Wednesday, April 26, 2006

220406 – BSC & Business Excellence Model

Di buku acuan kita (Ward&Peppard) bab-4, dibahas tentang analisa bisnis melalui tools manajemen antara lain Balanced Score Card (BSC) dan Critical Success Factor (CSF). Ward&Peppard bahkan membahas penggabungan BSC dan CSF dalam mekanisme untuk membantu menetapkan kebutuhan sistem dan teknologi informasi.


Balanced Scored Card Framework

Kelas minggu lalu, dibahas mengenai framework BSC termasuk konsolidasinya dengan CSF mengacu referensi kita. Pembahasan mendalam mengenai BSC ada di SI-516 (Pengelolaan Strategi dan Perubahan) meski muncul juga di mata kuliah lain yang terkait..

Sessi selanjutnya ditambahkan salah satu approach Business Excellence Model (BEM) dari Malcolm Baldrige Criteria for Performance Excellence (MBCfPE). Model ini menjadi acuan BEM di negaranya paman Sam (meski bukan Sam yang kita kenal) yang mirip dengan model di negara-negara Eropa (EFQM ) yang pernah dibahas dalam bedah buku bab-8. Pembahasan lebih difokuskan pada perspektif ke-4 tentang Measurement, Analysis, and Knowledge Management (ini yang di EFQM kurang dibahas mendalam).

Baldrige Criteria for Performance Excellence

Analisa pada kriteria di perspektif ke-4 dapat menjadi masukan dalam menentukan IS/IT requirement, atau prasyarat dalam IS/IT support untuk mendukung kinerja ekselen dari suatu perusahaan.

Today's quote


Efforts and courage are not enough

without purpose and direction

(John F. Kennedy)

180406 – Free Discussion

Sebenarnya sebagai kelas pengganti di jam 17:00, sore itu cukup merubah suasana, asyik juga ada kelas malam, mirip pegawai kantoran yang “nyambi” kuliah. Tapi mungkin karena suasana agak lain, model kelas minggu lalu juga agak berbeda, tanpa materi kecuali diskusi bebas, lugas dan bertanggung jawab.

Diskusi mengulas mengenai informasi strategis di industri yang mungkin bisa kita bayangkan. Setelah sebelumnya beberapa pembahasan menyajikan informasi dari model bisnis salah industri (telco dan retail), sore itu kita bahas a’la brain storming untuk industri atau model bisnis lain seperti rumah sakit dan pabrikan dengan bengkel sebagai distribution channelnya.

Informasi strategis rumah sakit misalnya, dari beberapa diskusi partisipan, dibahas tentang informasi ketersediaan kamar rumah sakit, inventory/stock obat, data dokter, pasien, sampai ke medical record. Pertanyaannya mungkin, data medical record yang digunakan sebagai tracking history pasien, apakah dianggap sebagai informasi strategis atau informasi operasional saja karena ada kewajiban untuk membagi dengan rumah sakit lain sebagai tanggung jawab sosial.

Topik yang lain, menyangkut informasi strategis untuk pabrikan otomotif yang memanfaatkan data transaksi operasional dari dealer dan bengkel sebagai distribution channelnya. Data spare part yang harus/layak diganti terkait dengan umur kendaraan bisa menjadi informasi operasional untuk memberikan layanan pada pelanggan, tanpa harus menunggu rusak. Data transaksi perbaikan atau penggantian suku cadang juga menjadi informasi yang berguna untuk principal/pabrik dalam menganalisa kualitas produknya yang akhirnya menjadi informasi strategis untuk quality improvement.

Analisa informasi strategis tidak lepas dari analisa bisnis model industri atau perusahaan. Pengetahuan tentang value-chain, bisnis proses maupun bisnis arsitektur menjadi landasan dalam menentukan data apa yang bisa menjadi informasi strategis dan competitive advantage suatu perusahaan.

Tuesday, April 25, 2006

Bintang Timur di atas langit biru bukit Patuha

JVC DX77, Sunday 16/04/2006 5:32

Gartner: Top Priority for CIOs Is Process Improvement

By Robin Arnfield January 24, 2006 11:45AM

"I.T. security is still very important," said Mark McDonald, group vice president and head of research for Gartner's Executive Programs. "Security is now part of the CIO's standard portfolio of responsibilities and has to be part of everything he or she does, from business processes to I.T. systems."

Business-process improvement -- streamlining corporate operations and making the company easier to do business with -- tops the CIO to-do list for 2006, according to new research from Stamford, Connecticut-based consulting firm Gartner Group.

The finding is especially notable in that business-process improvement ranked only 18th in Gartner's CIO priority list in 2004, before moving up to the number one position.

"The number one business priority this year, as in 2006, is business-process improvement," said Mark McDonald, group vice president and head of research for Gartner's Executive Programs.

Costs and Security

To create the report, Gartner carried out a worldwide survey of 1,400 CIOs on their I.T. priorities for 2006. The CIOs surveyed managed centralized I.T. organizations, employing an average of 300 I.T. professionals with an average I.T. budget of $71 million.

The CIOs represented $90 billion in I.T. spending altogether.

"The I.T. department has done a good job of bringing costs under control and installing core systems; now businesses expect to get future competitive advantage through improving business processes," McDonald said.

"I.T. security is still very important," McDonald pointed out. "Security is now part of the CIO's standard portfolio of responsibilities and has to be part of everything he or she does, from business processes to I.T. systems."

According to McDonald, security spending has continued to grow. "The business no longer has to pound on the table to demand I.T. security," he said. "It now expects the CIO to protect the enterprise and is willing to fund this."

