempat tersimpan. Tapi sampai informasi dari wakil tim-6 menyebutkan file yang seharusnya ada, ternyata juga hilang entah rimbanya. (Ini sebenarnya sekedar excuse untuk keterlambatan merelay beberapa paparan yang masih belum di expose di klasmaya).

Karena disepakati materi UAS tidak merefer ke bedah buku (lihat posting berikuntya), saya akan coba scan sekilas materi dari ebook yang sudah di paparkan.

Saya langsung loncat ke bab-7, materi dengan judul “Competitive Access Providers, the Costly Way to Local Competition” (dari judulnya yang panjang saja saya sudah a bit reluctant menjabarkannya) ditulis oleh Deny, Laura, Asary, dan Rinaldy. Seperti juga materi presentasi yang lain, pemirsa musti bijak membaca file yang diunduh dengan menyimak kembali tulisan origin di ebook. Topik yang dibahas antara lain :
.
Divestiture AT&T pada dasarnya menjadi trigger (pemicu) dimulainya kompetisi di US, meski sering disebut-sebut orang dimulai sejak terbitnya UU Telekomunikasi tahun 1996. Sebelum Divestiture, dasar regulasi tarif hanya pada aspek rate of return (red. dari investasi yang sudah dikeluarkan). FCC dengan menggunakan metode fully distributed cost menyetujui rate di angka 10%-15%. Awal tahun 70an FCC memutuskan kompetisi “open sky” satelit domestik dengan pionir SBS melalui VSAT. Di tahun 80’an pemerintah negara bagian lebih memberi dukungan ke RBOC “Baby Bells” dibanding FCC.

Kompetisi di bisnis penyedia akses (Competitive Access Provider / CAP) muncul pertama kali di New York, kota dengan pengguna bandwidth terpadat di dunia, yang dilakukan oleh Teleport dan menjadi alternatif NYNEX. MFS sebagai CAP berikutnya, dibentuk tahun 1988 yang tidak saja menggelar fiber ke sejumlah kota besar namun mulai masuk ke bisnis internet melalui layanan backbone ke ISP yang selanjutnya membentuk Metropolitan Area Ethernet East dan West. Beberapa CAP lain fokus di pasar sekunder (second-tier) seperti Hyperion di Adelphia dan Brooks Fiber Properties di wilayah luar kota Arkansas dan California. Setelah mengambil alih National Fiber Network di New York, Metromedia membentuk Metromedia Fiber Network (MFN) sebagai penyedia fiber yang bersaing dengan layanan DS3 dari telco. Seiring dengan pertumbuhan bisnis CAP, Bells mulai meminta fleksibilitas pricing yang disetujui FCC dan pemerintah negara bagian untuk mengurangi berpindahnya pelanggan RBOC ke kompetitor (CAP).

UU Telekomunikasi 1996 yang ditandatangan Presiden Clinton (sebelum bertemu Lewinsky?) pada dasarnya membuka kompetisi layanan lokal. UU ini dapat dipandang sebagai “big-bang” yang merubah industri telekomunikasi di AS dan mengarah pada area telekomunikasi global. Dampak dari UU ini, meski pemerintah negara bagian (States) sudah melegalkan kompetisi telephone lokal, namun UU ini mensyaratkan States untuk memberikan serifikasi ke semua CLEC (Competitive Local Exchange Carier) yang telah memenuhi kualifikasi, UU juga mengatur pedoman berkompetisi, UU menuntut Incumbent LEC (ILEC) menyediakan unbundled network elements (UNEs) dengan tarif yang berbasis pada biaya operasional. CAPs akhirnya menjadi CLECs pertama (selain reseller), dengan mendapat nomor telepon lokal, kode prefix lokal, dan interkoneksi dengan ILECs.

Meski CAP saat itu belum memberikan profit, namun investor tetap antusias terhadap CAP dibanding reseller, dari faktor asset. Beberapa perkembangan bisnis CAP dalam periode perubahan ke CLEC antara lain: MFS membeli ISP UUNET $2B di tahun ’96 yang selanjutnya dibeli WorldComm seharga $12B dari valuasi aset CAP/CLEC yang tinggi; Awal tahun ’98 WorldComm juga membeli Brooks Fiber $3B dan mengokohkan perusahannya menjadi leading CLEC; Di tahun yang sama AT&T mengambil alih TGC sebesar $11B yang sebelumnya membeli ISP CERFnet. Tahun ’99 Bell Atlantic membeli pesaingnya Metromedia Fiber Network, selanjutnya merubah nama menjadi Verizon.

Cerita di bab-7 ini sebenarnya masih panjang dan mungkin menarik, tapi tampaknya posting ini musti ditutup disini biar gak terlalu panjang. Jadi kita tunggu lagi ulasan berikutnya.