In aggregate, the survey results suggest that business expectations of I.T. have changed and executives now are expecting their CIOs to move beyond concerns about cost, security, and quality to help grow the business.

Business and Technology

The top four business priorities identified in the report are business-process improvement, controlling enterprise operating costs, attracting customers and growing customer relationships, and improving competitive advantage. Security breaches and disruptions occupy the number seven position in the top 10 business priorities.

The top four technology priorities for 2006 are business-intelligence applications, security technologies, mobile-workforce enablement, and collaboration technologies, according to the report.

The Gartner survey also found that worldwide I.T. budgets are expected to increase by an average of 2.7 percent in 2006. This compares to an increase of 2.5 percent in 2005 and represents a modest budget increase for the third consecutive year.

However, the I.T. budgets at companies planning to grow more quickly than the market are increasing by an average of 4.8 percent, Gartner said.

Morning at Ciwidey

JVC DX77, Sunday 16/04/2006 5:56

Thursday, April 13, 2006

Announcement

Berhubung satu dan lain hal, maka hari Sabtu tanggal 15 April 2006, klas didelay ke hari Selasa tanggal 18 April 2006 di ruang 201.

Wednesday, April 12, 2006

IGOS masuk fase pemasaran

JAKARTA (Bisnis): Setelah sekian lama berkutat dengan pengembangan produk, gerakan pemanfaatan peranti lunak open source nasional mulai tahun ini akan menggencarkan kegiatan pemasaran.

PT Inti sebagai pusat kegiatan pemasaran dan bisnis Konsorsium IGOS (Indonesia Goes Open Source) menyiapkan berbagai program untuk Sistem Desktop Nasional (SDN) "disebut juga IGOS Desktop- dengan target instansi pendidikan dan lembaga komersial".

"Tahun ini akan banyak program pemasaran dan sosialisasi yang belum bisa kami berikan rinciannya saat ini", kata Tikno Sutisna, Marketing IGOS Desktop sekaligus Kepala Jaringan Telekomunikasi Privat PT Inti, kepada Bisnis kemarin.

Dia mengatakan Konsorsium IGOS yang juga terdiri dari IPTEKnet dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tidak akan menunggu dukungan dari pemerintah untuk terus menggulirkan program pemanfaatan peranti lunak open source nasional itu.

Memang sejak pemerintah mencanangkan IGOS 30 Juni 2004 lalu, program itu belum terdengar gaungnya dan hampir tidak ada kegiatan pemasaran termasuk promosi dan sosialisasi kepada publik secara luas.

"Itu kelemahan kami selama ini yang hanya menonjolkan produk dan kemampuannya. Setelah evaluasi kami menyadari harus lebih banyak mengenalkan kepada masyarakat", ujar Tikno.
Selama dua tahun ini, aktivitas IGOS lebih banyak berlangsung di bidang pengembangan produk, persiapan infrastruktur dukungan, pemberdayaan komunitas pengembang dan pendirian pusat repository nasional.

Case of Leveraging Narrowband to Broadband

Ada satu case yang menarik terkait dengan soal leveraging narrowband to broadband di Quiz. Pada saat analisa pengguna dial-up (narrowband) melebihi (atau ada di sekitar) threshold biaya flat broadband, unit customer care bisa memberi saran ke pengguna dial-up tersebut untuk beralih ke layanan broadband. Meski boleh jadi migrasi ini bisa meng-kanibal layanan narrowband, namun in terms of Revenue Assurance bisa menguntungkan perusahaan.

Tapi kalau kita mau gali lebih dalam, terkait dengan issue kanibalisasi layanan, kalau toh jadi persoalan antar unit dan sepertinya bisa mengurangi total pendapatan perusahaan, mungkin tidak separah yang dibayangkan. Kecenderungannya, pengguna broadband eks pengguna narrowband, relative melebihi usage dari sisi volume download. Bisa dibayangkan, sebelumnya pengguna dial-up dalam mengakses atau mendownload suatu konten harus menunggu beberapa menit atau jam dan dalam sehari rata-rata menghabiskan waktu sekian jam, setelah upgrade ke broadband, rata-rata penggunaan perhari dipastikan meningkat dan bisa melebihi biaya yang biasa dikeluarkan melalui narrowband. Pada akhirnya total pendapatan perusahaan lebih besar.

Agak berbeda dengan kasus diatas, cerita dibawah ini agak berbeda tapi berkorelasi dan mungkin bisa menambah wawasan.

Saat saya harus berada di UK dan meninggalkan keluarga, saya menggunakan kartu telepon BT seharga 5 Pound yang setara dengan 5 menit percakapan. Dengan biaya tersebut saya menganggarkan satu kartu (5 Pound) untuk katakan dua hari. Beberapa hari kemudian, dari informasi orang Asia lainnya, ternyata ada kartu lain (mungkin VoIP) yang lebih menarik untuk tujuan tertentu. Untuk harga yang sama (5 Pound) dengan menggunakan AsiaCard, setara dengan 15 menit percakapan. Cukup menarik dan bisa menghemat biaya. Tapi tunggu dulu, ternyata pengeluaran anggaran untuk biaya komunikasi relative tetap. Biaya 5 Pound dengan kartu baru bukan berarti dipergunakan untuk katakan 6 hari, namun percakapan justru meningkat dan biaya per dua hari tetap 5 Pound. Artinya penggunaan bukan berbasis dari efektifitas durasi komunikasi namun dari anggaran.

080406 – Explore the Telco Billing Data

Minggu lalu, rencananya saya akan pakai sebagai Quiz untuk analisa data strategis, khususnya untuk contoh kasus eksplorasi data billing telekomunikasi. Namun seperti biasa diawal-awal partisipan belum semua hadir, sehingga saya coba bahas lingkup kasus terkait dengan spesifik industri. Pembahasan nampaknya melebar, karena saya pikir perlu pemahaman sebelum bisa dijawab, dan akhirnya minggu lalu lebih banyak diskusi yang sepertinya menjawab hampir semua soal. So, that Quiz, again, became homework though some of that questions already been discussed (lucky you). Tugas sebelumnya mengenai simulasi analisa paket Combo, karena ada persoalan teknis email, sudah dikirim ulang, semoga bisa segera di deploy.

Sessi berikutnya dibahas mengenai penentuan IS Strategy dari proses interview langsung dengan unit fungsional, yang saya ambil dari buku Tozer. A bit boring, karena lebih banyak membahas aspek, proses dan model interview. Cuman karena sebelumnya saya pernah bahas di minggu sebelumnya dengan topik Business Process Approach, proses ini perlu saya ulas sebagai perbandingan.

Tuesday, April 11, 2006

Pengguna Internet Indonesia Terendah di Asia Tenggara

Tuesday, 04 April 2006
SEMARANG, investorindonesia.com

Jika dilihat dari jumlah penduduk, kalangan pengguna internet dan komputer di Indonesia ternyata paling rendah dibandingkan pengguna yang sama di negara Asia Tenggara, akibat adanya berbagai faktor yang menghadang, kata Country Manager Intel Indonesia, Budi Wahyu Jati. "Pengguna internet dan komputer di Indonesia ternyata kini hanya mencapai 15 juta orang, Thailand 6,6 juta orang, dan Malaysia delapan juta orang," katanya usai penandatanganan nota kesepahaman (MoU) Intel dan Telkom untuk digitalisasi Provinsi Jateng di Semarang, Selasa.

Menurut dia, jika melihat angka pengguna internet dan komputer, Indonesia memang lebih tinggi dibandingkan Thailand dan Malaysia, namun jika dilihat dari populasi (jumlah) penduduk ternyata Indonesia lebih rendah dibandingkan Thailand dan Malaysia. Ia mengatakan, kendala yang menyebabkan Indonesia tertinggal jauh dengan negara Asia Tenggara dalam penggunaan internet dan komputer antara lain pola pikir, sosial, daya beli, dan infrastruktur. Oleh karena itu, mulai sekarang kalangan dunia usaha dan pendidikan harus mulai memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan usaha dan memperoleh informasi agar jangan sampai tertinggal dengan negara lain. "Kalangan masyarakat harus mulai dididik untuk menyenangi internet maupun komputer, sehingga mereka mampu memanfaatkan teknologi informasi untuk meningkatkan usaha mereka," kata dia.

Dia mengatakan, Intel dan Telkom akan mewujudkan komitmen digitalisasi di Jateng dalam bentuk penyediaan peralatan akses internet yang terjangkau untuk usaha kecil dan menengah (UKM), sekolah, dan warung internet (warnet). Intel Indonesia dan PT Telkom Divre IV Jateng/DIY berkomitmen kuat untuk mendukung pemberdayaan UKM agar mampu bersaing, berkembang, dan eksis, karena mereka merupakan "soko guru" perekonomian. Dengan adanya kerja sama penetrasi internet dan broadband di Jateng diharapkan kalangan masyarakat lebih senang lagi menggunakan maupun mengakses internet untuk aktivitas mereka sehari-hari. Ia mengatakan, kerjasama diwujudkan dalam bentuk penyediaan PC (komputer) dan konektivitas broadband yang dapat lebih mudah diakses masyarakat provinsi ini.

"Kerjasama ini menandai upaya bersama Intel dan Telkom untuk memacu penetrasi internet dan broadband di Indonesia yang dimulai di Jateng dengan fokus pada warung internet (warnet), usaha kecil menengah (UKM), dan sekolah," katanya Ia mengatakan, Intel dan Telkom akan menjalankan serangkaian program pemasaran yang memungkinkan warnet, sekolah, serta UKM memperoleh PC dan internet bandwith dengan harga terjangkau. Target peluang bisnis yang akan membantu mempercepat realisasi visi digitalisasi Jateng dengan memberi kesempatan para wirausahawan potensial di provinsi ini untuk memulai bisnis warnet dengan dukungan kuat dari Intel dan Telkom. (ant)

Friday, April 07, 2006

010406 – Assignment Discussion & ITIL Framework

Pagi itu kita pindah ke “Underground”, namun tidak melunturkan semangat, meski persoalan teknis muncul mulai dari projector belum beres, marker memudar sampai ke partisipan kesasar. Anyway minggu lalu “offline class” bisa berjalan cukup lancar.

Pembahasan awal mengulas tugas yang sudah 2 minggu (maybe more) tentang Toko untuk SI dan Eksploitasi Teknologi di Institusi Pendidikan untuk SK. Kesimpulan, nampaknya tidak ada garis pembatas departemen yang sebenarnya menghalagi kedua tugas tersebut, dengan kata lain dua tugas kemaren bisa dieksekusi oleh SI & SK (setuju teu ?). Dari kesimpulan tadi, ditambah jawaban tugas Combo dari beberapa yang sudah terkumpul namun belum “kerasa” analisanya, maka ada lanjutan analisis paket combo berbasis simulasi data. Analisa cukup dilakukan melalui spreadsheet. Saya sendiri nggak biasa pake macro-nya excel, tapi soal itu bisa dijawab tanpa pake macro, clue nya pivot dan permutasi manual.

ITIL Framework (Gambar ini biasanya kena cekal)


Sessi kedua membahas IT Information Library (ITIL) framework. Materi dengan judul Overview ITIL saya dapat dari foto-kopian kolega yang mungkin bisa menambah wawasan IT. Issue ITIL juga sering muncul di internet, meski banyak yang komentar dokumennya cukup mahal. Situs resmi bisa diakses di http://www.itsmf.com/ milik IT Service Management Forum dan satu lagi alamat dari buku di http://www.get-best-practice.co.uk/, cuma mungkin kalau bukan dari warnet rada syusyah, bukan apa-apa, tapi begitu akses dengan syntax “itil” disangkain berbau porno. Posting disini dengan gambar pake nama itil saja pas di'view kena sensor, he he he...

ITIL Framework

Materi presentasi yang dibahas kemaren juga sebenarnya belum tuntas, jadi saya belum submit ke email partisipan, next time lah. Sementara saya cuman tampilkan saja gambar framework gedenya. Moga-moga kita bisa bahas lebih jauh di klasmaya nanti, atau ada yang mau komentar dulu?.

IT Spending Report

Tulisan ini diambil dari rujukan salah satu milis yang mengulas IT Priorities Report: Current and Planned IT Spending periode Maret 2006 dari CNET Network.


Laporan disusun dari hasil survey untuk seluruh industri di US yang mengambil sampling 500 IT Executive di perusahaan dengan jumlah pegawai diatas 500 setiap 30 hari. Pertanyaan survey terkait dengan projek IT yang sedang diimplementasikan saat ini dan 12 bulan ke depan.
Dari trend analisis untuk prioritas belanja IT di triwulan-1 2006 dan perkiraan di 12 bulan ke depan dapat ditampilkan dalam tabel dibawah. Tabel pertama melihat ranking / prioritas trend 3 bulan. Top three IT Spends dipegang oleh Software, yang diikuti oleh Network dan Upgrade Hardware. Jika kita lihat perkiraan 12 bulan ke depan prioritas belanja masih sama. Simbol di kolom trend 3 bulan menunjukkan kecenderungan untuk naik, turun, tidak berubah dan bintang yang menunjukkan bertahan di ranking yang sama.

IT Priorities spending trend analysis: March

Laporan ini juga memperlihatkan ”trafik” belanja IT atau implementasi projek IT yang menjadi material tabel diatas..

Trend in current and planned spending

Projek terkait dengan implementasi software mencapai angka tertinggi dari belanja IT selama 12 bulan terakhir di angka rata-rata 23% diikuti oleh upgrade hardware (18%), dan belanja jaringan (wired & wireless) di angka 16%. Untuk 12 bulan kedepan, projek software diperkirakan turun menjadi 19% dari belanja IT, upgrade hardware akan berada di sekitar 17% sementara belanja jaringan diperkirakan tumbuh menjadi 21%.

Dari porsi pengembangan software tersebut, projek ERP berada di urutan teratas dengan rata-rata 29%, diikuti oleh projek directory service (13%) dibayangi solusi CRM diangka 12%.

Trends in current and planned enterprise software spending

Belanja solusi ERP diperkirakan turun menjadi 25% untuk 12 bulan kedepan, sementara directory service meningkat menjadi 17%. Projek CRM diperkirakan masih berada di porsi 12% dari total belanja pengembangan software.

Pengadaan Server mendominasi belanja hardware (47%) selama 12 bulan terakhir diikuti oleh projek pengadaan storage (21%) di periode yang sama. Meski tidak menyebutkan angka, porsi upgrade desktop/laptop sedikit dibawah pengadaan storage di kisaran 19%-20%. Perkiraan setahun kedepan, upgrade server meski masih mendominasi, menurun menjadi 44%, sedangkan projek investasi storage perkirakan meningkat menjadi 26% dari total investasi hardware.

Trends in current and planned upgrade hardware spending

Projek VoIP dan solusi wireless / mobile relative lebih menjadi fokus perhatian dari belanja jaringan dibandingkan VPN / Remote access ataupun projek pengelolaan / administrasi jaringan. Selama setahun kebelakang projek VoIP menduduki porsi 27% dan diperkirakan akan menguat menjadi 30% untuk satu tahun kedepan. Solusi wireless diperkirakan juga akan mengalami penguatan serupa dari kontribusi 21% menjadi 26% dari pengeluaran IT untuk segmen jaringan dalam 12 bulan ke depan.

Trends in current and planned network spending

Usaha untuk menangani ancaman dunia maya “cyberthreats” dalam satu tahun kebelakang mencapai porsi 29% dari total biaya pengeluaran untuk segmen security, meski kedepan diperkirakan akan menurun menjadi 18%. Selain cyberthreat, projek authentication/ encryption menjadi focus perhatian di segmen ini dimana rata-rata belanja mencapai porsi 20% selama satu tahun lalu dan diperkirakan akan meningkat menjadi 25%.

Trends in current and planned security spending

Thursday, April 06, 2006

Penjualan SOA diprediksi melonjak 138%

Artikel dari koran Bisnis Indonesia hari Rabu, 05/04/2006
oleh : Arif Pitoyo

JAKARTA (Bisnis): Lembaga riset International Data Corporation (IDC) memproyeksikan pasar arsitektur teknologi informasi berorientasi layanan (service-oriented architecture/SOA) eksternal akan mencapai US$8,6 miliar pada tahun ini, melonjak hingga 138% dari tahun lalu.

Pada 2005, IDC mencatat penjualan SOA di dunia hanya mencapai US$3,6 miliar sementara pada 2010 diprediksi akan mencatat nilai US$33,8 miliar.

Layanan eksternal SOA meliputi integrasi sistem, layanan alih daya, manajemen aplikasi, pendukung, dan pelatihan sumber daya manusia.

"Tidak diragukan lagi, SOA akan menawarkan hasil maksimal bagi vendor layanan TI dalam beberapa tahun mendatang", ujar Marianne Hedin, Manajer Program IDC Dunia, dalam situs resminya.

Menurut dia, penyedia layanan membutuhkan kemampuan yang lebih dalam mengenai SOA dan perlu aktif mengembangkan produknya bersama konsumen untuk mewujudkan arsitektur berorientasi layanan jangka panjang.

Integrasi sistem akan terus memimpin pasar SOA setidaknya dalam lima tahun mendatang yang kebanyakan diadopsi oleh perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur, transportasi, distribusi, layanan, dan keuangan terutama di AS.

Setelah AS, yang menjadi pasar terbesar bagi layanan eksternal SOA adalah Eropa, Timur Tengah, dan Afrika (EMEA).

Wednesday, March 29, 2006

Belanja CIO di tahun 2006

Tulisan ini cuplikan dari artikel di situs McKinsey dengan judul yang sama dari Kishore Kanakamedala, Vasantha Krishnakanthan, dan David Mark

CIO berencana untuk tetap menurunkan biaya operasional untuk belanja lebih di upgrade ERP, server, dan security.

Survey 77 CIO dan senior ekeskutif IT di US menyebutkan rencana di tahun 2006 akan lebih banyak investasi di area upgrade hardware, optimalisasi sistem yang melayani industri spesifik, dan meningkatkan aspek keamanan dan kehandalan.


Ramalan McKinsey menyebutkan bahwa anggaran IT akan tumbuh 3% namun pertuimbuhan ini menyebunyikan penurunan di biaya operasional IT akibat penyederhanaan process, outsourcing, dan teknologi baru yang membuat perusahaan meningkatkan kapasitas proses tanpa membeli lebih banyak hardware. Penghematan ini akan meningkatkan capital expenses meningkat 13% ( red. ini yang saya belum mudeng, mungkin total spending naik hanya 3% sementara operasi turun 1,5% komposisi ini menimbulkan peningkatan capital spending 13%).



Yang menarik dari belanja ini adalah perbaikan ERP sekira 47% yang sebagian besar menyebutkan prioritas utama adalah penyempurnaan sektor spesifik di ERP khususnya untuk meningkatkan produktivitas dan issue-issue persaingan industri.

CIO juga berencana untuk belanja di tool business intelligence, termasuk aplikasi extract data dari ERP untuk menganalisa pelanggan atau trend pasar secara lebih detil, termasuk issue pemenuhan (comply) aspek regulasi contoh Sarbanes Oaxley.

Prioritas lainnya (53%) adalah upgrade hardware terkait dengan penggantian server yang dibeli tahun 1990an menuju perangkat dengan teknologi konsolidasi dan virtualisasi (kemampuan untuk menjalankan beberapa Operating Sistem dalam satu komputer atau mendistribusikan proses di banyak mesin). Infrastruktur telekomunikasi berbasis sirkit kecenderungan juga diganti dengan teknologi VoIP untuk menggabungkan jaringan suara dan data untuk mengurangi biaya. Termasuk dari area ini adalah membangun kapabilitas mobile-network untuk mengelola lebioh banyak data, piranti, dan aplikasi sehingga mobile workers dapat lebih produktif.

Terakhir adalah investasi di disaster recovery dan teknologi availability untuk memenuhi regulasi dalam keamanan dan pengelolaan data operasional.

Tuesday, March 28, 2006

250306-Business Process Approach & Architecture Application.

It was a rainy morning day. Tidak banyak partisipan pagi itu, tapi the show must go on kan?. Agenda kelas pagi itu membahas Business Process Approach dan Architecture Application.

Sebelumnya diulas beberapa model/framework penyusunan strategi IT, mulai dari penyelarasan dengan strategi bisnis, wawancara pengguna, sampai ke acuan bisnis proses perusahaan. Fokus pembahasan terutama menerapkan pendekatan pada model berbasis bisnis proses. Acuan pada dokumen standard bisnis proses yang umumnya disusun oleh corporate tim atau unit yang memiliki responsibility terkait (contohnya Business Effectiveness) nampaknya masih belum cukup. Pendekatan yang dibahas, lebih jauh lagi mengacu pada standard bisnis proses yang dianggap well proven secara industri, dan acuannya adalah forum, institusi, atau asosiasi yang mewakili spesifik industri yang diacu bisnis proses perusahaan. (Pertanyaannya, apakah pendekatan tersebut karena bisnis proses perusahaan belum established atau karena tidak ada trust dengan standard bisnis perusahaan eksisting?).

Pembahasan pendekatan bisnis proses, merefer pada studi kasus salah satu perusahaan yang mewakili industri infocom di tanah air. Gambaran framework dapat dijelaskan seperti pada gambar dibawah ini.


Framework of Business Process Approach

Business Process is positioned as the anchor for business, thus best-practice business process adoption is a must. Pendekatan Bisnis Proses mengacu pada best practice yang dipilih, untuk dilakukan analisis Gap, mulai dari Business Process Best Practice, Corporate Standard Business Process, Implemented Business Process, sampai Application Supported Business Process. Cara paling sederhana untuk menggambarkan gap analysis, dipilih model Radar chart atau biasa disebut juga Spider Web.

The improvement efforts should be focused on the processes that will give high business impact, based on the current condition. So, the Prioritization Approach is applied to identify the High Priority Processes to be improved. Analisis berikutnya adalah Prioritisasi, dengan menggunakan variable Business Impact, Effort-to-Implement, dan Size/Amount of value affected. Analisis ini menggunakan model matrik bubble untuk menggambarkan high priority maupun quick-win proses.

An application architecture is the backbone of any application implementation and provides a strong fundamental foundation for decision to implement an application. Pada bahasan ini, Architecture Application dibangun dengan mengacu pada hasil analisa Business Process Approach melalui pemodelan dalam bentuk matrik keterkaitan antara bisnis proses dan aplikasi pendukungnya. Selanjutnya dari matrik tersebut, digabung dengan analisis prioritisasi bisnis proses, dapat dibentuk prioritas komponen aplikasi (high priority maupun quick-win). Aspek pre-requisite dalam urutan implementasi aplikasi memberi prioritas tambahan untuk quick-win without pre-requisite.

Monday, March 27, 2006

180306-Class at a Glance

A bit late, still better than never. Ulasan kelas 180306 jadi telat hampir 3 minggu, tapi tak apalah toh nggak banyak juga yang memantau (boleh protes pake media comment). Seperti sessi sebelumnya, sessi ini membahas tentang paparan dari dua kelompok terakhir yang membawakan materi dari buku Ward untuk bab dengan judul yang terkait dengan Pengelolaan Supply IT Services, Application & Infrastructure dan paparan kedua dengan tema Knowledge Management.



Dalam bahasan Pengelolaan Supply IT Services, Application & Infrastructure, ada model matrik yang relative berbeda dari matrik sebelumnya. Matrik yang membedakan antara dimensi tingkat kastemisasi layanan dan dimensi tingkat kontak pengguna. Issue Gap dalam IS Service Delivery juga muncul dalam slide, meski saya sendiri lupa saat paparan. Issue lain yang cukup menarik adalah outsorcing dengan key factor sebagai berikut

  • Business factor
  • Technical factor
  • Economic factor
  • Contractual issue
  • Post-contract management

Paparan kedua dengan tema Knowledge Management mengulas antara lain informasi sebagai asset, aspek budaya, serta issues terkait dengan policy dan implementasi. Di bawah ini adalah cuplikan dari paparan tersebut:

An Information Culture

  • Functional Culture: as a means of exercising influence or power over others
  • Sharing Culture: to improve performance
  • Enquiring Culture: to understand thr future and ways of changing what they do to align with future trends or directions
  • Discovery Culture: to new insights about crisis and radical changes and seek ways to create competitive opportunities

Satu hal yang mungkin bisa jadi bahan diskusi atau polemik, adalah perbedaan Information Asset Management dan Information Architecture. Mungkin ada pembeda yang jelas, atau boleh jadi mirip-mirip seperti juga jargon IT yang lain. Terakhir dibahas model DIKAR dan RAKID.

Monday, March 20, 2006

GRID COMPUTING

Posting ini masih merelease tulisan dari mahasiswa tahun lalu yang saya share ke audiens klasmaya.

GRID COMPUTING
Martha Simbolon
Bayangkan seandainya internet computing tidak hanya bermanfaat untuk sekedar melakukan perhitungan-perhitungan, melainkan untuk sesuatu yang lebih kompleks dari itu. Suatu kemungkinan untuk berbagi sumber daya untuk kepentingan bersama. Internet melalui web dan email telah menawarkan mekanisme dasar yang memungkinkan sebuah kelompok ilmuwan untuk bekerja secara bersamaan tanpa menghiraukan batasan geografis. Tapi bagaimana jadinya apabila mereka dapat membangun hubungan antar data, komputer, perangkat sensor, dan sumber daya lain yang mereka miliki untuk membentuk sebuah laboratorium virtual? Grid computing merupakan jawabannya. Grid computing memungkinkan semua itu terwujud dengan menyediakan protokol, servis dan kit pengembangan perangkat lunak untuk keperluan berbagi sumber daya secara fleksibel dan terkendali dalam skala besar.


Konsep grid computing sendiri memang bukanlah hal baru. Secara garis besar, konsep ini berangkat dari prinsip “tidak boleh ada PC menganggur”, solusi grid computing memvirtualkan seluruh aset yang tak termanfaatkan menjadi satu komputer besar yang sangat hebat kemampuannya. Inilah solusi yang potensial menjadi “The IT's Next Big Thing!” Grid computing menghubungkan berbagai komputer yang terpisah secara geografis atau lokasi, untuk membentuk semacam superkomputer virtual. Mesin virtual ini akan terlihat sebagai sebuah entitas sumberdaya komputasi tunggal, dengan kapasitas komputasional yang sanggup mengerjakan aplikasi berat, yang tidak mungkin dilakukan sendirian oleh PC atau sebuah server sekalipun. Selain itu, grid computing pun tidak memandang sistem operasi (OS) atau platform perangkat keras yang diajaknya berkolaborasi.

Walaupun Grid computing adalah teknologi yang relatif baru, namun telah terbukti bermanfaat, dan masa depan teknologi ini kelihatannya cukup menjanjikan. Di masa depan, saat teknologi, sistem jaringan, dan model bisnis untuk keperluan ini telah berkembang, dimungkinkan bagi komunitas ilmuwan untuk membentuk semacam "Science Grids", yang menghubungkan sumber daya yang berbeda untuk mendukung komunikasi, akses data dan komputasi untuk kepentingan ilmu pengetahuan.

Grid computing sebenarnya merupakan sebuah aplikasi pengembangan dari jaringan komputer (network). Hanya saja, tidak seperti jaringan komputer konvensional yang berfokus pada komunikasi antar pirati (device), aplikasi pada Grid computing dirancang untuk memanfaatkan sumber daya pada terminal dalam jaringannya. Grid computing biasanya diterapkan untuk menjalankan sebuah fungsi yang terlalu kompleks atau terlalu intensif untuk dikerjakan oleh satu sistem tunggal. Dalam pengertian yang lebih teknis, Grid computing merupakan sebuah sistem komputasi terdistribusi, yang memungkinkan seluruh sumber daya dalam jaringan, seperti pemrosesan, bandwidth jaringan, dan kapasitas media penyimpan, membentuk sebuah sistem tunggal secara vitual, dan adanya sejumlah besar workstation yang tersebar di seluruh dunia yang bekerja secara bersamaan dalam Grid computing. Seperti halnya pengguna internet yang mengakses berbagai situs web dan menggunakan berbagai protokol seakan-akan dalam sebuah sistem yang berdiri sendiri, maka pengguna aplikasi Grid computing seolah-olah akan menggunakan sebuah virtual komputer dengan kapasitas pemrosesan data yang sangat besar.

Seperti diketahui, tujuan dari enterprise grid computing adalah untuk memanfaatkan secara penuh suatu jaringan sumberdaya komputasi dan storage yang sudah ada dengan menyatukannya ke dalam satu sumberdaya komputasional yang besar, dan mengalokasikan kapasitas computing power dan storage secara memadai kapan pun dibutuhkan. Daripada memiliki satu komputer besar, lebih baik memiliki banyak komputer kecil dan bisa berbagi beban kerja. Yang menarik, beban kerja tersebut dapat dibagi-bagi ke komputer yang lebih kecil dan tanpa harus memiliki sendiri komputer tersebut, grid-grid dibangun dengan beberapa cluster server yang dihubungkan melalui Internet dengan protokol. Karena Internet memungkinkan orang untuk berbagi kandungan melalui protokol yang terbuka dan standar, protokol Grid yang dilahirkan komunitas sumber terbuka Globus memungkinkan organisasi untuk menciptakan organisasi-organisasi virtual yang saling berbagi aplikasi, data dan tenaga komputasi guna berkolaborasi,mengatasi permasalahan serius dan mengurangi biaya komputasi.

Sekalipun pemanfaatan grid computing ini lahir dari inisiatif para ilmuwan, belakangan ini para vendor TI dan kalangan korporat mulai melirik, dan bahkan beberapa perusahaan sudah mengadopsi teknologi ini. Grid computing yang diterapkan oleh kalangan enterprise grid ini juga menggandeng berbagai sumberdaya yang terpisah untuk di- pool -kan menjadi satu computing power. Sekalipun secara lokasi atau geografis mungkin terpisah, tetapi secara logic , sumberdaya itu berada di belakang tembok ruang, atau berada di belakang firewall yang sama. Sebagai sebuah teknologi inovatif generasi mendatang, teknologi grid akan memungkinkan penggunaan server, perangkat penyimpanan, software dan sumber data yang secara efektif terhubung dalam sebuah jaringan.

Menurut para penggagas dan pendukung aplikasi grid computing untuk perusahaan, ada dua manfaat yang bisa diperoleh dengan memvirtualisasikan bermacam-macam sumberdaya ini melalui sebuah grid, yaitu penghematan dan kecepatan. Grid computing bisa memberi penghematan uang, baik dari sisi investasi modal maupun operating cost –nya. Hal ini diwujudkannya dengan memanfaatkan secara penuh sumberdaya komputasi dari seluruh komponen yang ada di dalam grid. Sebuah solusi grid computing bisa memvirtualkan seluruh aset yang tidak termanfaatkan ini menjadi seolah-olah satu komputer besar. Jadi, alih-alih membeli perangkat baru, grid computing memaksimalkan return on investment dari perangkat yang sudah ada. Selain itu, grid computing juga mendongkrak kecepatan komputasi dari mesin-mesin yang ada. Processing power yang meningkat ini membuat aplikasi berjalan lebih cepat dan memberikan hasil yang lebih cepat.

Manfaat grid computing memang sudah dapat dilihat dan dirasakan secara nyata, hanya saja teknologi ini masih termasuk teknologi khusus. Grid computing paling pas digunakan untuk perusahaan-perusahaan yang sudah menggunakan HPC, seperti perusahaan jasa keuangan, farmasi, dan perusahaan rancang-bangun dan manufaktur kelas kakap, seperti industri otomotif dan dirgantara. Menurut IDC, pendapatan dari pasar grid computing diperkirakan akan melampaui 12 miliar dolar AS pada 2007 mendatang, yang mencakup pasar HPC maupun perusahaan-perusahaan komersial. Tren ini, menurut IDC didorong oleh sejumlah faktor, antara lain maturasi dan standarisasi piranti lunak grid, dorongan penggunaan infrastruktur TI secara efisien dari para end user , meningkatnya awareness dan ekspansi pasar di luar aplikasi dan user HPC tradisional.

Sekalipun publikasi mengenai grid computing ini memang tidak segencar IT hype lainnya, seperti wireless, web services atau CRM misalnya, paling tidak teknologi ini masih berpeluang menjadi IT's Next Big Thing , mengingat peningkatan efisiensi dan produktivitas, serta cost saving yang dijanjikannya.

Teknologi RFID (Radio Frequency Identification)

Tulisan ini adalah artikel dari salah satu mahasiswa (tahun 2005) sebagai tugas evaluasi aspek perkembangan teknologi. Assessment trend teknologi menjadi salah satu faktor dalam mengembangkan penyusunan strategi teknologi informasi suatu perusahaan.


Teknologi Radio Frequency Identification
Santy P

Pengertian dan cara kerja
RFID adalah bentuk umum untuk teknologi yang menggunakan radio waves untuk mengidentifikasi manusia atau objek secara otomatis. Metode yang paling sering digunakan adalah untuk menyimpan serial number yang menunjukkan identitas seseorang atau benda, pada sebuah microchip yang disertakan pada antena (chip dan antena adalah RFID transponder atau sebuah tag RFID). Antena memampukan chip untuk mentransmisikan informasi identifikasi kepada reader. Kemudian reader mengubah pantulan radio waves dari tag RFID kedalam informasi digital yang dapat dilewati pada komputer yang akan menggunakannya.

  • Tag RFID adalah sebuah objek yang kecil, seperti lem stiker yang dapat disertakan atau disatukan kedalam sebuah produk.
  • Tag Reader menggunakan 2 metode untuk berkomunikasi dengan tag RFID. Salah satunya adalah membaca tag RFID pasif dalam batasan yang pendek

Jenis RFID
menurut wilkipedia ada 2 jenis yaitu tag pasif dan aktif sedangkan menurut diskusi mengenai teknologi RFID (Achieve Breakthrough Performance through RFID Radio Frequency Identification Technology) RFID ada 3 jenis yaitu tag pasif, tag aktif dan tag semi-passive.

  • Tag RFID pasif tidak mempunyai supply kekuatan sendiri (baterai). Dari segi kekuatan dan biaya, respon dari tag pasif RFID lebih baik.
  • Tag aktif mempunyai baterai dan memiliki memori yang lebih besar daripada teknologi pasif, memiliki kemampuan untuk menyimpan informasi tambahan yang dikirim oleh transceiver.
  • Tag semi-pasif menggunakan baterai untuk menjalankan circuit dari chip tetapi berkomunikasi dengan kekuatan dari reader.


Sistem RFID
RFID terdiri dari beberapa komponen yaitu : tag, tag reader, tag programming station, circulation reader, sorting equipment dan tag inventory wands.
Penggunaan RFID pada saat digunakan untuk identifikasi hewan, untuk perpusatakaan, UHF untuk container tracking dan lain-lain (lihat RFID Wilkipedia).

Cakupan penggunaan RFID
RFID melengkapi UPC atau EAN bar code dengan kapasitas, biaya, dan kelengkapan identifikasi setiap barang dalam supply chain, untuk rumah sakit dalam hal medical records, untuk dirumah dan baru-baru ini digunakan untuk membuat produk jam pintar yang dapat mengingatkan sipemilik jika ia keluar dari pintu namun ia lupa membawa hal penting yang seharusnya dibawa. Untuk beberapa tahun mendatang penggunaannya akan semakin meluas. Contohnya untuk passport (lit Forecast, Opportunities).

Keuntungan RFID
Mengurangi kesalahan pengentrian data dan mengurangi proses transaksi bisnis secara manual, penyediaan data secara otomatis, mengatasi masalah dalam supply chain contohnya inventory yang tidak akurat, cepat dan biaya operasi hemat dan akan diperluas untuk meningkatkan penjualan, meningkatkan keamanan, mengurangi kejahatan dan meningkatkan layanan kepada pelanggan

Contoh Perusahaan yang menggunakan RFID
Wallmart, Tesco, dan Metro dan lain-lain

Karena adanya keuntungan dalam penggunaan RFID ini maka penggunaan perusahaan untuk teknologi ini diperkirakan akan semakin meningkat. Dalam tahun 2015 akan meningkat 3 kali dari tahun 2005. dan ramalan berdasarkan wilayah menunjukkan pada tahun 2010, 48% dari tag RFID akan dijual di Asia Timur (Forecast and Opportunities, IDTechEx RFID market to reach $7_26Bn in 2008).

Friday, March 17, 2006

110306-Class at a Glance

Di sessi minggu ini, relative diisi dengan presentasi tugas dari dua kelompok yang membawakan materi dengan tema Organizing & Resourcing dan materi kedua dengan tema Managing Investment.

Dalam Organizing & Resourcing dari buku Ward dibahas antara lain IT Architecture Management dengan fungsi mengembangkan Arsitektur : Informasi, Aplikasi, Data, Hardware & Sistem Operasi termasuk Arsitektur Telekomunikasi. Pembahasan mengenai siapa yang memiliki peran dan tanggung jawab dalam pengelolaan IT juga menjadi issue termasuk 9 IS core competencies.

Beberapa riset dalam kaitannya dengan meningkatkan hubungan antara fungsi IS dengan fungsi bisnis perusahaan dipaparkan dalam bahasan ini antara lain “Market Management” dari Earl & Sampler dan “Six Steps Transformation” dari Peppard.

Presentasi kedua lebih banyak membahas pengelolaan investasi yang mencakup issue justifikasi dan menetapkan priorits investasi, termasuk issue keuntungan bagi manajemen dan aspek-aspek resikonya. Dibawah ini saya cuplik dari paparan pengelolaan investasi.

Justifying and Assessed IS/IT Investment
Facts:

  • 70% organization had no formal justification & post implementation review for IS/IT Investments (Cooke & Parish)
  • Only 50% of IS/IT Projects with formal pre-investment appraisal; Less than half of it recognized to analyzed financially. Barely 30% the outcome evaluated (Farbey).
  • Traditional financial analysis techniques still used (Ballantine).
  • Only 36% felt their IS/IT adequate to their needs in major UK Corporation.

Portfolio Aplikasi menjadi salah satu mekanisme dalam evaluasi justifikasi investasi IS/IT. Faktor-faktor “most important to do”; “capable of being done”; dan “likely to succeed” dijelaskan dalam bahasan penetapan prioritas investasi.

Kelas depan kita tunggu dua materi lain yang moga-moga tidak kalah menarik.